Senin, 28 November 2011

Sayap Riana

    Di jalan itu Riana sendirian menunggu bis datang menjemput. Untuk membunuh waktu selama menunggu. Riana pun berkencing ria di bawah pohon dekat halte.
      Malam suda larut. Jam pun menunjukan pukul 23 : 61 tengah malam.
"Du... lama amat si bisnya ?"

        Selesai dari hobby tak mengenal waktu itu. Riana lalu kembali duduk di halte. Dalam pikirannya yg melayang. Riana ingat kejadian kakinya di injak May teman sebangkunya itu siang tadi.
       Dari remang2 sudut kota. Sebuah cahaya muncul. Bis yg di tunggu2nya akirnya datang juga. Riana pun naik.

 "Hallo sayang !" sapa si sopir bis.
 "Om, lama amat si datangnya !" keluh cewek yg berbusana serba putih dan berambut kayak kuntilanak itu.
 "Katanya minta di jemput tengah malam !"
 "Iya si. "
 "Ian apa suda dapat kabar dari Dikqi, " tanya Arlan omnya Riana.
 "Uda om. Katanya besok ia akan pulang !"
 "Sukur la !"
      Bis terus melaju pulang ke pangkalan. Rumah Riana tak jau dari pangkalan bis di mana tempat omnya itu bekerja.


      Hari minggu. Hari ini Riana libur sekolah.
      Mentari telah meninggi. Riana pun bangun dari persemayaman nya.
      Selesai merapikan kamar. Seperti biasa. Riana lalu berula di kamar mandi. Riana bermain2 air dan membuat seluru tubuhnya yg mulus itu basa kuyuk.
     Selesai dari situ. Riana kemudian kembali ke kamarnya. Sekarang, ia suda tampil lebih cantik dari sebelumnya. Dengan gaun pink. Dan rambut yg tergerai lurus.
     Riana keluar rumah dengan kamera foto di tangan. Di depan rumah, Riana mendapati motor harleynya Dikqi suda terparkir.
 "Motornya Dikqi itu. Jam berapa pulangnya ?"

        Riana kembali masuk ke dalam dan mencari2 sepupunya itu.
 "Bik mana Dikqi !" tanya Riana pada bik Ane.
 "Anu non. Ia pagi2 sekali baru datang. Mungkin masih tertidur !"
      Riana melihat kunci motor Dikqi ada di atas meja. "Ya uda bik. Bilangin motornya aku pinjam sebentar ".
   Bik Ane mengangguk. "Ia non! "
     Riana pun bergegas keluar dengan helm di tangan dan kamera.
   Di luar, motornya Dikqi itu lalu di tidurinya. Lubang kemerdekaan pun di tusuk. Motor yg tadinya diam sekarang bergaira dengan suara perkasa. Dengan sekali plintiran gas. Motor tersebut langsung ngacir lari dari halaman rumahnya.
     Jalanan yg tenang pagi ini tlah di lindas si cantik Riana. jalanan kota pun di susuri. Riana kemudian berhenti di sebuah taman kota.
    Dari parkiran. Riana lalu masuk ke taman.
"Riana..., " sebuah suara memangilnya.
     Riana pun menoleh ke kanan kirih.
"Kak Riana..., " suara terdengar lagi.
 "Ngganggu aja siapa si " Riana tak peduli. Ia lalu mengarakan kameranya. Ke seorang di depannya.     Seorang petugas kebersihan yg lagi mengorek2 sesuatu di bawah pohon. Riana membidik orang tersebut.
 "Awas... " suara yg sama mengalun lagi.
       Riana hanya cuek aja. Sesosok anak laki2 tiba2 turun dari angkasa. Ia melayang2 di hadapannya. Riana pun seketika terdiam tak bergerak.
 "Kak Riana ! ini, " segelas air lalu di berikan anak itu padanya.
     Tangan Riana tiba2 bergerak sendiri menerima air tersebut dan meminumnya.
setela air itu terminum. Riana seperti tersetrum.
 "kak Riana, kak..., " anak itu berteriak. Riana masih terdiam tak merespon.
     Anak itu pun lalu mencubit lengan Riana. Riana seketika tersadar oleh cubitan tersebut.
 "Kak Riana. Sampai jumpa !" anak itu tiba2 menghilang di depan matanya.
 "Wa... ?" Riana berteriak terkejut kaget.
         Riana pun lari ketakutan. Rasa gatal terasa di punggungnya. Riana pun berhenti. Ia lalu mengerayangi punggungnya tersebut. Saat tangan kanannya menyentuh punggung. Rasa gatal seketika menghilang. Dan Riana mendapati suatu benjolan di punggungnya.
 "Apa ini ?" Riana meraba2. Ada sesuatu agak keras dan ada juga yg lembut.
       Perasaan Riana tak enak. Ia lalu kembali menaiki motor harleynya Dikqi dan pulang kerumah.

        Di rumah. Riana memakir gitu aja motor tersebut. Riana lalu berlari melayang dan dan buru2 masuk ke kamarnya.
     Tak banyak kata. Riana pun mencopot gaunnya itu sambil menghadap ke cermin di kamarnya
     Sebuah sayap putih cantik perlahan2 tumbuh dan mengembang indah di pungungnya. Riana takjub sekaligus apa ini semua. Riana bingung.
 "Kak Riana, " suara anak itu terdengar kembali.
        Riana tak lupa dengan suara tersebut. Air dari anak itu lah yg membuatnya jadi begini ini.
 "Gigitlah pungung telapak tangan kanan kakak. Sayap itu akan hilang. Dan untuk memunculkannya lagi. Gigit saja jari jempol tangan kanan kak Riana ".
 "Siapa pun kau keluarlah " sahut Riana menjawab suara itu.

     Agak sedikit ragu. Riana pun mengigit pungung telapak tangan kanannya dan sayap itu pun menghilang dari punggung Riana yg seksi itu tampa busana
    Riana kegirangan senang, ia pun melonjak2. Riana lalu mengenakan kaos yg ada di dekatnya.
   Tok tok sebuah suara ketukan. Pintu pun terbuka.
 "Lagi kesambet ya. Brisik tau !" tuduh Dikqi.
   Riana meringis. "Sorry !"
 "Bus... Hi setan, pergi kau ?" Dikqi berlagak jadi nggak normal.
 "Hi sana keluar !" Riana pun mendorong Dikqi sepupunya itu keluar kamarnya.
 "Jangan brisik lagi ya !" kata Dikqi dari luar.
 "Suda diam !" Riana tak sadar, ia kemudian menggigit jempolnya.
     Sayap bidadari keluar lagi. Kaos kesukaannya itu langsung terobek oleh tekanan kemunculan sayapnya.

    Waw...! Riana terlihat seksi dengan sayap bidadarinya dan dengan robekan kaos yg mengantung di dadanya.
 "Kaos ku... Ha...? " air mata dara pun tumpa. Ha...

     Dak lucu ya...

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More