Selasa, 31 Juli 2012

Kebun Dunia buah




     'Kebun Dunia buah'
     Hari itu, sebuah sekolah sedang mengadakan darma wisata di kebun tersebut. Mereka berasal dari smu 17 agustus. Di tempat berbeda. Seorang artis muda dan temannya juga datang berwisata di kebun ini. Beberapa pengunjung lainnya juga ikut meramaikan semarak pagi ini.
     Di pojok perkebunan. Mudin, salah seorang pekerja di perkebunan itu. Lagi mencabuti rumput yg tumbuh liar di dekat pagar. Saat Mudin sedang menghela nafas karna panas. Mudin memperhatikan segumpal awan yg menaungi perkebunan.
  "Sepertinya nanti akan hujan?" ujarnya.
  "Mudin, suda selesai tah!" tanya seorang pegawai perkebunan itu, seniornya Mudin.
  "Belum kang Mono. Sedikit lagi!"
  "Ya suda, saya kesana dulu ya. Selesai dari di sini, kamu bereskan yg bagian situ," kang Mono menunjuk rumput di samping rumah pondok.
  "Siap! Kang!" Mudin pun Kembali melakukan pekerjaannya.
     Hari beranjak siang. Mudin pun suda menyelesaikan perkerjaannya mencabuti rumput di bawah pagar. Ia pun lalu beranjak ke pondok. Mudin beristirahan sebentar disitu.
  "Maaf mas! Saya Nurha. Kebun strawberrynya di mana ya?"
  "Oh! Di sana mbak. Setela melewati perkebunan anggur itu. Mbak akan lihat kebun strawberrynya," ucapnya sambil menunjuk ke tempat yg di maksud. Mudin pun mengipas2kan topinya.
  "Terima kasih mas!"
  "Sama2!"
  "Hanif... Di sana!"
  "Oh, oke!"
  "Tono mana?"
  "Tono! Entalah," Hanif melihat kanan kirih, ia pun lalu mencari temannya itu. Nurha pun mengikutinya.
     Beberapa saat kemudian sekumpulan anak2 smu datang, lewat di depannya.
  "Elita tunggu..."
  "Yunis, cepatlah," ujar dari dua orang siswi yg lewat barusan itu.
  "Mudin...!"
  "Iya, kang!"
  "Ada artis datang. Mau ikut lihat nggak? Udah tinggalkan saja dulu."
  "Nggak kang!"
  "Ya suda kalau gitu. Jarang2 ada artis yg ke sini!" kang Mono pun meluncur ke tempat yg di tuju.
  "Rudy...!" Seorang gadis muda berjilbab memanggil temannya tak jau dari Mudin. Gadis itu pun kemudian berlari menghampiri temannya.
  Suasana kebun ini semakin ramai sekali. Mudin pun selesaikan beristirahan. Ia kembali akan melanjutkan kerjaan.
  "Mudin..!" panggil seorang wanita.
  "Iya mbak!"
  "Din! Tolong bawah ini ke gudang. Selesai itu, kamu bantu di bagian strawberry," perintahnya.
  "Iya mbak," Mudin pun mengangkat karung itu dan membawahnya ke gudang. Setelah itu Mudin kemudian segera ke kebun strawberry.
    Di tempat itu. Cewek yg bertanya tadi terlihat di tengah2 perkebunan strawberry. Teman2 dari cewek itu juga terlihat berkumpul di tempat yg sama, mereka semua bertujuh. Para ceweknya pun berpelukan, kangen.
    Mudin senang melihat pemandangan bahagia tersebut. Di angkasa awan mendung semakin menggelap. Mudin pun memandang ke atas. Dari awan gelap itu terlihat secerca kilatan petir.
"Wadu mau hujan. Ini harus segera di benai," Mudin pun kembali membenahi alat2 yg akan di pakai tersebut.
    Tampa aba2. Awan itu semakin gelap. Petir pun langsung menggelegar, menyambar pas di tengah2 ladang strawberry. Ke tujuh pemuda itu tersambar petir. Setela sambaran pertama itu. Awan mendung yg menaungi kebun strawberry. Tiba2 hilang sirna tanpa bekas.
      Cuaca pun kembali cerah seperti sedang tak terjadi apa2. Mudin pun menengok kanan kirih keatas, ia bingung kemana awan mendung yg barusan tersebut.
  "Apa yg terjadi?" Mudin bingung, ia tidak mengerti. "Mana mendungnya!"
  "Tolong...," teriak seseorang. Mudin pun langsung menoleh ke arah teriakan barusan. Mudin sadar, ia tak mendapati ke tujuh orang orang tersebut. Mudin melihat ketujuh pemuda itu suda tergeletak di antara hamparan tanaman strawberry. Semua orang yg ada di sekitar situ pun segera mengerubungi. Ke tujuh anak2 smu tersebut.
     Suasana duka menggelayuti perkebunan Dunia buah itu. Di tempatnya berdiri. Mudin berpikir.
  "Sebenarnya apa yg terjadi barusan? Kemana awan tadi. Bukannya orang yg tersambar petir, suda pasti akan meninggal. Tapi kenapa meraka tidak?"
  "Mudin! Kamu bagai mana?" tanya kang Mono yg baru datang entah dari mana.
Mudin hanya menggelengkan kepalanya, ia tak tau apa2. Ambulan pun meraung2 meninggalkan perkebunan ini. Suaranya memenui jalanan menuju rumah sakit




.............. 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More