Rabu, 06 Juni 2012

Anak petir




        Sebuah kasus pembunuhan tela terjadi. Petunjuk dan barang bukti, hanyalah sepucuk surat yg ada di tangan si korban.
  "Bagai mana?" tanya seorang komandan kepolisian pada penyidik yg sedang mengamati surat tersebut.
  "Kurasa surat ini bukan di tulis si korban. Walau pun kelihatannya surat ini di tulis dengan tangan kanan, tapi sebenarnya ini jelas di tulis dengan tangan kirih."
  "Jadi! Ini bukanlah kasus bunuh diri.
Dan yg menulis surat ini. Adalah seorang yg bertangan Kidal. Dan mungkin dialah pelakunya." tamba penyidik lain.
"Lalu, siapa orang yg bernama Black coat itu?" ujar sang komandan.
.......
 
     Itu sepengal adegan film yg sedang di tonton Konsu, seorang anak muda usia Sma.
     Di saat seru2nya itu. Tiba2 film tv yg di tontonnya itu padam. Bersama itu, Erin kakaknya teriak memanggilnya dari dapur.
  "H...? Mati!" Konsu pun berdiri dan memeriksa lampunya. "Ah...! Sial. Pakai mati listrik segala."
  "Konsu... Kesini, cepet," panggilnya ulang.
      Konsu dengan agak sedikit kesal, ia pun pergi ke dapur. "Apa2an si, teriak2 melulu. Nggak lihat apa? Orang lagi sebel," grutunya.
  "Konsu..."
     Di dapur.
  "Kak, ada apa si? Ribut amat," tanyanya.
  "Ini!" kakaknya itu pun menyodorkan uang seratus ribu pada adiknya. "Tolong belikan, ini daftarnya."
  "Apa ini?" Konsu pun membaca daftar tersebut. "Bumbu?"
  "Suda berangkat sana! Sebentar lagi ayah akan pulang. Ikan ini harus segera di masak," lanjutnya.
  "Iya," Konsu pun berangkat.
  "Beli di mal pasarindo ya, cepat..."
  "Iya," jerit balik Konsu saat membuka pintu.
  "Jangan lupa buah kaktusnya..."
  "Iya, bawel..."
      Di luar. Konsu mencari motornya, ia pun ingat, motornya lagi masuk bengkel tadi pagi.
   "Ah sial. Motor di bengkel lagi," grutunya.

       Angkot pun terlihat melintas. Konsu kemudian langsung berlari menghadang angkot tersebut. Angkot itu pun berhenti, Konsu kemudian segera masuk angkot tersebut.
       Bebesapa saat berlalu, angkot itu pun melewati mal yg di tujuh. Konsu segera menghentikan angkotnya. Ia kemudian turun.
  "Utang dulu pak. Nggak ada uang kecil," ujarnya.
  "Enak aja utang, bayar!" tagih si supir angkot itu.
  "Maaf pak, poko'e utang dulu, da..."  Konsu langsung berlari ke mal tersebut.
     Sampai di mal, Konsu langsung masuk mal itu dan mengambil keranjang belanjaan. Konsu pun kemudian segera masuk ke bagian bumbu dapur. Seorang satpam datang menghentikan Konsu.
  "Maaf dek, mal ini di tutup. Untuk sementara sampai waktu yg tak di tentukan."
  "Tutup, apa maksudnya."
     Satpam itu tak menjawab.
  "Ini kan masih siang kenapa di tutup. Tolong buka dong..." rengeknya.
  "Begini adik manis, listriknya lagi padam. Jadi mesin kasirnya tak bisa dinyalakan," jelas satpam tersebut.
  "Adik manis, kapan aku jadi adikmu?"
  "Silakan anda pulang dulu. Mal ini di tutup. Kalau listriknya suda nyala lagi. Adek boleh datang kembali."
  "E pak satpam. Kenapa nggak pakai saja generator," timpal Konsu.

    Satpam yg tak banyak bicara itu pun langsung menggelandang Konsu keluar dari mal.
  "E pak satpam. Bukain dong... Kalau tidak, aku bisa mati ni...," rayunya.
     Pak satpam itu pun lalu menempel secarik kertas pengumuman di depan kaca pintu mal. Si satpam itu kemudian memandang lekat Konsu. Konsu di buatnya kekih dengan pandangan tajam satpam tersebut.
       Konsu akhirnya berjalan pergi menggelandang lemas. Ia pun kemudian duduk di lantai pagar mal itu.
  "Ini semua gara2 listrik? Listrik sialan..., pakai mati segala. Awas kau kalau ketemu?" Konsu teriak2 kayak orang gila.
     Tiba2 langit menjadi gelap. Angin dingin pun berhembus. Dan suara petir menggelegar dengan kerasnya. Para pengujung mal itu yg masih menunggu. Semua berhamburan menyelamatkan diri dari rinai air yg mulai menetes dari langit. Petir kembali bergelegar dengan lantangnya.
  "Wah du? Gawat, bokapnya marah tu! Sepertinya..., lebih baik aku segera pergi saja dari sini. Kak Erin, maaf ya."
     Konsu pun buru2 pergi dari mal tersebut. Hujan mulai deras. Konsu pun bertedu di bawah payung di tempat parkiran. Setela sejam, hujan pun berhenti.
  "Sepertinya aku memang harus cari di pasar lain. Mungkin kalau aku beli di sana masih ada sisanya dan bisa... aaah, beres!" Konsu dengan nada senang. Ia pun melenggangkan kakinya dari mal tersebut.
  "Dasar listrik jelek, jelek, mampus saja kau?!" Konsu bernyanyi2 riang.
 
      Di langit mendung kembali pekat. Dari mendung yg cuma sebongka itu, terlihat seperti listrik super menyelubungi awan hitam itu. Awan itu pun lalu menggelegar mengeluarkan sambarannya. Konsu yg ada di bawahnya seketika langsung di jilat petir tersebut.
     Konsu tergeletak. Ia tak mampus, ia hanya gosong, parah?
  "Ampun..."
  "Petir, listrik dan yg lainnya itu adalah anugrah dari yg kuasa. Kalau bicara jangan seenak jidatmu"
 
                               Hi....

 
T
 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More