This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 31 Juli 2012

Satria Beneran



     Seminggu suda kejadian itu terjadi. Warta berita kota masih heboh oleh berita selamatnya tujuh anak muda dari sambaran petir di kebun Dunia buah itu. Walau suda seminggu terjadi. Para wartawan masih sering berkunjung kerumah ketujuh korban tersebut. Terutama ke rumahnya Dinda, artis muda yg lagi naik daun saat ini.
    Pemberitaan semakin ramai mana kalah di ketahui. Ternyata ketujuh korban itu adalah tujuh anak yg selamat dari bencana hujan meteor pada perayaan pergantian abad waktu itu. Awak media pun menjuluki ketujuhnya sebagai 'satriah beneran'.

     Dua minggu suda. Sejak kejadian tersambarnya petir itu terjadi. Tono yg suda keluar rumah sakit bersama keenam temannya. Merasa ada sesuatu yg di rasa bergejolak di tubuhnya, Tono tak tau itu apa. Tapi Tono merasa, ini ada hubungannya dengan dirinya tersambar petir waktu itu. Tono pun menghubungi semua teman lamanya itu dan meminta datang berkumpul di panti asuhan 'Anak bangsa'. Di tempat rahasia geng anak beneran ini.
     Jumat malam, ketujuhnya pun bertemu. Di pertemuan itu Tono mengutarakan maksudnya.
  "Iya, aku juga merasakannya. Dan ini! Aku bisa melakukan ini beberapa hari yg lalu," Elita pun mengangkat sofa yg di duduki Rudy dengan pikirannya walau pun tak lama.
  "Kalau aku bisa melakukan ini!" sahut Nurha dan menunjukkan kemampuan terbangnya, ia berputar sebentar sebelum akhirnya Nurha turun lagi karna terbentur langit2 ruangan.
  "Giliran ku!" Hanif pun dengan bangga menunjukkan kemampuan, ia bisa memperbanyak dirinya.
  "Dinda, Ummy, Rudy kalian bagai mana?" ujar Elita.
  "Oke!" Dinda pun melepaskan jangket yg di pakainya. Dinda kemudian berdiri, ia pun mengankat kedua tangannya dan mengubanya menjadi besar, berotot. Begitu juga dengan tubuhnya. Singkat kata, ia seperti Hulk sekarang.
     Tono berkaca2, ia takjup dengan kemapuan teman2nya. Tono bengong memandang tubuh Dinda, terlihat lebih seksi. Ummy pun bertepuk tangan melihat Dinda mengangkat sofa yg sedang di duduki Rudy setela di taruh Elita. Rudy masih diam tak acu, ia duduk tenang di sofa tersebut.  "Ummy! Bagai mana dengan mu," lanjut Nurha yg masih mengelus2 jidatnya.
     Terdengar Tono menelan ludanya. "Sebentar ya..." Ummy pun menghilang seketika.
  "Transformasi ya?" tamba Elita.
  "Hem?" Nurha pun berdiri dan menghampiri Tono.
     Praak, kepala Tono pun di bikin benjol oleh Nurha. "Aw...! Apa2 si. Sakit tau!"
  "Kau sedang lihat apa!"
    Sambil sedikit meringis. "Maaf...! Sumpa."
   Dinda pun menghentikan aksinya. Begitu juga dengan Hanif. Rudy masih duduk tenang di sofa. Dinda pun cemberut.
  "Orang payah! Memang payah," timpal Hanif.
     Rudy pun bediri dan memberi isarat untuk pergi.
    Ummy pun muncul di belakang Tono. "Minumannya suda datang... Silakan! Teh hangat..."
  "Rudy tunggu. Kita suda lama tak bertemu. Setidaknya bicaralah!" ujar Hanif.
     Rudy pun berbalik badan. Ia kemudian mengankat tangannya. Dari tangannya itu keluarlah hawa dingin. Rudy pun mengarakan ke teh yg ada di nampan Ummy. Rudy pun mengubanya jadi es teh.

