Senin, 13 Agustus 2012

Dari massa depan



     Reza adalah cowok paling tampan di kelasnya. Banyak cewek2 yg kepincut manakalah ia berjalan di sekolah. Guru2 di bikin pusing dan kerepotan manakalah para fans Reza itu. Buat kegaduan saat kedatangan Reza.
     Reza memiliki banyak prestasi di sekolah, ia beberapa kali memenangkan kejuaraan atas nama sekolah. Dan beberapa kejuaraan lain atas namanya sendiri. Reza memiliki seorang teman yg paling dekat dengannya. Namanya adalah Dikid, ia berkacamata dan memiliki kapasitas kepintaran setingkat dengannya.   Perbedaannya cuma, Reza jago karate dan judo. Sedangkan Dikid cuma jago dalam mata pelajaran doang.
        Di ruang santai rumah orang tuanya Reza itu. Dikid datang berkunjung.
  "Hai! Rez," sapa Dikid pada temannya itu yg lagi memandangi televisi.
  "Oh?" Reza hanya melihat sesaat, setela itu ia kembali memandangi tv.
  "Seru amat! Acara apa si."
  "Itu, lihatlah!" Reza menunjuk berita di tv.
       Dalam berita tersebut. Seorang profesor mengklaim tela berhasil menciptakan mesin waktu. Saat di tanya dan di wawancarai, ia tak bisa menunjukkan mesin waktu tersebut dan seperti apa bentuknya.
  "Hem. Dia mungkin cuma bikin sensasi. Biar jadi selebritis," sahut Dikid. Ia pun lalu duduk di samping Reza.
  "Dari nada suaranya sepertinya. Profesor itu tidak bohong?" analisanya.
  "Sudalah. Kita main game aja yuk," Dikid pun menyalakan kotak game di depannya.
  "Minggir dikit," Reza pun menyambut stik dan keduanya pun lalu asyik main game tekken itu.
       Pulang sekolah. Reza menaiki motornya dan menyusuri jalan alternatif. Jalur yg pertama kalinya ia lalui. Jalan yg biasa ia pakai, keadaanya baik2 saja, sama sekali tidak terjadi kemacetan. Entah apa tujuan Reza lewat jalur itu.
       Tiba di dekat tikungan. Tiba2 seorang anak melintas. Reza pun membanting stang sepedanya ke kiri.  Mencoba menghindari anak kecil tersebut. Reza pun tak bisa mengendalikan sepedanya. Pagar pembatas jurang di terjangnya. Reza beserta motornya terjun bebas ke jurang tersebut.
          Reza suda pasra akan ajalnya. Sebuah cahaya tiba2 muncul dan mengerubunginya. Reza pun lenyap seketika beriringan dengan meledaknya motornya tersebut.
         Sebuah ruangan putih mengkilat. Reza tersadarkan diri, ia pun melihat profesor yg ada di tv itu, di hadapannya. Dan ia kemudian terpingsan kembali.
         Entah waktu berapa lama. Dan entah apa yg terjadi. Reza pun akhirnya sadar kembali.
     Di atas kasur yg empuk itu. Reza pun terbangun.
  "Di mana ini?" Reza menoleh ke kanan kiri.
  "Ini adalah rumah ku. Villa kuba millenium!" ucapnya jelas.
  "Kau! Profesor itu kan?"
  "Panggil aja aku Ptro."
  "Apa yg terjadi?"
  "Aku tela menyelamatkan mu dari masa lalu. Sepertinya kau harus berterima kasih padaku."
        Di samping Reza terdapat sebuah cermin. Reza pun menengok cermin itu. Sesosok wajah cantik di pandangnya. Tak salah itu adalah wajahnya.
  "Waaa...," Reza teriak kaget. Spontan, anunya pun di periksanya. Dan benar, Reza merasakan ini memang milik seorang cewek!
  "Profesor...."
  "Panggil aja aku Ptro!"
