Senin, 13 Agustus 2012

Bukan titisan dewa



       Raja Petir dan Dewi Angin terlibat perseteruan di alam Mayarah (bukan, alam dunia cuaca).
       Perseteruan mereka membuat dunia Mayarah bergejolak dan membikin dunia cuaca memanas. Penguasa Alam pun turun tangan dan menghukum keduanya karna tela membikin kegemparan tanpa perintah.
Keduanya pun di larang tampil berdua.  Selama seabad. Raja Petir pun protes. Karna yg memulai semua ini adalah Dewi Angin. Dewi Angin juga tak bisa menerima hukuman ini. Bila cuaca berkejolak di bumi tampa mereka berdua bersamaan, akan jadi apa cuaca di alam manusia.
          Penguasa alam membenarkan alasan itu. Hukuman ke duanya pun di serakan pada Bunda Pertiwi. Selaku yg terugikan akibat pertengkaran keduanya. Hukuman pun di jatukan.
          Malam itu halilintar menggelegar bersaut2an di atas desa Rusunawa. Angin berhembus kencang sejadi2nya. Cuaca sangat buruk malam itu. Sepertinya, keduanya lagi kongsleting dua2nya.
            Di sebuah salah satu rumah di desa tersebut. Seorang ibu muda, sedang berjuang melahirkan sang anak pertama. Pas tenggah malam itu. Bayi yg di tunggu2 keluarga tersebut pun lahir. Seorang anak laki2 tampan. Keluarga itu pun sujud sukur atas kelahiran generasi baru itu. Tak sampai di situ, ibu muda itu kembali merasakan sakit. Ibu itu pun berjuang kembali untuk anak keduanya. Selang lima menit, seorang bayi perempuan cantik pun terlahir. Kebahagian keluarga itu lengkap suda.
 
     17 th tela berlalu. Keluarga Haninto sekarang suda pinda ke kota besar.
Sma Ab (Anak Bangsa). Di pagi itu.
  "Pagi anak2!" seru pak Karno sang wali kelas.
  "Pagi pak..." sambut para siswa.
  "Hari ini, kelas kita tela kedatangan teman baru..."
  "Jantan? Apa betina pak!" sahut Aknur langsung menyablak.
  "Aknur! Jaga bicara mu!"
  "Maaf pak. Cuma tanya gitu pak. Kalau lebih jelek dari Putri Diana kan serem juga, gitu pak!" sahutnya ngasal aja.
        Diana dengan tampa babibu langsung lempar cakram tas. Aknur pun di bikin tengkle oleh lemparan sang putri raja itu?
  "Wek, mampus saja luh!"
  "Tenang, nggak papa2!" Aknur masih sempat2nya nyengir sok gentleman.
  "Anak2 tolong diam sebentar!" printahnya. Pak Karno pun keluar.
        Selang sesaat Pak Karno kembali masuk ke dalam dengan seorang siswi yg sangat cantik mengikutinya dari belakang. Para cowok2 pun bersiul meriah.
      Pak Karno pun menyurunya memperkenalkan diri.
  "Aku Sinta Windi Haninto. Panggil aja Sinta!"
  "Maaf pak!"
  "Iya, Aknur!"
  "Oe cewek...! Namanya kok mirip dengan Arjuna Thande Haninto. Kalian joinan ya?"
          Sinta pun tersenyum cantik mendengar pujian tersebut. Para siswa yg lain, semua bersorak membuat gadu kelas. "Hu...."
  "Tenang2 ya. Suda. Sinta sekarang kamu duduk dengan Diana. Silakan!" lanjut pak Karno.
      Di pojokan sana. Ajun nama panggilan kakaknya Sinta itu duduk tak bersemangat satu kelas dengan adik kembarnya, Sinta!
     Di rumah keduanya sering bertengkar. Tak bisa di pisah. Tapi keduanya akan berhenti bila ibunya datang!
     Ajun jadi siswa baru suda seminggu ini. Sinta baru datang sekarang karna harus mengurus sesuatu lebih dulu.

      Sebulan suda Sinta bersekolah di sma tersebut. Selama sebulan itu tak ada yg mengusik bawah keduanya adalah saudara kembar.
        Hari ini sehabis pulang sekolah seperti biasa. Ajun dengan gaya santai, berjalan keluar sekolah. Aknur pun mengiringinya di sampingnya.
       Para cewek dari kelas sebelah itu. Hampir semua, pada celamitan menunggu Ajun di dekat gerbang sekolah. Ajun pun di keroyok cewek2 tersebut sesaat setelah sampai di tempat.
      Sinta bersama Diana. Memandangi kakaknya itu dari kejauan saat cewek2 genit itu mengerubunginya.
Langit tiba2 menjadi gelap. Dan sebuah lubang hitam pun muncul. Ajun dan Sinta merasakan ada sesuatu di lubang itu. Tak beberapa lama sesosok monster hitam legam raksasa, keluar dari lubang tersebut.
       Monster itu seketika mengamuk dan menghancurkan semua yg di lewatinya. Para siswa semuanya panik dan menyelamatkan diri masing2.
       Dari tempat yg nggak terlihat banyak orang, Ajun dan Sinta bertemu. Keduanya pun bergandengan tangan dan akan menyelamatkan diri. Sebuah kilauan energi tiba2 terpancar dari gandengan tangan ke duanya. Energi itu pun membumbung tinggi membentuk sebuah bentuk monster serupa berwujud putih.
        Monster putih itu pun menyerang monster hitam tersebut. Dan terjadilah pergolakan udara. Angin berhamburan membuat semua benda tak bisa diam di tempat. Semua terlempar bergerak2. Petir menyahut2 dan bersuara nyaring, menyakitkan. Perbenturan kedua monster itu. Membuat bumi bergetar seolah terjadi gempa.
      Badai angin dan sambaran petir semakin membahana. Puting beliung itu pun memuncak dan membikin kerusakan lebih para.
      Waktu tiba2 mendadak berhenti. Hanya Ajun dan Sinta saja yg masih bergerak. Keduanya menengok kanan kiri tak tau apa yg sebenarnya terjadi.
       Di tengah2 dua monster yg bergulat itu, sesosok seperti manusia tampil. Orang itu turun melayang ke bawah. Dan berdiri pas di hadapan Ajun dan Sinta.
  "Hukuman kalian suda ku anggap cukup! Kalian boleh kembali bertugas. Tapi sebelumnya, kalian harus menyelesaikan menjadi manusia dulu!" orang itu bicara dengan suara menggelegar.
        Seiring dengan waktu kembali normal. Kedua monster itu tela lenyap. Cuaca tela kondusif. Ajun dan    Sinta tak mengerti apa yg di katakan orang barusan dan kemana orang tersebut perginya.
  "Apa itu tadi, kemana orang itu? Siapa dia!" Sinta sedikit bengong.
        Ajun pun menarik nafasnya. "Sudala! Yg penting semua suda beres?" Ajun pun pergi meninggalkan adiknya.
  "Kak Ajun! Tunggu...," Sinta pun pergi mengikutinya.
       Keadaan sekolah tela rusak pora poranda. Dan hanya beberapa kelas yg terselamatkan. Keadaan di sekitar sekolah juga bernasip sama.
       Di bawah pohon itu. Ajun terduduk memandang beberapa temannya, sibuk membenahi kerusakan. Dari tangan Ajun itu, ia merasakan sebuah sengatan listrik di aliran daranya.
       Sinta juga merasakan hal sama. Setiap ia jalan. Sinta kesulitan menapakkan kakinya. Sinta merasa seperti berjalan di bulan. Ringan!
 
End
 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More