  "Aku ada urusan!" Rudy pun ngeluyur saja dari ruang pertemuan itu.
   "Dingin seperti sifatnya!" bisik Elita. Walau suaranya kecil, jelas semuanya mendengarkan.
  "Iya, mungkin seperti itu. Kalau Rudy memiliki kemampuan kulkas. Sedangkan aku bisa terbang sesuka aku! Mungkin itu berhubung dengan kemampuan kita," kata Nurha.
  "Sebenarnya aku nggak begitu suka dengan kemampuan ku, tapi sepertinya seru juga kalau ada cewek lebih kuat dari cowok. Dari mana menilainya, entahlah?" tamba Dinda.
  "Tomboy!" sahut Ummy memberi tau, ia pun lalu menuangkan es teh ke dalam cangkir. Dan Hanif pun menyambutnya.
  "Enak juga es tehnya!" Hanif pun menenggak habis es tehnya tersebut.
  "Ummy bagai mana dengan kemampuan mu?" tanya Nurha.
  "Entahlah? Aku tak tau," jawabnya santai.
  "Suda ya! Besok aku ada pemotretan. Aku pulang dulu ya. Ummy numpang?" Dinda pun memakai janketnya kembali. "Ini suda malam, besok aja di lanjutin lagi."
  "Baiklah!" Ummy dan Dinda pun menghilang dari dalam ruangan rahasia mereka itu.
  "Ya suda kita pulang saja. Sampai besok!
  "Nurha numpan ya."
  "Apa maksudnya?"
  "Sama seperti Dinda?"
  "Nggak mau?!"
  "Emm, Nurha!" Elita merengek.
   Nurha pun keluar. Elita mengikutinya dari belakang. Berharap Nurha memberi tumpangan. Hanif pun juga ikut keluar dengan menenteng teko berisikan es teh itu.
  "Woe tunggu! Aku bagai mana?"
   Yg lain tak ada yg mendengarkan. Ke semuanya dengan asyik keluar ruangan tersebut. Dan meninggalkan Tono sendirian.
  "Hoe tunggu...," Tono pun ikut berlari keluar. Hanya Tono seorang yg belum memperlihatkan kemampuannya. Seperti apa ya....

   Dan selanjutnya. Ke tujuhnya pun mengikrarkan persaudaraan. Untuk mempererat pertemanan mereka sejak dari panti dulu. Ketujuhnya pun memberi nama 'THUNDER' yg di ambil dari inisial nama depan mereka.
 
   Dan mengenai kemampuan ketujuhnya, thunder sepakat menjadinya sebagai rahasia pribadi masing2.
Ketujuhnya pun memiliki sebutan masing2.
   Tono. ???x, karna Tono bingung dan memakan waktu lama. Akhirnya di beri tanda tiga kali tanda tanya.
    Hanif. Doubleman.
  Ummy. Trans Umy.
  Nurha. Beautiful Fly.
   Dinda. Strong Girl.
  Elita. Madam Shopi.
  Rudy. Si Kolkas. Nama itu pemberian dari teman karna Rudy tak menyebutkan satu nama!


 

    End

 

