Minggu, 08 April 2012

Serpihan bintang



    Bintang kejora baru saja lewat di desa Grayo malam ini. Kemunculan bintang kejora itu di saksikan oleh para penduduk setempat.
     Pak Nursaid orang yg di tuakan di desa Grayo ini pun meramalkan. Bintang kejora itu membawa sebuah benda ajaib. Bagi siapa pun yg mendapatkan serpihan dari bintang itu, ia di yakini akan jadi orang sakti.
Anno pemuda berperawakan sedang itu juga menyaksikan kejadian bintang itu melintasi desa. Dan sepertinya, ia tak peduli dengan dan tentang bintang itu. Lusa Anno akan ke kota ke rumah pakdenya. Ia tak mau di sibukan dengan kehebohan ramalan pak Nursaid itu.
    Pagi suda menjelang. Kejadian semalam tela menghebokan desa. Atas petua pak Nursaid, penduduk pun berlomba2 mencari serpihan bintang itu.
    Hari ini Anno suda memiliki rencana sendiri, ia akan ke hutan. Di hutan Anno akan mengambil sebuah kayu yg disebut setigi. Ia akan membawa kayu itu untuk oleh2 pakdenya yg tinggal di kota. Seorang diri Anno ke hutan.
     Di depan pintu memasuki hutan. Anno melihat beberapa penduduk mencari serpihan bintang itu. Di dekat semak2 dan ada yg masuk hutan.
"Anno, kau ikut mencari juga serpihan bintang itu?" tanya Bandi tetangga samping rumahnya.
"Nggak! Aku lagi mau cari kayu setigi buat oleh2 pakde Sarman!"
"Jadi ke kotanya?" ujar Bandi temannya.
"Jadi!"
"Kapan?"
"Besok!"
"Jangan lupa oleh2nya ya!"
"Beres...?"
"Oke! Selamat mencari setiginya..."
"Hai Ban. Ku doakan supaya kau dapat serpihan itu lebih dulu! Selamat berjuang!"
"Iya, terima kasih!"
    Anno pun kemudian masuk ke dalam hutan. Mulai dekat pintu masuk. Anno menyisir dari situ sampai kedalam. Mencari kayu setigi itu.
   Anno melirik ke kanan ke kirih mencari kayu tersebut. Anno cukup jau masuk kedalam. Dan tiba2, ia kesandung sesuatu. Anno tersungkur. Dahinya pun membentur sebuah batu sebesar kelapa.
"Aw adu... sakit...!" Anno mengaduh kesakitan jidatnya benjol.
 
    Anno melihat batu itu bentuknya bulat. Anno pun menyentuh batu itu. Saat tersentu batu itu tiba2 melebur menjadi abu. Anno mengidik heran. Dari balik abu itu Anno mendapati sebuah permata berwarna hijau. Anno pun memungutnya. Setela di lihat dari dekat. Anno tiba2 tersetrum. Dan batu hijau itu pun raib di tangannya. Anno tergeletak tak sadarkan diri.
    Matahari semakin beranjak siang. Anno pun sadarkan diri. Kepalanya yg benjot masih terasa. Anno bangkit dan tak peduli dengan batu yg hilang itu. Ia pun kembali melakukan pencarian kayu tersebut.
    Tak seberapa lama kemudian Anno pun mendapatkannya. Setela dapat Anno segera keluar dari hutan itu. Ia pun kembali ke rumah.

    Pagi ini Anno akan berangkat ke kota. Barang2 Anno suda di kemas emaknya. Anno hanya tinggal bersiap diri.
    Hari suda mulai siang. Anno keluar dari rumah dengan dandanan agak mecing.
"Wa! Kren juga anak emak?" puji emaknya Anno.
"Aku suda siap!" ujar Wini adiknya Anno. Ia suda tampil cantik bergaya anak kota.
Anno melirik2 lihat. "Suda siap? Kau mau kemana?"
"Mau jadi anak kota, ikut kak Anno!" jawabnya riang. Anno mengerti adiknya itu bilang mau ikut.
"Ini cuma berkujung kerumah pakde sebentar. Setela itu pulang."
"Kitakan akan tinggal di sana di rumah pakde!"
"Tinggal di rumah pakde?"
"Kalian akan tinggal di rumah pakde mu. Di sana! Kalian akan melanjutkan sekolah. Barang keperluan kalian suda emak siapkan. Di dalam. Tinggal di bawah saja."
"Melanjutkan sekolah! Tapi? Kenapa tak kemarin2 bilangnya?"
"Saat ini kaukan suda tau!" jawab emak.
"Sekolah!" Anno tersenyum.
"Adin mana ya? Kok belum datang," lanjut ayahnya Anno dan Wini.
   Tak seberapa lama kemudian. Sebuah mobil pik up datang. Mobil itu berhenti tak jau dari rumah.
"Assalam muallaikum! Paklek, bulek."
"Na dia datang juga."
"kalian suda siap!"
"Suda mas Adin," sahut Wini.
"Kalau gitu ayo. Paklek, bulek Adin pamitnya."
"Anno, Wini hati2. Adin jaga adik2mu ya."
"Siap! Paklek."
     Barang2 Wini dan Anno pun di bawahnya dan di taruhnya ke bak belakang.
Mobil siap berangkat. "Emak, bapak. Anno berangkat ya...," Anno melambaikan tangannya.
Mobil itu pun meninggalkan desa Grayo ini.
 

Continued...
 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More