Selasa, 31 Juli 2012

Pengelihatan Elita


    Kolam ikan koi itu di pandangi Elita dan sekali2 di aduknya dengan sebila gala. Di tepian kolam itu Elita duduk termenung teringat kisahnya seminggu lalu.
    Waktu itu, ia baru pulang sekolah. Di rumah, tidak ada orang, yg ada hanya mbok yem. Katanya kedua orang tuanya lagi keluar kota.
    Di kamar, Elita mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari2. Dan, entah air dari mana. Di depan kamar mandi kamar itu, Elita jatu terpeleset.
    Dalam posisi akan berdiri itu tangan Elita tak sengaja menarik kabel lampu. Kabel itu pun terlepas dari sambungannya dan terjatu di genangan air yg sedang di injak Elita. Elita pun tersetrum, pingsan!
    Masih di kolam itu, selintas gambaran Yunis teman sebangkunya terlintas. Dalam gambaran tersebut, Yunis datang mengendap2 dan akan mengagetkan dirinya. Elita tau kalau di belakangnya Yunis sedang beraksi.
    Elita langsung balik badan. Dan!
  "Ba..." Elita pun mencilukbah Yunis.
  "Aw! Setan...?" Yunis berteriak kaget.
  Elita pun tertawa senang. "Ha...! Sorry!"
    Setela mengatur napas sebentar. "Enak aja, kalau aku mampus gimana?" Yunis cembekur.
  "Ya... Bawah aja ke rumah sakit jiwa. Bereskan?" ucapnya sambil melihat ke atas.
  "Dasar cewek gila?"
  "Nis! Ada berita apa?" tanya Elita.
  "Tak perlu di beri tau, pastinya kau suda tau."
  "Tau apa? Kapan ngomongnya!" Elita tak mengerti. Elita pun berdiri dan meminta pegangan tangan Yunis.
  "Tadi itu, kau tau nggak! Di kelas ada seorang siswa baru. Dia itu tampan banget, blasteran amrik lagi. Namanya kalau nggak salah..."
     kata Yunis itu pun di sambut tawa oleh Elita. Padahal nggak lucu.
  "Apanya yg lucu?" Yunis sewot.
  "Nggak ada siswa baru di kelas! Besok lusa Bu Bertah akan mengadakan darma wisata ke kebun dunia buah. Gitu!"
  "Tu! Kan. Tak usah di bilang pasti kau?" Yunis menculut. "Elita! Punya jin berapa. Boleh pinjem nggak satu... aja?" candanya.
    Elita kembali tertawa renya. Yunis ada2 saja. Jin dari mana!
  "Ya suda cuma gitu saja. Pesan suda di terima, silakan pulang, terima kasih!"  "Hi! Dasar. Elita? Boleh nggak ni pinjem satu aja jinnya!" Yunis sepertinya penasaran dengan kemampuan Elita yg bisa menebak sampai seratus 99% Itu!
  "Enggak! Nanti kau pakai buat macam2 lagi?"
  "Hu! Sebel?"
Sebuah gambaran kembali terlintas di benak Elita. Gambaran itu mengenai teman2nya yg dari panti asuhan 'Anak Bangsa' dulu.
 
      Dalam bayangan di benaknya itu, Elita akan kembali berjumpa dengan mereka pada darma wisata besok lusa. Tono si payah yg nggak banyak beruba. Hanif yg tetap tampan sampai sekarang. Ummy yg suka menasehati itu, suda berkerudung dan terlihat cantik bersahaja. Nurha yg dulunya gembrot sekarang tela beruba jadi sangat cantik dan tetap periang. Dinda, si tomboy itu sekarang suda jadi model dan artis remaja. Rudy masih tetap bersikap dingin, pendiam, tak beruba dan tak banyak bicara. yg terakir dirinya, Elita. Ke tujuhnya sedang berada di tengah2 kebun buah saat pertemuan itu terjadi. Cuaca mendung hari itu.

    Jam istirahat tiba. Dari dalam kelas 2 smu 17 agustus itu. Elita memandang keluar jendela, ia memikirkan tentang gambaran kemarin dan pertemuannya dengan teman2 lamanya besok itu.
Selintas udara pun terasa dingin. Di luar jendela itu, Elita melihat sosok Rudy temannya waktu di panti, berjalan lewat di luar gerbang sekolah. Elita yakin itu Rudy, ekspresi wajah dinginnya adalah ciri kasnya yg di kenang Elita sampai sekarang. Elita pun segera berdiri, ia kemudian keluar dan mengejar Rudy ke depan.
Dengan beberapa alasan tipuan dan rayuan. Pak satpam yg menjaga gerbang sekolah akhirnya mau membukakan pintu. Elita pun segera menyusul Rudy. Di dekat tikungan itu. Elita mendapati Rudy sedang berantem dengan beberapa preman. Dalam waktu tak terlalu lama, ke lima preman itu pun di membuatnya babak belur. Elita tau, itu adalah jurus silat kas dari desa Beneran yg di gunakan Rudy. Para preman2 itu pun tunggang langgang kabur lari.
      Rudy melirik Elita dengan muka dinginnya. Elita kemudian mendekat. Mereka pun berhadapan.
  "Elita!" ucap Rudy tak banyak ekpresi.
  "Rudy! Rudykan, suda lama tak ketemu!" Elita senang dengan pertemuan ini.
     Rudy sama sekali tak meresfon apa2 atau pun menanggapinya. Rudy berlalu dari hadapan Elita.
  "Rudy...! Besok teman2 kita, anak2 Beneran akan bertemu di kebun Dunia buah. Datang ya?" teriaknya.
    Rudy sama sekali tak memalingkan wajahnya. Tapi terlihat jelas kalau Rudy mendengarkan.
  "Elita!" panggil Yunis.
  "Ha," ia pun menoleh ke Yunis.
  "Elita kau kena apa? Tadi kata pak satpam bilang...!"
  "Cuma bercanda!"
  "Itu siapa?" Yunis menunjuk Rudy.
  "Rudy!"
  "Rudy? siapa dia."
  "Hanya teman lama. Yunis ayo," Elita pun menggandeng Yunis pergi.
 

     Di atas langit sana. Gelegar petir bersaut2an. Petir itu suda terkontaminasi radiasi meteor pada perayaan pergantian abad waktu lalu. Petir itu terus bergulat di angkasa dalam balutan awan. Petir itu tak bisa turun ke bumi. Di karnakan energi dari meteor yg suda jatuh di bumi itu, tela memancarkan pemantul energi yg menghalangi petir tersebut. Petir itu menunggu serpihan energi terkumpul. Dan untuk membebaskan dirinya kembali menggelegar di angkasa.

 ...........................................

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More