Sabtu, 09 Januari 2010

Cinta, ikhlas

    Aku tak pandai bercerita cinta. Ini cuma cerita cinta biasa.

    Sore itu. Sinar matahari terhalang awan mendung. Udara berhembus agak kencang. Pepohonan pada berisik oleh terpa'an angin. Di jalan menujuh ke pantai wisata. Di situ, Dea ratna galhy si pemeran utama berjalan seorang diri, ia bersedih hati.
Beberapa waktu lalu, ia harus merelakan sahabatnya yang juga di sukainya diam2 itu menjadi milik cewek lain.

   Ramon adalah nama pemuda yang di maksut. Sejak Dea dan Ramon duduk di bangku SMP mereka suda jadi teman akrab. Selama mereka berteman. Dea suka sekali membantu. Dea juga tau betul bagai mana sifat sahabatnya itu dan demi kebahagiaan sahabatnya tersebut, ia rela cintanya bertepuk sebelah tangan asalkan sahabatnya bahagia.

   Masih di jalan itu.
   Dari arah belakang Dea. Sebuah mobil berjalan cukup kencang ke arahnya. Dea terserempet mobil itu. Dea terjatu. Mobil itu tak berhenti dan meninggalkan si korban begitu saja.
    Pada saat itu juga. Seorang pemuda berpenampilan agak kumal yang kebetulan melihat kejadian itu. Langsung menolong Dea yang terserempet mobil tersebut.
"Kau tak apa2 kan ?" pemuda itu memastikan.
"Au... sakit," Dea merinti sakit sambil memegang luka di tangannya.
"Ini parah lukanya ?. Sebaiknya di bawah cepat ke rumah sakit. Biar nggak impeksi," cetus pemuda itu saat melihat tangan kiri Dea terluka akibat keserepet.
"Nggak usah cuma luka segini saja tidak apa2 ?"
"Begini saja. Kau ku antar ke rumah sakit. Oke... "
"Terima kasih ya... ini tidak apa2 ?"
"Tidak apa2 bagai mana itu parah lukanya...? kalau di biarkan bisah impeksi. Sebaiknya kau ku bawah rumah sakit, ikhlas."
  Dea pun segera di larikan kerumah sakit terdekat. Dengan menaiki sepeda motor pemuda itu.

   2 hari berlalu.
  Di depan studio foto. Saat ini Dea akan masuk ke dalam studio. Tiba2 ia terdorong oleh seseorang. Dea tersungkur tapi tidak sampai terluka, ia cuma menatap pintu.
"Maaf-maaf !" pinta orang yang tak sengaja mendorongnya itu.
"Matanya di taruh di mana si ?  Kalau jalan hati2 dong !" bentak Dea sembari bangkit dari tempatnya terjatu.
Dea pun lalu menoleh ke orang yang menabraknya barusan. Dea kenal.
"Kau !. Kalau jalan hati2."
"Kau tidak apa2 kan. Maaf ya . Tadi itu aku tersandung," jelasnya orang itu yang perna menolong Dea 2 hari lalu itu.
"Kamu, sedang apa kau di sini ?"
"Anuh. Aku sedang jalan2 saja. Kebetulan saja aku lewat di depan studio ini," Jawabnya tidak meyakinkan.
"Oh..., terima kasih atas pertolongannya waktu itu."
"Sama2 " nggak nyambung. "Bagai mana dengan tanganmu."
"Suda mendingan".
"Oh begitu. Sukur lah !. Saya permisi dulu da...."
   Sejenak.
"Hei...! Siapa namamu," teriaknya Dea.
Sayang pemuda itu suda keburuh berbelok ke gang. Dan Dea harus segera masuk studio.


   Malam harinya.
  Jam suda menunjukan 9 malam. Dea seorang diri berdiri di trotoar jalanan menunggu taksi lewat. Dan tiba2 sebuah mobil jib berhenti di hadapannya.
"Hai teman masuk lah !" ujar si sopir.
"Kau. Kau lag.i"
"Malam2 begini nggak ada taksi yang lewat. Ayo masuk lah ku antar."
   Dea pun masuk, ia kelelahan sehabis kerja di studio itu sampai malam. Dea tak banyak bicara selama perjalanan pulang.
"Thanks ya!" Dea pun turun dari jip itu.
  Pemuda itu senang mendengar ucapan Dea.

   Di hari berikutnya.
  Dea dan pemuda itu bertemu secara kebetulan di sebuah kafe. Di kafe itu mereka ngobrol sepuasnya seperti sahabat lamah aja. Dan sejenak saat itu Dea melupakan sosok Ramon dari otaknya. Dea pun tau nama pemuda itu adalah Rio. Dan dia anak baru di kota ini.