Kebun Dunia buah




     'Kebun Dunia buah'
     Hari itu, sebuah sekolah sedang mengadakan darma wisata di kebun tersebut. Mereka berasal dari smu 17 agustus. Di tempat berbeda. Seorang artis muda dan temannya juga datang berwisata di kebun ini. Beberapa pengunjung lainnya juga ikut meramaikan semarak pagi ini.
     Di pojok perkebunan. Mudin, salah seorang pekerja di perkebunan itu. Lagi mencabuti rumput yg tumbuh liar di dekat pagar. Saat Mudin sedang menghela nafas karna panas. Mudin memperhatikan segumpal awan yg menaungi perkebunan.
  "Sepertinya nanti akan hujan?" ujarnya.
  "Mudin, suda selesai tah!" tanya seorang pegawai perkebunan itu, seniornya Mudin.
  "Belum kang Mono. Sedikit lagi!"
  "Ya suda, saya kesana dulu ya. Selesai dari di sini, kamu bereskan yg bagian situ," kang Mono menunjuk rumput di samping rumah pondok.
  "Siap! Kang!" Mudin pun Kembali melakukan pekerjaannya.
     Hari beranjak siang. Mudin pun suda menyelesaikan perkerjaannya mencabuti rumput di bawah pagar. Ia pun lalu beranjak ke pondok. Mudin beristirahan sebentar disitu.
  "Maaf mas! Saya Nurha. Kebun strawberrynya di mana ya?"
  "Oh! Di sana mbak. Setela melewati perkebunan anggur itu. Mbak akan lihat kebun strawberrynya," ucapnya sambil menunjuk ke tempat yg di maksud. Mudin pun mengipas2kan topinya.
  "Terima kasih mas!"
  "Sama2!"
  "Hanif... Di sana!"
  "Oh, oke!"
  "Tono mana?"
  "Tono! Entalah," Hanif melihat kanan kirih, ia pun lalu mencari temannya itu. Nurha pun mengikutinya.
     Beberapa saat kemudian sekumpulan anak2 smu datang, lewat di depannya.
  "Elita tunggu..."
  "Yunis, cepatlah," ujar dari dua orang siswi yg lewat barusan itu.
  "Mudin...!"
  "Iya, kang!"
  "Ada artis datang. Mau ikut lihat nggak? Udah tinggalkan saja dulu."
  "Nggak kang!"
  "Ya suda kalau gitu. Jarang2 ada artis yg ke sini!" kang Mono pun meluncur ke tempat yg di tuju.
  "Rudy...!" Seorang gadis muda berjilbab memanggil temannya tak jau dari Mudin. Gadis itu pun kemudian berlari menghampiri temannya.
  Suasana kebun ini semakin ramai sekali. Mudin pun selesaikan beristirahan. Ia kembali akan melanjutkan kerjaan.
  "Mudin..!" panggil seorang wanita.
  "Iya mbak!"
  "Din! Tolong bawah ini ke gudang. Selesai itu, kamu bantu di bagian strawberry," perintahnya.
  "Iya mbak," Mudin pun mengangkat karung itu dan membawahnya ke gudang. Setelah itu Mudin kemudian segera ke kebun strawberry.
    Di tempat itu. Cewek yg bertanya tadi terlihat di tengah2 perkebunan strawberry. Teman2 dari cewek itu juga terlihat berkumpul di tempat yg sama, mereka semua bertujuh. Para ceweknya pun berpelukan, kangen.
    Mudin senang melihat pemandangan bahagia tersebut. Di angkasa awan mendung semakin menggelap. Mudin pun memandang ke atas. Dari awan gelap itu terlihat secerca kilatan petir.
"Wadu mau hujan. Ini harus segera di benai," Mudin pun kembali membenahi alat2 yg akan di pakai tersebut.
    Tampa aba2. Awan itu semakin gelap. Petir pun langsung menggelegar, menyambar pas di tengah2 ladang strawberry. Ke tujuh pemuda itu tersambar petir. Setela sambaran pertama itu. Awan mendung yg menaungi kebun strawberry. Tiba2 hilang sirna tanpa bekas.
      Cuaca pun kembali cerah seperti sedang tak terjadi apa2. Mudin pun menengok kanan kirih keatas, ia bingung kemana awan mendung yg barusan tersebut.
  "Apa yg terjadi?" Mudin bingung, ia tidak mengerti. "Mana mendungnya!"
  "Tolong...," teriak seseorang. Mudin pun langsung menoleh ke arah teriakan barusan. Mudin sadar, ia tak mendapati ke tujuh orang orang tersebut. Mudin melihat ketujuh pemuda itu suda tergeletak di antara hamparan tanaman strawberry. Semua orang yg ada di sekitar situ pun segera mengerubungi. Ke tujuh anak2 smu tersebut.
     Suasana duka menggelayuti perkebunan Dunia buah itu. Di tempatnya berdiri. Mudin berpikir.
  "Sebenarnya apa yg terjadi barusan? Kemana awan tadi. Bukannya orang yg tersambar petir, suda pasti akan meninggal. Tapi kenapa meraka tidak?"
  "Mudin! Kamu bagai mana?" tanya kang Mono yg baru datang entah dari mana.
Mudin hanya menggelengkan kepalanya, ia tak tau apa2. Ambulan pun meraung2 meninggalkan perkebunan ini. Suaranya memenui jalanan menuju rumah sakit




.............. 

