Jumat, 01 Juni 2012

Pendekar Atas awan.



     Fudu adalah seorang pemuda dari Desa Rusunawa. Ia melakukan perjalanan ke kota dengan tujuan berguru di salah satu perguruan di kota kerajaan.
     Fudu cuma seorang pemuda biasa dari desa. Ia bercita2 ingin jadi pendekar hebat dan bisa membanggakan keluarga dan desanya.
     Setela memasuki kota. Fudu pun menghampiri kerumunan orang2 itu. Di tengah2 kerumunan tersebut, sepertinya ada dua pendekar yg sedang berkelahi.
  "Wah! Hebat! Mereka pasti pendekar2 dari perguruan2 di kota ini," kagumnya.
  "Mereka berasal dari perguruan 'Pedang kilat' dan perguruan 'Gada besi'," sahut seorang pemuda yg juga menonton di samping Fudu itu tiba2.
  "Begitu?" Fudu menganguk2.
  "Tadi mereKa bilang ke dua perguruannya itu akan membuat cabang di pintu timur ini. Sampai saat ini mereka, kedua perguruan itu masih belum dapat ijin dari kerajaan," lanjutnya.
  "Oh? Lalu kenapa mereka berkelahi?"
  "Aku tak tau?"
  "Aku Fudu, salam kenal. Aku baru di kota ini."
  "Aku Mirza, aku juga baru di kota ini!" keduanya pun berjabat tangan.
  "Aku datang kota ini. Mau mendaftar di perguruan," lanjut Mirza.
  "Aku juga!" sahut Fudu.
  "Aku akan ku perguruan 'Pasir angin'. Aku mau mendaftar di sana. Bagaimana denganmu?"
  "Aku belum tau akan mendaftar di mana?"
  "Bagai mana kalau kau ikut aku!" akrabnya.
  "Terima kasih, teman. Tapi, aku ingin lihat2 dulu. Setela itu akan ku tentukan kemana!"
  "Semua perguruan di kota ini memiliki persaratan untuk bisa masuk. Aku suda mempersiapkan diri untuk itu."
  "Persaratan?"
  "Itu persaratan dari kerajaan. Katanya itu untuk meninggatkan kwalitas pendekar dari kerajaan ini."
  "Kwalitas?" ulangnya.
  "Oya, sampai jumpa," ujarnya setela ia menyentu jidatnya.
  "Sampai jumpa juga teman!" balas Fudu. "Kemana ya sekarang?"
     Pertarungan kedua pendekar itu tetap berlanjut. Fudu pun kemudian pergi berlalu dari tempat itu. Ia berhenti sebentar di depan sebuah otled. Fudu pun membeli beberapa buah di otled itu. Fudu melihat kanan kirih sambil mengigit apel yg di pegangnya itu.
  "E anak muda. Sebaiknya kau pergi ke balai kota. Di sana ada papan pengumuman untuk masuk perguruan," kata seorang pak tua berbaju lusuh yg berdiri tiba2 di samping Fudu itu.
  "Wah! Terima kasih pak."
 