    3 hari berlalu.
  Sma bangsa ini. Pagi yang indah hari yang cerah. Bel masuk sekolah selesai berdentang. Di kelasnya Dea. Ibu guru yayuk datang bersama seorang siswa baru.
"Selamat pagi anak2."
"Pagi bu... !" ucapan serentak siswa.
"Rio !" desis seorang siswi yang duduk di bangku nomor 2 baris ke 3.
"Anak2 perkenalkan ini teman baru kalian mulai hari ini" ucap bu Yayuk yang terlihat suda beruban itu. "Ayo perkenalkan dirimu."
"Ok . Namaku Dentario Handoko. Biasa di panggil Rio. Aku berasal dari sma seratus Surabaya gitu. Dan saat ini aku tinggal di perumahan Gorden elite bersama ke dua orang tua ku. Uda gitu aja."
"Ada pertanyaan," ujar ibu guru.
   Dari 25 sisma. Satu dari mereka mengacungkan tangannya.
"Rio, kau tinggal di perumahan Gorden elite. Level 1, 2, 3 atau 4".
  Rio berpikir. "Aku nggak tau ?" jawabnya sambil garuk2 kepalanya.
"Ada pertanyaan lagi."
  Seorang siswi yang duduk di samping Dea kemudian berdiri. "Mau tidak kau jadian sama teman sebangku ku." Dea seketika itu langsung menarik tangan tmannya itu.
  
Serentak para siswa menyoraki Aina teman sebangku Dea.
"Gimana ya..." Rio nyengir.
"Suda2 kita mulai pelajarannya. Rio sekarang kau duduk di situ sebangku dengan Adam. Tak apa2 kan".
Rio berjalan kebangkunya. Di bangku yang letaknya agak di belakang itu.
"Yo... Selamat datang sobat. Perkenalkan aku Adam al Rofik. Aku juga tinggal di Gorden elite level 4, khusus perumahan untuk yang berpenhasilan dua juta sebulan. itu kata ayahku."
 Rio kembali tersenyum. kayak orang kesurupan.
"Anak2 keluarkan pelajaran kalian kemarin. Adam kau bantu Rio menyesuaikan diri ya" ujar bu guru Yayuk.
"Beres bu.." Adam bersemangat.

   Siangnya.
Awan mendung agak bergelayut di udara. Cuaca masih cerah. Bel pulang sekolah selesai berbunyi. Para siswa siswi bermunculan dari tiap2 kelas. Suasana kian semarak anak muda pulang sekolah.
Di depan kelas 2b.
"Tunggu... Hai teman," Rio basa basi.
Dea hanya tersenyum melihat Rio.
"Mau ku antar pulang lagi nggak."
"Nggak, aku bawah sendiri kok," jawab Dea santai.
"Ya sudah sampai jumpa, da.... "
"Kelihatannya akrab. Kau suda mengenalnya. Berapa lama kenal !" anlisa Aina yang baru muncul. "Kalian ngobrol apa tadi."
"Rahasia," Dea pun geluyur dari depan kelas 2b.
"Kok nyambung ya... Waktu istirahat dan barusan. Lalu... di mana dia itu Ramon. Mati kali dia, mungkin.  Diakan tidak terlihat beberapa hari ini?" gumannya sendiri.
"Hai yo, tau di mana Rio?" Adam basa basi pada Aina padahal dia baru lihat Rio lewat.
Aina Byutiful cuek aja dan ia pun berlalu.

   Malam harinya.
Di kamar kas seorang cewek. Dea, ia saat ini sedang mengetik sesuatu kata di laptopnya. Sejenak dia terbayang2 itu wajah Rio. Untuk beberapa saat Rio terus mengambang di otaknya.
"Rio2" kata2 itu terucap sendiri tampa ia sadari.
Sejenak ia pun sadar. "Emangnya siapa dia, gila?".
"Diakan orangnya norak, kampungan, cengengesan, potongan rambutnya saja kayak shincan. Apa lagi penampilannya hi...."
"Kenapa aku jadi kepikiran dia ya...! Sial dia?"
  Dea pun kemudian lalu pergi ke dapur dan ambil camilan but menemaninya kerjakan tugas.