Bertemu teman

  Mobil bmw itu berjalan pelan memasuki sebuah parkiran supermal. Dari dalam mobil itu seorang gadis remaja muda dan cantik keluar.
Orang2 yg ada di parkiran itu pun menyambutnya. Sebagian ada yg minta berfoto bersama dan juga yg minta tanda tangannya.
Gadis itu bernama Dinda kirana, seorang artis remaja yg sedang naik daun saat ini. Selesai dari sesi pensnya itu, Dinda pun masuk ke mal tersebut. Di dalam beberapa pens juga masih datang mengerubutinya. Minta tanda tangan dan berfoto.
Di sentra buku Dinda pun masuk. Saat memasuki tempat tersebut, ia tak segaja bertabrakan dengan seseorang.
"Ummy!"
"Dinda!" kenalnya. keduanya pun lalu berpelukan.

Pengelihatan Elita


    Kolam ikan koi itu di pandangi Elita dan sekali2 di aduknya dengan sebila gala. Di tepian kolam itu Elita duduk termenung teringat kisahnya seminggu lalu.
    Waktu itu, ia baru pulang sekolah. Di rumah, tidak ada orang, yg ada hanya mbok yem. Katanya kedua orang tuanya lagi keluar kota.
    Di kamar, Elita mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari2. Dan, entah air dari mana. Di depan kamar mandi kamar itu, Elita jatu terpeleset.
    Dalam posisi akan berdiri itu tangan Elita tak sengaja menarik kabel lampu. Kabel itu pun terlepas dari sambungannya dan terjatu di genangan air yg sedang di injak Elita. Elita pun tersetrum, pingsan!
    Masih di kolam itu, selintas gambaran Yunis teman sebangkunya terlintas. Dalam gambaran tersebut, Yunis datang mengendap2 dan akan mengagetkan dirinya. Elita tau kalau di belakangnya Yunis sedang beraksi.
    Elita langsung balik badan. Dan!
  "Ba..." Elita pun mencilukbah Yunis.
  "Aw! Setan...?" Yunis berteriak kaget.
  Elita pun tertawa senang. "Ha...! Sorry!"
    Setela mengatur napas sebentar. "Enak aja, kalau aku mampus gimana?" Yunis cembekur.
  "Ya... Bawah aja ke rumah sakit jiwa. Bereskan?" ucapnya sambil melihat ke atas.
  "Dasar cewek gila?"
  "Nis! Ada berita apa?" tanya Elita.
  "Tak perlu di beri tau, pastinya kau suda tau."
  "Tau apa? Kapan ngomongnya!" Elita tak mengerti. Elita pun berdiri dan meminta pegangan tangan Yunis.
  "Tadi itu, kau tau nggak! Di kelas ada seorang siswa baru. Dia itu tampan banget, blasteran amrik lagi. Namanya kalau nggak salah..."
     kata Yunis itu pun di sambut tawa oleh Elita. Padahal nggak lucu.
  "Apanya yg lucu?" Yunis sewot.
  "Nggak ada siswa baru di kelas! Besok lusa Bu Bertah akan mengadakan darma wisata ke kebun dunia buah. Gitu!"
  "Tu! Kan. Tak usah di bilang pasti kau?" Yunis menculut. "Elita! Punya jin berapa. Boleh pinjem nggak satu... aja?" candanya.
    Elita kembali tertawa renya. Yunis ada2 saja. Jin dari mana!
  "Ya suda cuma gitu saja. Pesan suda di terima, silakan pulang, terima kasih!"  "Hi! Dasar. Elita? Boleh nggak ni pinjem satu aja jinnya!" Yunis sepertinya penasaran dengan kemampuan Elita yg bisa menebak sampai seratus 99% Itu!
  "Enggak! Nanti kau pakai buat macam2 lagi?"
  "Hu! Sebel?"
Sebuah gambaran kembali terlintas di benak Elita. Gambaran itu mengenai teman2nya yg dari panti asuhan 'Anak Bangsa' dulu.
 
