Jumat, 25 Mei 2012

Saatnya di mulai

 SENIN
     Hari ini nilai ujian special akan di umumkan. Di mading sekolah, kertas pengumuman suda tertempel sejak tadi pagi. Seluru anak kelas dua semuanya hadir? Mereka rata2 ingin mengetahui berapa nilai dari perjuangan mereka kemarin.
     Di depan mading itu. Seno bersama gerombolannya merangsek kedepan. Ia ingin tau di mana posisi namanya tertera.
    Dari yg paling bawah. Seno pun melihat ke atas.
    Namanya tertera di nomor 38 dari 87 siswa kelas 2. Tak siah2 persiapan belajarnya selama ini.
Di atasnya ada nama Mona, 25 dan Nima, 24. Di nomor 18 ada Rista. Dan 17 dihuni Zerry. Sedangkan nomor 16, Wati bertengger. Sepertinya ketiganya memang akrab.
    Sinta berada di nomor 12. Sementara itu Adon sukses di nomor 4. Dan yg jadi nomor 1 adalah Nelly. Sedangkan Igih jadi runer upnya. Tak ada pelajaran hari ini walau seluru siswa kelas dua masuk.
 
     Di depan gerbang sekolah. Sinta suda menunggu Wati sejak pagi. Jam 6:50 Wati datang dan sepertinya Wati suda tau hari ini tak ada pelajaran.
  "Hai!" seru Sinta.
  "Masalah gerbang itu!" sambut Wati.
  "Iya! Wat, kami membutuhkan bantuanmu? Gerbang siluman itu harus segera di segel. Dan hanya kaulah yg bisa menyegel gerbang itu," ujar Sinta.
  "Lalu?"
  "Untuk menutup gerbang siluman itu. Maukah kau ikut aku."
  "Oke! Sip."
     Sinta senang. Wati tak banyak bicara. Ia suda memilihki banyak rencana untuk nanti. Imformasi dari Tuan Nawsa tudung sunggu membantu. Sinta pun jalan, keluar sekolah. Dan Wati mengikutinya di belakangnya. Sebuah mobil polisi pun muncul. Sinta dan Wati kemudian masuk ke dalam mobil tersebut.
     Mobil itu pun melaju ke selatan. Di kantor kepolisian kapolda setempat, mobil itu berhenti.
     Turun dari mobil itu, Sinta masuk ke dalam, Wati mengikuti. Keduanya pun menujuh ke kantor pegawai khusus yg terletak di belakang Kapolda.
     Di depan kantor itu, sebuah patung pintu gerbang istana, dengan gambar lambang garuda indonesia di tengahnya. Itulah lambang prajurit PPKN. Sinta dan Wati kemudian masuk.
    Di dalam Jendral Sayber suda menunggu.
  "Jendral! Lapor, tugas suda di laksanakan."
  "Baik, laporan di terima."
     Sinta pun menurunkan tangannya. Hal itu juga di ikuti Jendral Sayber. Wati kemudian di persilakan duduk.
  "Ini Wati, orang yg terpilih itu!"
  "Bagus! Kita mulai saja. Apa kau suda tau mengenai gerbang siluman itu?"
  "Iya tak semua?!" jawab Wati.
  "Seperti yg di beri taukan. Yg terpilih tau apa yg harus di lakukan."
     Wati agak nggak mengerti.
  "Kapan penguncian gerbang itu bisa di laksanakan?" tanya Jendral Sayber.
  "Siang ini, setela persiapan semua selesai. Dan kunci segel itu? Apa kalian membawahnya."
  "Kunci segel? Dari peninggal Ramahdi. Tidak di terangkan mengenai kunci segel itu. Jadi maaf kami tidak tau itu?"
  "Tampa kunci segel. Segel 5arah tak akan bisa di aktifkan."
  "Lalu! apa yg bisa kami perbuat."
  "Apa jendral tau tentang giok dewa."
  "Giok dewa!" sahut Sinta.
  "Giok dewa adalah Kunci dari segel 5arah. Dengan giok itu, segel 5arah baru bisa di aktifkan."
  "Apa seperti ini?" Sinta pun mengeluarkan gelang giok dewa dari sakunya.
  

