Senin, 13 Agustus 2012

Lived fruit



      Siang itu sebuah paket di antar oleh pak pos ke rumah keluarga Hassan. Paket itu berbentuk kotak besar, berukuran 1 meter. Tinggi x lebar x panjangnya sama.
      Dengan rasa penasaran. Keluarga Hassan yg terdiri dari ayah ; Hasan, ibu ; Fatima, anak pertama ; Velly, si kembar ; Gani dan Nisa, dan si bungsu ; Sivia itu pun membuka kotak tampa nama dan alamat pengirim tersebut. Hanya ada alamat keluarga Hassan.
      Hasan pun membuka kotak paket tersebut. "Apa itu?"
  "Baunya seperti buah pi," jawab Fatima istrinya.
  "Cukup besar untuk berenam!" tamba Nisa.
  "Hi.... Asyik!" lanjut Sivia.
       Velly kemudian mengangkat buah tersebut. Dan Nisa pun membantu mengangkat. Di meja, buah tersebut di letakkan. Buah yg bentuknya menyerupai semangka itu. Berwarna kuning dengan benjolan2 merah sebesar kelereng. Buah itu pun di itari dan di pandangi oleh Hasan sekeluarga.
     Dari dapur, Sivia datang dengan membawah sebuah pisau daging besar.
  "E? Mau apa kau," tutur Gani.
  "Kita makan bersama aja buahnya!" ujar Sivia setela menaru pisau tersebut di dekat buah itu.
  "Iya juga kita makan bersama aja. Dari pada di lihatin terus," tamba Nisa.
  "Kita kan belum tau ini buah apa? Siapa pemiliknya. Mungkin pak posnya itu sedang salah alamat," komentar Mami.
  "Alamatnya suda jelas mi ke sini. Rumah kita!" jawab papi lalu, ia berdiri mengambil cangkir kopinya yg di taro tadi.
    Velly pun mengankat pisau tersebut. Suda jelas. Buah ini di kirim ke rumah kita. Kita sukuri aja.
    Buah itu pun di belahnya. Bentuknya mirip melon tak berbijih. Daging buahnya berwarna pelangi. Velly pun memotongnya jadi enam bagian. Sivia dengan hati riang langsung melahap buah tersebut.
  "Rasanya manis!" ujarnya dengan mulut penuh.
  "Eh... Kalau makan tak boleh bicara," sahut mami.
  "Enak!" Gani menganguk.
     Mami dan Nisa pun mengambil bagiannya. "Untuk papi mana?"
  "Ini pi!"
  "Terima kasih sayang," ucapnya sambil tersenyum.
        Semua dengan senang hati memakan buah tersebut. Sivia yg paling dulu menghabiskan buah itu. Di susul Nisa dan Gani bersamaan. Papi pun juga suda menghabiskan bagiannya. Selanjutnya Velly dan yg terakir mami.
  "Uh? Ini apa ya," papi mengambil secarik kertas dari dalam kotak tersebut. Surat itu berisikan.
  "Assalamualaikum. Ini kakek, itu untuk kalian. Selamat menikmati. Buah itu namanya buah Lived fruit. Buah itu ku ambil dari pulau green land. Itu oleh2 dari kakek. Sehat2 selalu ya. Jangan lupa sholat!"
  "Makasih kek...," serentak Velly dan adik2nya.
  "Tumben baik juga orang tua itu?" papi pun senyum.
  "Sit, jangan gitu pi. Nanti kualat loh sama orang tua sendiri...!!"
  "Biarin. Ayah kan nggak ada di sini."
  "Eh pi. Ada catatan tambahan ni!" Fatima pun mendekatkan surat itu untuk jelasnya.
  "Oh ya, satu lagi. Ini bukan buah biasa. Buah ini mengandung power fisik. Bila di makan akan berdampak pada tubuh yg memakannya. Tapi jangan kuatir kalian pasti suka. Selamat menikmati."
     Setela surat itu di baca. Hasan dan keluargannya itu, pingsan tampa sebab!

................, 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More