      Dalam bayangan di benaknya itu, Elita akan kembali berjumpa dengan mereka pada darma wisata besok lusa. Tono si payah yg nggak banyak beruba. Hanif yg tetap tampan sampai sekarang. Ummy yg suka menasehati itu, suda berkerudung dan terlihat cantik bersahaja. Nurha yg dulunya gembrot sekarang tela beruba jadi sangat cantik dan tetap periang. Dinda, si tomboy itu sekarang suda jadi model dan artis remaja. Rudy masih tetap bersikap dingin, pendiam, tak beruba dan tak banyak bicara. yg terakir dirinya, Elita. Ke tujuhnya sedang berada di tengah2 kebun buah saat pertemuan itu terjadi. Cuaca mendung hari itu.

    Jam istirahat tiba. Dari dalam kelas 2 smu 17 agustus itu. Elita memandang keluar jendela, ia memikirkan tentang gambaran kemarin dan pertemuannya dengan teman2 lamanya besok itu.
Selintas udara pun terasa dingin. Di luar jendela itu, Elita melihat sosok Rudy temannya waktu di panti, berjalan lewat di luar gerbang sekolah. Elita yakin itu Rudy, ekspresi wajah dinginnya adalah ciri kasnya yg di kenang Elita sampai sekarang. Elita pun segera berdiri, ia kemudian keluar dan mengejar Rudy ke depan.
Dengan beberapa alasan tipuan dan rayuan. Pak satpam yg menjaga gerbang sekolah akhirnya mau membukakan pintu. Elita pun segera menyusul Rudy. Di dekat tikungan itu. Elita mendapati Rudy sedang berantem dengan beberapa preman. Dalam waktu tak terlalu lama, ke lima preman itu pun di membuatnya babak belur. Elita tau, itu adalah jurus silat kas dari desa Beneran yg di gunakan Rudy. Para preman2 itu pun tunggang langgang kabur lari.
      Rudy melirik Elita dengan muka dinginnya. Elita kemudian mendekat. Mereka pun berhadapan.
  "Elita!" ucap Rudy tak banyak ekpresi.
  "Rudy! Rudykan, suda lama tak ketemu!" Elita senang dengan pertemuan ini.
     Rudy sama sekali tak meresfon apa2 atau pun menanggapinya. Rudy berlalu dari hadapan Elita.
  "Rudy...! Besok teman2 kita, anak2 Beneran akan bertemu di kebun Dunia buah. Datang ya?" teriaknya.
    Rudy sama sekali tak memalingkan wajahnya. Tapi terlihat jelas kalau Rudy mendengarkan.
  "Elita!" panggil Yunis.
  "Ha," ia pun menoleh ke Yunis.
  "Elita kau kena apa? Tadi kata pak satpam bilang...!"
  "Cuma bercanda!"
  "Itu siapa?" Yunis menunjuk Rudy.
  "Rudy!"
  "Rudy? siapa dia."
  "Hanya teman lama. Yunis ayo," Elita pun menggandeng Yunis pergi.
 

     Di atas langit sana. Gelegar petir bersaut2an. Petir itu suda terkontaminasi radiasi meteor pada perayaan pergantian abad waktu lalu. Petir itu terus bergulat di angkasa dalam balutan awan. Petir itu tak bisa turun ke bumi. Di karnakan energi dari meteor yg suda jatuh di bumi itu, tela memancarkan pemantul energi yg menghalangi petir tersebut. Petir itu menunggu serpihan energi terkumpul. Dan untuk membebaskan dirinya kembali menggelegar di angkasa.