   Besoknya.
  Sore hari di dermaga pantai wisata. Saat itu Dea sedang berjalan santai di dermaga itu sambil mengenang kembali kejadian waktu itu. Saat Ramon menembak ceweknya dan Dea di jadikan saksi mata oleh keduanya.
Masih di dermaga. Di belakang Dea. Rio muncul dan menyapanya basa basi.
"Hai. Tumben kau baru kesini lagi."
"Apa kau bilang "
"Nothing ?" ujar meringis. "Sampai nanti ya...!" Rio berlalu begitu saja.
  Dea yang merasa nggak puas atas jawaban Rio barusan. Dea lalu mendatangi Rio yang lagi duduk2 di bawah pohon kelapa.
"Rio, tadi itu apa maksutmu."
"Nggak, cuma sejak pertemuan kita yang pertamah. Kau baru ini datang lagi".
"Sepertinya bukan itu maksutmu" Dea memelototi Rio.
"Ok lah jujur" ia meringis. "Sebelum pertemuan kita yang pertama itu. Hi... aku sering melihat mu menyendiri terutama waktu itu. Saat kau meneteskan air mata menyaksikan orang yang kau sukai itu jadian sama cewek lain".
"Itu bukan urusanmu," Dea menyahut.
"Oya begini. Maukah jadi. Pacar ku. Ini bukan karna keinginan Aina atau mengambil kesempatan dalam kesempitan?"
Dea tak menjawab, ia hanya pergi begitu saja dari hadapan Rio.
"Dea ....." serunya. "Apa aku terlalu cepat ya mengatakannya, tapi nggak apa2 lah yang penting aku suda mengungkapkan apa yang ku rasakan selama ini" gumannya. "Hore...! Bahagianya".

  Besoknya lagi.
Pada waktu pulang sekolah. Saat itu Dea sedang berjalam di atas trotoar. Dari kanannya, mobil jib nya Rio menghampiri Dea yang sedang berjalan seorang diri.
"He, cewek...! Masuk lah. Ku antar" tawarnya Rio.
Dea diam tak merespon. Dia terus berjalan seorang diri.
"Ya suda kalau nggak mau. Aku tak maksa lo. Da...!"
Setela Rio berkata seperti itu. Dea langsung berhenti. Rio pun lalu juga menghentikan mobilnya.
"Apa aku salah bicara!"
Beberapa saat setela mobil jibnya Rio berhenti. Dea tiba2 masuk mobil.
"Maaf. Kalau kata2 ku barusan salah."
Mobil jib Rio berjalan pelan. Dea hayah dia duduk. Dan sepertinya Dea lagi berpikir.
"Setela ku pikir2, aku mau!" Dea pun buka suara.
"Mau apa?"
"Di pantai itu."
Rio pun paham, ia mengerti. Dea mengangguk dan terseyum manis.
"Jadi . Asyik, h...." Rio berteriak kegirangan. Gas mobil pun di tancapnya.
"Awas... !" Dea tiba2 berteriak.
Teriakan Dea menggema. Rem pun langsung terinjak Rio.
"Ha... untunglah selamat."
Seekor kucing lewat di depan mobil. Tampa tau apa yang terjadi.
"Kalau nyetir lihat ke depan. Bahaya tahu?" ketusnya.
"Maaf......"
Mobil jib berjalan kembali. Beberapa waktu berlalu. Kegembiraan di wajah mereka.
"Inikan, bukan jalan menuju ke rumahku."
"Kau kan belum memberi tau alamatmu. Waktu itu saja kau minta di turunkan di peempatan".
Dea cemberut. Mobil jib itu memasuki kawasan perumahan Gorden elite di area level S.
"Ini, inikan area level S. Kenapa kita kesini, Dea heran.
"Kerumah ku."
Rio memang perna bilang, ia tinggal Gorden elite. Tapi tak di sangka, alamatnya di sini. Perumahan kusus bagi para keluarga milliader.
Dea nggak percaya.
"Suda sampai," Rio berkata.
"I ini rumahmu?"
"Bukan?"
Dea bernapas lega. "Kenapa kita kesini."
"Ini rumah ayah ibuku. Sedangkan aku belum punya rumah" ujarnya mantap.
"Dasar saraf lo..."
"Terima kasih sayang."
"Hu dasar," Dea menijuh lengan Rio.
Rio dan Dea kemudian turun dari mobil. Rio mempersilakan pacarnya itu masuk. Para satpam mengangguk hormat. Ke duanya bersuka cita.

   Dari kejauan Ramon bersama pacarnya melihat Dea. Ramon senang akirnya sahabatnya itu mendapatkan dari ke ikhlasannya berkorban.
  Sahabat tetaplah sahabat. Biar sahabat selamanya menjadi sahabat.
sahabat itu akan abadi selamanya.

end

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More