  "50 Zver."
  "Ha...?!"
  "Informasi umum harus bayar."
  "Bayar?" Fudu pun memandang papan yg tergantung di leher pak tua itu. 'Penjual informasi umum.'
  "Kalau kau mau cari informasi yg lain. Tanyakan saja padaku. Dan harus bayar!"
  "Ini pak," Fudu tak tegah, ia pun mengeluarkan uang 50 Zver dari sakunya.
      Atas pemberi tahuan pak tua itu. Fudu pun pergi ke balai kota. Di sana, ia mencari papan pemberitauan persaratan tersebut. Fudu pun menemukannya.
    "13 perguruan! Satu lagi baru berdiri tahun ini. Persaratan...," Fudu pun menyimak imformasi yg tertera di papan tersebut.
    "Persaratannya hampir semua serupa. Ada 4 perguruan besar dan ada Persaratan tambahan. Uang registrasi 30 Zgol (1 Zgol = Rp 100 ribu. 100 Zver = 1 Zgol ). Aku tak punya uang sebanyak itu. Gimana ya..."
     Fudu menggaruk kepalanya, ia tak tau harus ngapain. Selain persaratan registrasi. Persaratan yg lain, ia harus tau dasar ilmu beladiri. Dan beberapa persaratan yg sebagian tidak, ia miliki.
     Fudu pun terduduk di bawah papan persaratan tersebut. Ia tak bisa kembali ke desa, ia suda kepalang bilang akan kembali bila suda jadi orang hebat!. Fudu bingung di tempat duduknya, sesuatu pun terlintas di benak Fudu. Fudu pun langsung bangkit, ia kembali memandang papan pengumuman tersebut. Secerca harapan masih ada.
     Perguruan ke 13 yg baru berdiri itu.
Perguruan 'Atas awan'. Persaratan hanya menerima 7 murid yg daftar pertama pada tahun ini. Tidak ada persaratan yg lain. Lokasi di bawah bukit selatan kota.
  "Masih ada kesempatan! Aku harus segera kesana," Fudu sumringa. "Tapi, hanya tujuh orang, pasti saat ini pendaftaran suda di tutup..."
     Tiba2 tas yg di pegang Fudu itu di copet seorang anak. Fudu pun langsung mengejar anak itu.
  "Oe tasku," Fudu terus mengejar anak itu. Anak itu terlihat menyelinap di antara keramaian orang di jalan. Fudu terus mengejar anak itu.
 
      Di jalan itu Fudu terhenti, ia menabrak seorang laki2 seusianya, berbaju serba hitam tertutup.
  "Maaf, maaf! maafkan...," Fudu menunduk2. Sepertinya orang tersebut tak peduli. Orang itu pun pergi begitu saja.
     Fudu kembali mencari2 anak itu. Dan sepertinya anak itu suda menghilang tak tentu jejaknya.
  "Gimana ini. Seluru uang ku ada di situ!" Fudu panik.
  "Permisi..."
    Fudu pun menengok balik.
  "Maaf, permisi. Aku mau tanya, kearah mana ya..., bukit selatan?" seorang wanita bersama temannya itu bertanya.
    Fudu menggelengkan kepalanya, ia sendiri tak tau di mana bukit selatan itu berada.
  "Lurus saja, lewati jalan ini. Sampai di arena permainan Kalkid. Setela itu belok ke kanan, kau akan lihat bukit kecil di sana. Letaknya berbatasan dengan kota."
  "Terima kasih."
  "Aku Hivan! Sampai jumpa," kata orang yg berbadan besar itu, dan ia pun pergi.
  "Maaf! Boleh aku ikut. Namaku Fudu."
  "Aku Milk dan ini Reva!"
     Reva tak bicara, ia memandangi Fudu dengan pandangan tajam. Fudu di buatnya kikuk saat balik memandangnya cewek dengan dadanan rocker itu.
  "Selama belum di coba, masih kesempatan," pikir Fudu.
     Ketiganya pun lalu pergi ke tempat yg di tunjukkan Hivan.
     Setela beberapa waktu di perjalanan. Ketiganya pun sampai di sebuah rumah gubuk kumuh. Di depan rumah itu terdapat sebuah poster bertuliskan, selamat datang di perguruan 'Atas awan'.
  "Apa benar ini tempatnya," terka Reva. "Ini tidak seperti yg di katakan jend..."
     Milk menghentikan kata Reva. Fudu tak bisa berpikir. Ia masih mengingat tasnya itu.
  "Hai! Ketemu lagi. Masuklah!" Sambut Hivan, ia duduk di atas pagar rumah tersebut.
  "Apa anda Master (sebuatan untuk guru pada perguruan belahdiri) di perguruan ini?" terka Milk.
  "Tidak. Aku mau mendaftar di sini. Dan sepertinya masih sepi. Ini perguruan yg baru berdiri. Aku ingin tercatatat sebagai murid senior nantinya!"
  "Terima kasih! Atas yg tadi," ucap Milk.