 ...........................................

Selasa, 03 Juli 2012

Gadis angin



     Di saat perayaan pergantian abad baru tiba. Kampung Beneran yg terletak di pinggiran kota, tela di landah musibah. Kampung itu hancur pora poranda oleh hujan meteor malam itu. Dan hanya beberapa puluh orang saja yg berhasil selamat dari musibah tersebut.
      Tujuh di antaranya adalah anak2. Tujuh anak itu pun sekarang di rawat di panti asuhan 'Anak Bangsa' dan para penduduk yg selamat lainnya. Semua tela di relokasi ke beberapa kota dan desa.
     12 th tela berlalu. Tujuh anak itu sekarang tela tumbu dewasa dan semuanya suda di adopsi keluarga yg berbeda. Kecuali Tono, ia tak mau di adopsi. Tapi pada akhirnya, ia pun di adopsi oleh sebuah keluarga sederhana.
     Pagi itu di sebuah Smu, Tono adalah anak baru di smu tersebut. Ia baru masuk kemarin dan hari ini adalah hari ke duanya di smu itu.
     Dengan langka mantap, tono pun melangkah masuk ke dalam. Pas di tengah2 ambang pintu. Seorang cewek tiba2 masuk, menyerobot dan membuat Tono jatuh tersungkur.
  "E sorry2! Kau tak apa2kan," tanya cewek tersebut.
  "Nggak apa2," Tono pun memandang cewek itu sambil berdiri. "Bidadari," lirihnya.
  "Kamu! Kau Tono kan. Tono sanewan."
  "He?" ini pertama kalinya, ia melihat cewek ini. Dan Tono juga belum lama tinggal di kota ini. Di antara teman2 sekelasnya. Tono tak mendapati cewek itu kemarin. Siapa dia? Kenapa kenal dengannya! Itu yg terpikirkan Tono saat namanya itu di sebut.
  "Ini aku!" cewek itu teringat sesuatu. "O ya, Dina!" Cewek itu pun segera menaruh tasnya di salah satu bangku di meja depan dan ia pun lalu segera keluar dan meninggalkannya begitu saja.
   Tono terkagum dengan kecantikannya, sekaligus penasaran, siapa dia?
  "Ton! Sedang apa kau?" tanya Iko, cowok berkacamata teman sebangkunya.
  "Nggak," Tono sadarkan diri. Ia pun kemudian menaruh tasnya di bangkunya. Tono pun keluar kelas tampa menunggu Iko. 
  "Tono, tunggu...!"


      Di kantin. Tono dan temanya Iko duduk di kantin menikmati camilan. Tono pun lalu menunjuk seorang cewek.
  "Ko! Kau tau siapa cewek itu?"
Iko pun melihat yg di tunjuk Tono. "Oh Dina."
  "Yg di sampingnya? Yg berambut panjang itu!"
  "Nurha!"
  "Nurha?"
  "Iya itu teman sekelas kita. Beberapa hari ini, ia tidak masuk. Katanya ada urusan keluarga gitu. Kau kenal?"
      Tono menggelengkan kepalanya.  "Tadi di kelas. Aku bertabrakan dengannya. Dan dia tau siapa aku. Sepertinya dia mengenalku? Siapa yg dia!"
      Iko tak berekspresi apa2. Ia memandang Tono dan sesekali menoleh ke Nurha. Iko memang tau menau.
  "Baru sekarang ini aku melihatnya. Bagai mana dia tau aku, apa dia cuma asal nebak."
     Iko pun menggelengkan kepalanya dan menarik pundaknya ke atas. Tono memandang kembali cewek itu dengan lekat sampai bell masuk berkumandang.
    Di dalam kelas. Seluru siswa masuk satu persatu. Tono duduk tenang di bangkunya. Cewek itu, yg di liriknya tadi pun masuk. Cewek itu memandangnya dengan senyuman mempesona.
  "Selamat pagi anak2," seru Bu Nilam.
  "Pagi bu!" sambut para siswa.
  "Nurha, bagai mana ke adaan ibumu."
  "Suda baikan bu! Besok suda boleh pulang."
  "Sukurlah, sampaikan salam ku pada ibu mu ya. Semoga lekas sembu!"
  "Beres bu!"
  "Oke, anak2 sekarang buka buku sejara kalian. Halaman tujuh," Bu Nilam pun menuliskan satu kata di papan tulis!
 

