Selasa, 03 Juli 2012

Gadis angin



     Di saat perayaan pergantian abad baru tiba. Kampung Beneran yg terletak di pinggiran kota, tela di landah musibah. Kampung itu hancur pora poranda oleh hujan meteor malam itu. Dan hanya beberapa puluh orang saja yg berhasil selamat dari musibah tersebut.
      Tujuh di antaranya adalah anak2. Tujuh anak itu pun sekarang di rawat di panti asuhan 'Anak Bangsa' dan para penduduk yg selamat lainnya. Semua tela di relokasi ke beberapa kota dan desa.
     12 th tela berlalu. Tujuh anak itu sekarang tela tumbu dewasa dan semuanya suda di adopsi keluarga yg berbeda. Kecuali Tono, ia tak mau di adopsi. Tapi pada akhirnya, ia pun di adopsi oleh sebuah keluarga sederhana.
     Pagi itu di sebuah Smu, Tono adalah anak baru di smu tersebut. Ia baru masuk kemarin dan hari ini adalah hari ke duanya di smu itu.
     Dengan langka mantap, tono pun melangkah masuk ke dalam. Pas di tengah2 ambang pintu. Seorang cewek tiba2 masuk, menyerobot dan membuat Tono jatuh tersungkur.
  "E sorry2! Kau tak apa2kan," tanya cewek tersebut.
  "Nggak apa2," Tono pun memandang cewek itu sambil berdiri. "Bidadari," lirihnya.
  "Kamu! Kau Tono kan. Tono sanewan."
  "He?" ini pertama kalinya, ia melihat cewek ini. Dan Tono juga belum lama tinggal di kota ini. Di antara teman2 sekelasnya. Tono tak mendapati cewek itu kemarin. Siapa dia? Kenapa kenal dengannya! Itu yg terpikirkan Tono saat namanya itu di sebut.
  "Ini aku!" cewek itu teringat sesuatu. "O ya, Dina!" Cewek itu pun segera menaruh tasnya di salah satu bangku di meja depan dan ia pun lalu segera keluar dan meninggalkannya begitu saja.
   Tono terkagum dengan kecantikannya, sekaligus penasaran, siapa dia?
  "Ton! Sedang apa kau?" tanya Iko, cowok berkacamata teman sebangkunya.
  "Nggak," Tono sadarkan diri. Ia pun kemudian menaruh tasnya di bangkunya. Tono pun keluar kelas tampa menunggu Iko. 
  "Tono, tunggu...!"


      Di kantin. Tono dan temanya Iko duduk di kantin menikmati camilan. Tono pun lalu menunjuk seorang cewek.
  "Ko! Kau tau siapa cewek itu?"
Iko pun melihat yg di tunjuk Tono. "Oh Dina."
  "Yg di sampingnya? Yg berambut panjang itu!"
  "Nurha!"
  "Nurha?"
  "Iya itu teman sekelas kita. Beberapa hari ini, ia tidak masuk. Katanya ada urusan keluarga gitu. Kau kenal?"
      Tono menggelengkan kepalanya.  "Tadi di kelas. Aku bertabrakan dengannya. Dan dia tau siapa aku. Sepertinya dia mengenalku? Siapa yg dia!"
      Iko tak berekspresi apa2. Ia memandang Tono dan sesekali menoleh ke Nurha. Iko memang tau menau.
  "Baru sekarang ini aku melihatnya. Bagai mana dia tau aku, apa dia cuma asal nebak."
     Iko pun menggelengkan kepalanya dan menarik pundaknya ke atas. Tono memandang kembali cewek itu dengan lekat sampai bell masuk berkumandang.
    Di dalam kelas. Seluru siswa masuk satu persatu. Tono duduk tenang di bangkunya. Cewek itu, yg di liriknya tadi pun masuk. Cewek itu memandangnya dengan senyuman mempesona.
  "Selamat pagi anak2," seru Bu Nilam.
  "Pagi bu!" sambut para siswa.
  "Nurha, bagai mana ke adaan ibumu."
  "Suda baikan bu! Besok suda boleh pulang."
  "Sukurlah, sampaikan salam ku pada ibu mu ya. Semoga lekas sembu!"
  "Beres bu!"
  "Oke, anak2 sekarang buka buku sejara kalian. Halaman tujuh," Bu Nilam pun menuliskan satu kata di papan tulis!
 