     Fudu pun masuk di ikuti Milk dan Reva. Hivan juga ikut masuk.
    Di dalam suda ada dua orang, salah satunya Mirza, kenalan pertama yg di kenal Fudu di kota ini.
  "Fudu...!" sapa Mirza.
  "Hai teman. Bukannya kau mau mendaftar di perguruan Pasir angin?"
  "Aku gagal masuk seleksi."
  "Masuk seleksi?" Fudu ingat, di papan pengumuman. Tidak di sebutkan mengenai seleksi.
  "Yg mendaptar cukup banyak dan semua memenui persaratan. Jadi di adakanlah ujian seleksi, memilih siapa yg kuat di antara kami."
  "Oh...?" Fudu mengganguk2.
  "Payah," timpal Reva tiba2.
    Mirza mengenal suara itu. "Reva!"
  "Stop. Reoninya nanti saja?" serga Milk.
  "Cewek gila," balas Mirza.
  "Selamat datang di perguruan ini. Aku Master Davano. Dengan anak ini pas tujuh orang. Ku ucapkan selamat, mulai hari ini kalian resmi jadi murid perguruan Atas awan,"
  "Itu! Tasku," Fudu pun merangsek ke hadapan Master.
  "Ini tasmu!"
  "Iya! Terima kasih master," Fudu senang.
  "Master! Dengan tempat seperti ini, apa tak salah?"
  "Ini adalah ujian pertama untuk orang2 yg akan mendaftar ke sini."
  "Ujian?" sela Fudu.
  "Kalau kalian ingin belajar ilmu beladiri. Kalian tidak akan pedulikan tempat ini. Tapi kalau kalian hanya ingin status, kalian tidak akan masuk kemari," jelas Master Davano.
    Fudu mengangguk, sebenarnya Fudu nggak mengerti, tapi ia menganguk saja.
  "Tidak perlu peresmian. Tujuh orang pertama yg melewati pintu itu, ku anggap tujuh orang itulah yg terpilih jadi murid perguruan Atas awan ini."
  "Begitu. Lebih sedikit orang, itu akan membuatku jadi murid terhebat di perguruan," ujarnya Hivan.
  "Pertama2, aku ingin tau nama2 kalian," pinta master.
  "Aku Hivan Resorsis!" sahutnya.
  "Aku Fudu, hanya Fudu," lanjutnya semangat.
  "Aku Miliana kasual. Panggil aja Milk."
  "Zessy Revalina."
  "Ramirza Surya."
  "Aku Didit Scowpy," anak kecil itu menganjungkan tangannya.
  "Lalu, bagai mana dengan mu," tanya master pada pemuda berbaju serba hitam itu.
  "Skul Rivers."
  "Oke baiklah, sekarang ikut aku," master pun masuk ke dalam rumah tersebut.
      Ketujuh muridnya itu pun mengikuti dari belakang. Master lalu membuka sebuah pintu terbuat dari besi.   Kesemuanya pun masuk. Lampu kemudian menyalah. Sebuah ruangan putih bersi nan mengagumkan.  Semua takjub, ini pertama kesemuanya melihat tempat seperti ini. Ruangan itu pun lalu bergetar tapi sebentar.
  "Kalian kemari," panggil master.
     Ke tujuh muridnya itu lalu mengikuti master.
     Fudu meliat ke luar jendela. "Wah! Ini, rumah ini terbang."


  "Ufo!" kata Skul.
  "Yah, ini adalah pesawat ufo. Dengan pesawat ini, kita akan ke perguruan Atas awan."
    Semuanya takjub dan senang. Fudu meloncat2 kegirangan. Milk juga ikut2an. Didit membuka sebuah pintu, di situ, ia pun bermain gravitasi.
    Hivan sibuk berbicara dengan master tentang semua ini. Mirza dan Reva berkelahi di pikiran. Mereka saling memandang dan saling menyerang. Skul kembali keruangan putih itu, ia pun bersemedi. Dari sinilah rencananya untuk memusnakan  kerajaan Lizardon akan di mulai. Ia harus berguru dengan orang sakti. Seperti Master Davano.

 
T

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More