    Jam istirahat tela berkumandang. Para siswa berhamburan meninggalkan kelas.
    Di bangkunya, Tono mengemas bukunya dan memasukan ke tas. Nurha pun mampir mendekat.
  "Hai Ton," sapanya.
  Tono diam sesaat. "Hai?"
  "Bagai mana keadaan panti sekarang!" tanyanya.
  "Panti! panti baik2 saja?" Tono kikuk menjawab. Nurha yg cantik itu terus memandangnya.
  "Suda lama aku tak ke panti. Ton, bagai mana keadaannya di sana?"
  "Panti! Sebenarnya, kau itu siapa?" Tono benar2 tak ingat.
  "Kau suda lupa ya? Aku Ainuria, si gadis angin!"
  "Ainuria! Si gadis angin?" seketika itu memori ingatan Tono pun keluar. Ainuria adalah temannya di panti, ia salah satu anak yg selamat dari musibah itu dan ia yg pertama di adopsi.
   Tono pun tergeletak pingsan. Dulu! Ainuria itu gendut, walau gitu, ia itu sangat periang dan lincah. Kakak2 pengurus panti pun memberinya julukan 'gadis angin'.
 

    Uks. Di ruangan itu, Tono tergeletak pingsan. Tak seberapa lama di tempat itu. Tono pun tersadarkan diri.
  "Di mana ini," pandangan Tono masih remang2.
  "Akhirnya kau sadar juga. Baru lihat cewek cantik segitu aja, uda pingsan. Paya kau Ton!" cocor Iko.
    Tono pun duduk. "Jam berapa sekarang!"
  "Masih waktu istirahat. Tenang aja!"
  "Terima kasih ya."
  "Untuk apa?"
     Pintu pun terketuk. Nurha dan seorang siswa laki2 pun masuk. "Tono, bagai mana," tanya Nurha.
    Tono pun menganguk. "Maaf ya tadi."
  "Orang payah memang tak beruba," ujar cowok yg datang bersama dengan Nurha itu.
    Tono mengenali suara itu. "Hanif!"
  "Ye, kau suda sadar. Kenapa tak kau bilang, kau juga sekolah di sini."
  "Suda tiga tahun. Gimana kabarmu," sloro Tono.
  "Kau itu yg bagai mana! Baru datang di sini suda payah."
    Tono hanya tersenyum.
  "Gimana keadaan panti sekarang. Dan bagai mana kamu bisa sekolah di smu ini."
  "Aku suda tak tinggal di panti lagi. Panti baik2 aja waktu ku tinggal."
  "Jadi akhirnya kau mau juga di adopsi."
      Tono menganguk. "Bagai mana kabar teman2 kita yg lain?"
  "Entalah. Setela aku di adopsi. Aku tak lagi mendengar kabar mereka," jawab Hanif.
  "Ton, kau suda bisa bangun kan. Bagai mana kalau kita ke kantin," lanjut Nurha.
  "Uda bisa!" Tono pun turun dari ranjang perawatan.

      Nurha kemudian keluar dari ruang uks. Dan di ikuti Tono serta Hanif.
  "Woe Ton, jangan tinggal aku dong," Iko pun ngeluyur keluar uks, lemas.
    Di luar uks. Dina datang. "Nurha tunggu..."
   Nurha, Tono dan Hanif seperti tak mendengar. Ketiganya ngeluyur saja ke kantin.
  "Ketemu teman lama. Teman baru di tinggalin. Dina mau bareng ke kantin!"
    Dina berpikir sebentar. "Oke!"
  ke duanya pun ke kantin menyusul Tono, Nurha dan Hanif...
 

Fee
 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More