Minggu, 08 April 2012

Peledak kematian





     Sebuah ledakan terjadi di sebuah rumah mewah milik seorang pejabat. Rumah pejabat itu hancur tanpa sebab jelas.
     Dari saksi mata seorang pedagang yg mangkal tak jau dari tkp. Sebelum rumah itu meledak. Ada seorang berbaju hitam masuk ke dalam. Tiba2 terjadi ledakan itu. Setela rumah pejabat itu meledak, orang yg berbaju hitam itu pun keluar dari rumah tersebut.
     Berita ini merebak di tv2 swasta. Bersanding dengan berita hujan meteorit beberapa waktu lalu yg sebagiannya sampai ke bumi.
    Smu Imprest. Di depan pintu gerbang sekolah. Mario berdiri menunggu seseorang. Dalam hitungan tak sampai sepuluh yg di tunggu pun datang.
"Ann, suda kau bawah?"
"Beres! Ini, ada di tas," sambut Anno yg baru 4hari ini jadi siswa di Smu Imprest.
"Oke, ayo!" Mario semangat. Ke duanya pun lalu jalan masuk.
"Kak Anno. Tunggu!" Wini adiknya memanggil.
Anno balik badan. "H...! Apa."
"Ini? Ketinggalan."
"Makasih!" Anno menerimanya.
"Hai kak Mario," Wini tersenyum centil. Mario pun ikut senyum.
"Suda sana masuk!"
"Sampai jumpa kak...!" Wini melambaikan tangannya.
"Manis juga adikmu, Ann."
"Apa?" Anno tak menyimak.
"Nggak."
    Bell berdentak, semua pun masuk ke kelasnya masing2.

    Di taman kota. Seorang pemuda berbaju hitam duduk seorang diri di sudut taman. Ia melihat2 tangannya dan tersenyum sendiri.
  "Hhh.... Ini hebat sekali. Serpihan meteor ini tela membuatku jadi sakti. Ini mungkin jawaban dari doa ku! Dengan kekuatan ini. Kalian para pejabat korup harus dapat hukum! Atas kejahatan yg kalian timpakan pada adikku."
   pemuda yg berbaju hitam itu pun lalu mengelus2 cincin akiknya yg terbuat dari serpihan meteor. Orang itu lalu mengangkat tangannya. Napas di tarik, bersamaan dengan hembusan napas kembali. Tangan orang tersebut di lontarkan ke depan dan dari tanganya itu. Sebuah cahaya biru pun terlontar dan pohon yg ada di depannya pun terpotong hancur.
   "Hhhh... Demi keadilan adikku. Kalian akan ku hukum dengan tanganku sendiri!" orang itu pun kemudian pergi dari taman itu. Dan keramaian terjadi.
 

    Matahari suda sampai di puncak kepala. Rumah seorang hakim kota terlihat lengang.
"Maaf? Permisi. Pak hakimnya ada."
"Anda siapa ya!" satpam penjaga rumah balik menanya.
"Saya Tawas! Saya seorang mahasiswa. Saya ingin memberi tau sesuatu pada pak hakim. Ini penting."
"Maaf? Tapi pak hakim masih di kantor. Mungkin sebentar lagi beliau pulang..."
"Terima kasih pak, boleh saya tunggu di sini?"
"Silakan!"
"Sekali lagi terima kasih pak," Tawas duduk bersandar di pos sambil membuka2 buku.
    Berselang sejam. Sebuah mobil tiger metalik pun muncul. Pintu gerbang di buka.
"Maaf tuan. Ada seorang yg ingin menemui anda," ujar si satpam.
"Siapa?"
"Maaf pak! Saya Tawas, saya ke sini ingin mengabarkan sesuatu pada anda. Penting?"
"Apa itu?"
"Maaf tuan!" Tawas pun membisikin sesuatu di telinga pak hakim.
"Bapak masih ingat aku? Aku adalah kakaknya Riko varmansya. Pemuda baik hati yg coba mengungkap kejahatan seorang pejabat. Dan kau malah balik menghukum mati adikku! Sebanyak apa kau di suap koruptor itu."
"Haha... Lalu apa mau mu?"
   Tak banyak kata lagi. Tawas pun mengengam kera baju pak hakim. Si satpam pun mencoba melerai. Pak hakin coba menepis genggaman.

    Waktu berhenti. Dan pak hakim pun langsung meledak. Si satpam satpam terpental jau. Tawas tak bergeming, ia senang sakit hatinya terobati.
"Ha ha ha...!" Tawas yg nama aslinya Resi varmansya itu terlihat senang.
"Tinggal empat lagi. Tunggulah kematian kalian! Ha ha ha..."
 

to be continued

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More