    Jam istirahat tela berkumandang. Para siswa berhamburan meninggalkan kelas.
    Di bangkunya, Tono mengemas bukunya dan memasukan ke tas. Nurha pun mampir mendekat.
  "Hai Ton," sapanya.
  Tono diam sesaat. "Hai?"
  "Bagai mana keadaan panti sekarang!" tanyanya.
  "Panti! panti baik2 saja?" Tono kikuk menjawab. Nurha yg cantik itu terus memandangnya.
  "Suda lama aku tak ke panti. Ton, bagai mana keadaannya di sana?"
  "Panti! Sebenarnya, kau itu siapa?" Tono benar2 tak ingat.
  "Kau suda lupa ya? Aku Ainuria, si gadis angin!"
  "Ainuria! Si gadis angin?" seketika itu memori ingatan Tono pun keluar. Ainuria adalah temannya di panti, ia salah satu anak yg selamat dari musibah itu dan ia yg pertama di adopsi.
   Tono pun tergeletak pingsan. Dulu! Ainuria itu gendut, walau gitu, ia itu sangat periang dan lincah. Kakak2 pengurus panti pun memberinya julukan 'gadis angin'.
 

    Uks. Di ruangan itu, Tono tergeletak pingsan. Tak seberapa lama di tempat itu. Tono pun tersadarkan diri.
  "Di mana ini," pandangan Tono masih remang2.
  "Akhirnya kau sadar juga. Baru lihat cewek cantik segitu aja, uda pingsan. Paya kau Ton!" cocor Iko.
    Tono pun duduk. "Jam berapa sekarang!"
  "Masih waktu istirahat. Tenang aja!"
  "Terima kasih ya."
  "Untuk apa?"
     Pintu pun terketuk. Nurha dan seorang siswa laki2 pun masuk. "Tono, bagai mana," tanya Nurha.
    Tono pun menganguk. "Maaf ya tadi."
  "Orang payah memang tak beruba," ujar cowok yg datang bersama dengan Nurha itu.
    Tono mengenali suara itu. "Hanif!"
  "Ye, kau suda sadar. Kenapa tak kau bilang, kau juga sekolah di sini."
  "Suda tiga tahun. Gimana kabarmu," sloro Tono.
  "Kau itu yg bagai mana! Baru datang di sini suda payah."
    Tono hanya tersenyum.
  "Gimana keadaan panti sekarang. Dan bagai mana kamu bisa sekolah di smu ini."
  "Aku suda tak tinggal di panti lagi. Panti baik2 aja waktu ku tinggal."
  "Jadi akhirnya kau mau juga di adopsi."
      Tono menganguk. "Bagai mana kabar teman2 kita yg lain?"
  "Entalah. Setela aku di adopsi. Aku tak lagi mendengar kabar mereka," jawab Hanif.
  "Ton, kau suda bisa bangun kan. Bagai mana kalau kita ke kantin," lanjut Nurha.
  "Uda bisa!" Tono pun turun dari ranjang perawatan.

      Nurha kemudian keluar dari ruang uks. Dan di ikuti Tono serta Hanif.
  "Woe Ton, jangan tinggal aku dong," Iko pun ngeluyur keluar uks, lemas.
    Di luar uks. Dina datang. "Nurha tunggu..."
   Nurha, Tono dan Hanif seperti tak mendengar. Ketiganya ngeluyur saja ke kantin.
  "Ketemu teman lama. Teman baru di tinggalin. Dina mau bareng ke kantin!"
    Dina berpikir sebentar. "Oke!"
  ke duanya pun ke kantin menyusul Tono, Nurha dan Hanif...
 

Fee
 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More