    Wati menggangguk. Ia sendiri tidak tau, bentuk dari gelang giok dewa.  Wati punya keyakinan, itu gelang yg di maksut.
  "Bagus! Jendral Kuro suda mempersiapkan semua. Kita hanya perlu ke sana dan mulai penguncian gerbang tersebut."
  "Segel 5arah terletak di 5 tempat berbeda. Bukan di lingkup hutan larangan. Semua segel 5arah itu harus di aktifkan secara berurutan. Ke lima tempat segel itu di sembunyikan di dalam dimensi kasatmata. Tak akan bisa di temukan dengan muda. Berbeda dengan gerbang siluman yg hanya terlindung kabut hutan dan semak2 berduri," sahutnya.
    Jendral Sayber terdiam, ia tak tau harus berbuat apa. Selama ini sang jendral hanya tau sepenggal mengenai gerbang siluman itu dari peninggalan Ramahdi, selebihnya ia tak tau apa2. Wati pun juga ikut diam.
  "Aku tau," Sinta pun membuka keheningan. "Nelly!"
    Wati hanya tersenyum di tempat duduknya. "Wat, kau suda tau Nellykan?!"
  "Hanya empat orang itu saat ini yg bisa membantu penguncian gerbang itu."
     Jendral bernafas lega. Sinta penasaran. "Selain Nelly. Siap yg ke tiga?"
  "Kemarin!" jawab Wati.
  "Zerry, Areon dan Rista," tebaknya.
   "Kemampuan pelontar angin Zerry, bisa di gunakan untuk mengatasi kabut penghalang ilusi yg menyelubungi tempat penyegelan itu.
   Dan mengenai keberadaan ke lima tempat segel itu berada.."
  "Bola mata merahnya Nelly tau di mana Kelima tempat itu berada."
  "Areon jadi pintu kemana saja, otomatis, cepat, singkat!" celoteh Wati.
  "Lalu, Rista?" selah Sinta.
  "Ha...," Wati menghela napas. "Aku tak ingin menjelaskannya. Tapi, ia sama pentingnya denganku."
  "Hallo teman sekampung!" sapa seorang tiba2.
  "Adon!" serentak kata Wati dan Sinta.
  "Mau apa kau di sini!" sulut Wati.
  "Kalian suda saling kenal! Ini Jendral Kuro...!"
  "Jendral Kuro, jadi?!" Sinta tak percaya orang yg di depannya itu. Jendral Kuro yg di ketaui dari ayahnya.   Itu jendral dengan pemikirang hebat, ia bisa memikirkan mengenai cara menahan gerbang siluman itu sampai orang yg terpilih di temukan.
  "Persiapa suda siap. Aku suda dengar semua. Mengenai mereka berempat, akan ku urus. Geng Zvgosz yg coba mengganggu prosesi ini, mereka suda ku bereskan. Sayang propesor Cmong berhasil kabur dariku.  Tapi lain kali, dia tak akan lolos dari operasi 7 langit yg ku siapkan!"
     Wati masih tak percaya. Orang yg ada di hadapannya ini dengan Adon waktu di sekolah. Sangat berbeda! Yg sekarang ini benar2 seperti seorang Jendral. Cuma dari tampangnya saja yg sama.
     Wati pun tersadar dari memandang Adon. "Kita mulai."

Selesai rapat kecil itu. Jendral Sayber dan Sinta pun pergi ke hutan lapangan, Wati tidak ikut, ia ada urusan sebentar. Wati pun meminta Adon, agar Areon menjemputnya siang nanti.
Bubar....


T

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More