This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 22 Juni 2011

wanted warning

                  Di jalan era SBY.
     2 orang kuli bangunan sedang rehat di bawah pohon siang ini.
    Kuli pertama bernama Pamin, kuli kedua bernama Hamal. Usia mereka rata2 35 th. Di atas dudukan kecil mereka berdua bersandar di bawah pohon tersebut.
     Pamin mengibaskan topinya. Udara siang ini memang terasa panar sekali. Hal yang yang sama juga di lakukan Hamal.

    "Pak min. Sampean tau ta, apa artos tulisan iki !" Hamal memperlihatkan selebaran teroris terkini yang ada tulisannya Wanted.
   "Ya tau lah itu boso enggres, Warning artine ?" jawab pamin sambil masih beraksi kipas2.
   "Warning iku nganggo G to pak " Hamal mencermati selebaran yang di pegangnya.
   "La iya betul ".
    Hamal lalu membolak2an kertas yang di bawahnya itu. Ia kepikiran dan mencari hurup G nya.
    "Dek Hamal cari opo ".
    "Cari hurup G nya pak kiro2 di taru di mana ya pak ".
    "La di belakangnya hurup Warning di mana lagi ".
   "Belakange niki hurupe D to pak ".
   "Ya embo ?. Neng tak ngerteni. Wong neng no gambar iku ngomong karo aku jarene iku artine Warning gitu !".
   "Tapi iki dak ada hurup G nya pak. Kok jadi warning " Hamal masih penasaran.
  "La saya dak tau itu. Mungkin wong neng no gambar iku neng ngambel ?". Pamin semakin kegerahan. Baju nya pun di lepas.
   "Iya juga ya pak " Hamal lalu bangun dan pergi dari tempat tersebut.
   "Dek Hamal tolong pangilken si Wanted. Suru kemarih !".
   "Siap pak ".

     Pamin lalu memungut selebaran itu yang di tinggalkan Hamal tersebut.
     "Kok mirip ya ?. Apa warning iku masih sodarah nya wanted " Pamin berpikir. "Ya sudalah nanti aja ku tanyakan ke wanted !".


   Angin sepoi2 sejuk pun berhembus. Pamin memejamkan matanya. Sebuah bayang2 putih terlintas di benaknya. Di awang2. Pamin merasakan bayang2 itu.
    Dan seketika Pamin terkaget, ia bangun. Matanya pun terbuka nanar. Nama Tuhan pun tersebutkan!. Pamin mengankat selebaran itu lagi.

    "Hi orang ini bahaya. Teroris !".
Pamin lalu henkang dari bawah pohon itu.

Jumat, 17 Juni 2011

Arwa + Na

                                                 Jam 15.00 wib sore

     sore itu. Tuan Koeswoto sang pemilik rumah mewah nomor 17 di perumahan Garden Gold baru pulang dari kantornya. Tubuhnya lewas, ia kelelahan. Sopir pribadinya kemarin mengajukan cuti dan hari ini, ia menyetir sendiri.
     Tuan Koeswoto masuk ke dalam. Ia kemudian rebahan di sofa tengah. Untuk sesaat suasana sepi terasa. Istirahat cukup, ia pun duduk.
    "Ma mama... Kemana ya sepi amat !. Udin sini kau. Udin... " pangdilnya berulang2.
Seorang gadis berpostur sedang, berwajah cantik dan berambut hitam panjang datang menemui tuan Koeswoto.
     "Ada apa si pa. Triak2 " tanya Livia putrinya.
   "Udin mana !".
    "Udin pulang kerumahnya tadi siang".
   "Siapa yang beri ijin ?".
    "Mama " jawabnya.
   "Lalu mama mana ?".
   "Ke rumah tante ivana ada urusan ".
    "Bik Narsi bik !".
   "Bik Narsi pulang kampung tadi pagi ".
   "Ini hari apa si kok pada ngilang semua " grutu tuan Koeswoto.
    Dari tempat duduknya, ia pun berdiri. Kakinya pun lalu melangka ke dapur. Di dapur tak ada makanan satu pun.
   Tuan Koeswoto mengaruk kepalanya. " Gak ada makanan lagi mana Perut lagi lapar ".