  "Siapa pun kau? Apa yg kau perbuat pada ku!"
  "Oh itu. Tenang saja, aku hanya mencoba temuan terbaru ku. Aku ingin tau apa reaksi mu," ujarnya sambil tersenyum.
  "Profesor gila! Kembalikan aku seperti semula."
  "Sepertinya itu tak mungkin2?"
  "Apa kau bilang?" Reza tak percaya.
  "Maaf cuma bercanda! Kalau kau melepaskan kalung yg kau pakai itu, kau akan kembali menjadi seperti semula," profesor itu pun menunjuk.
       Reza lalu memegang kalung dengan bandul kristal merah itu.
  "Di belakang bandul kristal itu ada kenur pengaitnya. Kau bisa melepaskan!"
       Reza pun membalikkan bandul tersebut. Kaitnya itu pun lalu di lepaskannya. Dan Reza kembali seperti semula.
  "Profesor maaf yg tadi."
  "Tak usah di pikirkan. Kalung itu kau simpan saja. Dan satu lagi, sebaiknya kau pulang."
  "Pulang! Aku! Kecelakaan itu," Reza segera berdiri turun dari panjang.
  "Saat ini tahun 2222 ! Aku menyelamatkan mu dari masa mu."
  " 2222 ! Jadi temuan mu itu?"
  "Ikut aku."
     Tampa banyak pikir Reza pun mengikuti profesor. Sebuah ruangan putih dan hanya ada satu kursi di tengah2 ruangan tersebut. Reza pun di mintanya duduk.
  "Tunggu sebentar," profesor pun pergi.
         Sebuah pintu lift pun keluar dari bawahnya. Dekat pintu masuk tadi. Profesor pun masuk ke tempat itu. Selang beberapa menit. Lift itu kembali naik. Dari situ profesor kembali menghampiri Reza.
  "Ini ada beberapa penemuan ku. Ini untukmu, termasuk kalung itu. Gunakan ini baik2!" profesor pun mundur. Dari bawahnya sebuah stik dengan satu tombol pun keluar dari lantai.
  "Profesor untuk apa ini?" Reza memegang kantong dan mengangkat pemberian profesor itu.
         Profesor Ptro pun memencet tombol tersebut. Dari bawah kursi itu. Muncul sebuah kuba dan langsung menutupi Reza. Asap jingga pun muncul. Reza suda menghilang dan kembali ke jamannya.
  "Reza! Kau harus selamat. Itu semua untuk saat ini!" kata profesor Ptrosianus itu.
     Di dekat motornya yg meledak itu. Reza tergeletak pingsan. Dengan sebuah kantong di tangannya.  Penduduk yg melihat kejadian tersebut. Langsung menolongnya dan membawah Reza kerumah sakit.
         Seminggu suda. Reza suda keluar beberapa hari lalu dari rumah sakit. Ia di nyatakan selamat tak terluka apa. Di kamarnya, Reza pun membuka kantong dari profesor Ptro itu.
  "Gelang cewek untuk apa ini? Hem." Reza pun memakainya. Mendadak ia sepertinya sangat bertenaga. Tangannya pun di letakkan di meja. Dan meja itu pun hancur oleh tekanan tangannya.
  "Ini!" Reza kembali membuka kantung itu. Sebuah sabuk wanita, gelang kaki, kacamata cantik dan sebuah topi merah. Di keluarkannya dari kantong itu. Kalungnya pun juga di ambilnya. Reza mengerti, ia akan jadi apa. Dari kantong itu secarik surat kemudian di baca Reza.
  "Kau pakailah semuanya. Setela itu kau kenakan topi itu. Seluru barang yg ku berikan itu akan menyatu.   Saat kau melepaskan topi itu. Semua akan menghilang dan akan kembali bila kau pakai lagi. Ke hebatan dari benda ini hanya kau yg bisa mengunakannya. Jadi lah super hero..."
  "Dasar profesor Gila...!"
 
end
 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More