   Di saat Livia pun muncul.
   "Aku yg akan masak untuk papa " senyumnya manis sekali.
   "Apa kamu bisa ".
   "Bisa dong ?. Tunggu aja ".
    "Ya sudalah. Jangan lama2 papa suda lapar ni ".
     Di dapur. Livia agak bingung apa yg akan di masaknya?. Sesaat, ia pun mengamati dapur rumahnya. Ia berpikir.
    "Ya masak itu aja. Sekalian percobaan ?".

    Livia kemudian mengeluarkan isi beberapa bahan dari prezer. Bumbu2 di keluarkannya dari lemari. Seluru bahan di tarunya di meja.
   "Mana ikannya ?".

    Livia kembali membuka prezer.
   "Gawat nggak ada ikan lagi ". Livia berpikir sejenak. "Na ikan itu aja ".
Livia keluar dari dapur. 5 menit berselang, ia kembali masuk dengan seekor ikan di tangan.
Ikan tersebut kemudian di penggal2 jadi beberapa bagian. Seluru bumbu pun kemudian di olahnya.

    "Bawang putih, lada hitam, saus tiram, tepung tapioka, gula pasir, garam, tomat, cabai, bumbu penyedap apa lagi ya. Minyak goreng ini dia sekarang berer tinggal masak ".

           Acara masak di mulai.
    Ikan yg suda di potong kemudian di masukan loyang dan lalu di lumuri tepung tapioka dan lalu di goreng dengan minyak bermerek -anti kolestrol cap smack down- sampai kering. Setela matang ikan tersebut pun di tiriskan dan lalu di taru di atas piring.
     Bekas minyak penggorengan kemudia di pakai menumis bumbunya.
Bawang putih di cincang halus, lada hitam, saus tiram, gula pasir dan bumbu penyedap di tumis. Beberapa saat setela matang. Bumbu itu di taburkan di atas ikan tersebut.
     Tomat dan beberapa siung cabai di masukan ke dalam belender dan di campur dengan sedikit saus tiram. Blender pun di nyalakan.
   Di mangkuk kecil sambal insan tersebut di hidangkan bersama ikan tersebut di meja makan.

   Di meja makan. Makanan yg di buat Livia itu siap di santap papanya.
    "Pa... tunggu. Ada sarat sebelum papa makan " pinta nya.
    "Jadi ada maunya ni. Tiba2 buat makanan untuk papa ".
    "Iya dong... ".
   "Apa... ".
    "Setela makan ini. Papa tidak boleh marah dengan apa yg ku perbuat hari ini !".
    "Emangnya ada apa di masakan ini ".
   "Gak ada apa2 ".
   "Lalu apa maksutmu ?".
    "Pokoknya jangan marah ya pa !".
  "Oke papa tak akan marah, asal jangan macam2 ya , oke ".
   "Makasi pa, kalau gitu aku kerumah Erika duluya " ucapnya sambil ngeluyur keluar rumah.

   Di meja makan tuan koeswoto kemudian mencicipi makanan buatan putrinya tersebut.
    "Cukup enak, lezat, bagus " pujinya.
     "Papa... sini pa... cepat " teriak Riko dari ruang keluarga.
   "Iya. Ada apa dengan anak itu " gumannya sambil berjalan kemruang tamu.
   "Pa... ikan tukul kerayangan papa hilang ".
    "Hus... ikan arwana ".
   "Sorry... " ujarnya meringis. "Ikannya pa... ".
   "Ikannya ?. Mana ikannya ?" sambil mengamati seluru sudut aquarium.
   "Mana ku tau. Tadi kan ku bilang ikannya hilang ".
   "Ikan... ". Tuan koeswoto sekilas ingat. "Mama kan tak begitu suka makanan ikan. Di prezer sepertinya tak ada ikan. Jangan2..., Livia... " suara Koeswoto mengema.

         Di luar rumah.
     "Gawat, ketauan, kabur... " Livia pun langsung masuk ke dalam mobil jaguar merah kesayangannya.
     "Kabur... " teriak Livia dan mobilnya pun langsung di bawahnya ngebut !.


                                                                    End

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More