This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 25 Mei 2012

Saatnya di mulai

 SENIN
     Hari ini nilai ujian special akan di umumkan. Di mading sekolah, kertas pengumuman suda tertempel sejak tadi pagi. Seluru anak kelas dua semuanya hadir? Mereka rata2 ingin mengetahui berapa nilai dari perjuangan mereka kemarin.
     Di depan mading itu. Seno bersama gerombolannya merangsek kedepan. Ia ingin tau di mana posisi namanya tertera.
    Dari yg paling bawah. Seno pun melihat ke atas.
    Namanya tertera di nomor 38 dari 87 siswa kelas 2. Tak siah2 persiapan belajarnya selama ini.
Di atasnya ada nama Mona, 25 dan Nima, 24. Di nomor 18 ada Rista. Dan 17 dihuni Zerry. Sedangkan nomor 16, Wati bertengger. Sepertinya ketiganya memang akrab.
    Sinta berada di nomor 12. Sementara itu Adon sukses di nomor 4. Dan yg jadi nomor 1 adalah Nelly. Sedangkan Igih jadi runer upnya. Tak ada pelajaran hari ini walau seluru siswa kelas dua masuk.
 
     Di depan gerbang sekolah. Sinta suda menunggu Wati sejak pagi. Jam 6:50 Wati datang dan sepertinya Wati suda tau hari ini tak ada pelajaran.
  "Hai!" seru Sinta.
  "Masalah gerbang itu!" sambut Wati.
  "Iya! Wat, kami membutuhkan bantuanmu? Gerbang siluman itu harus segera di segel. Dan hanya kaulah yg bisa menyegel gerbang itu," ujar Sinta.
  "Lalu?"
  "Untuk menutup gerbang siluman itu. Maukah kau ikut aku."
  "Oke! Sip."
     Sinta senang. Wati tak banyak bicara. Ia suda memilihki banyak rencana untuk nanti. Imformasi dari Tuan Nawsa tudung sunggu membantu. Sinta pun jalan, keluar sekolah. Dan Wati mengikutinya di belakangnya. Sebuah mobil polisi pun muncul. Sinta dan Wati kemudian masuk ke dalam mobil tersebut.
     Mobil itu pun melaju ke selatan. Di kantor kepolisian kapolda setempat, mobil itu berhenti.
     Turun dari mobil itu, Sinta masuk ke dalam, Wati mengikuti. Keduanya pun menujuh ke kantor pegawai khusus yg terletak di belakang Kapolda.
     Di depan kantor itu, sebuah patung pintu gerbang istana, dengan gambar lambang garuda indonesia di tengahnya. Itulah lambang prajurit PPKN. Sinta dan Wati kemudian masuk.
    Di dalam Jendral Sayber suda menunggu.
  "Jendral! Lapor, tugas suda di laksanakan."
  "Baik, laporan di terima."
     Sinta pun menurunkan tangannya. Hal itu juga di ikuti Jendral Sayber. Wati kemudian di persilakan duduk.
  "Ini Wati, orang yg terpilih itu!"
  "Bagus! Kita mulai saja. Apa kau suda tau mengenai gerbang siluman itu?"
  "Iya tak semua?!" jawab Wati.
  "Seperti yg di beri taukan. Yg terpilih tau apa yg harus di lakukan."
     Wati agak nggak mengerti.
  "Kapan penguncian gerbang itu bisa di laksanakan?" tanya Jendral Sayber.
  "Siang ini, setela persiapan semua selesai. Dan kunci segel itu? Apa kalian membawahnya."
  "Kunci segel? Dari peninggal Ramahdi. Tidak di terangkan mengenai kunci segel itu. Jadi maaf kami tidak tau itu?"
  "Tampa kunci segel. Segel 5arah tak akan bisa di aktifkan."
  "Lalu! apa yg bisa kami perbuat."
  "Apa jendral tau tentang giok dewa."
  "Giok dewa!" sahut Sinta.
  "Giok dewa adalah Kunci dari segel 5arah. Dengan giok itu, segel 5arah baru bisa di aktifkan."
  "Apa seperti ini?" Sinta pun mengeluarkan gelang giok dewa dari sakunya.
  

    Wati menggangguk. Ia sendiri tidak tau, bentuk dari gelang giok dewa.  Wati punya keyakinan, itu gelang yg di maksut.
  "Bagus! Jendral Kuro suda mempersiapkan semua. Kita hanya perlu ke sana dan mulai penguncian gerbang tersebut."
  "Segel 5arah terletak di 5 tempat berbeda. Bukan di lingkup hutan larangan. Semua segel 5arah itu harus di aktifkan secara berurutan. Ke lima tempat segel itu di sembunyikan di dalam dimensi kasatmata. Tak akan bisa di temukan dengan muda. Berbeda dengan gerbang siluman yg hanya terlindung kabut hutan dan semak2 berduri," sahutnya.
    Jendral Sayber terdiam, ia tak tau harus berbuat apa. Selama ini sang jendral hanya tau sepenggal mengenai gerbang siluman itu dari peninggalan Ramahdi, selebihnya ia tak tau apa2. Wati pun juga ikut diam.
  "Aku tau," Sinta pun membuka keheningan. "Nelly!"
    Wati hanya tersenyum di tempat duduknya. "Wat, kau suda tau Nellykan?!"
  "Hanya empat orang itu saat ini yg bisa membantu penguncian gerbang itu."
     Jendral bernafas lega. Sinta penasaran. "Selain Nelly. Siap yg ke tiga?"
  "Kemarin!" jawab Wati.
  "Zerry, Areon dan Rista," tebaknya.
   "Kemampuan pelontar angin Zerry, bisa di gunakan untuk mengatasi kabut penghalang ilusi yg menyelubungi tempat penyegelan itu.
   Dan mengenai keberadaan ke lima tempat segel itu berada.."
  "Bola mata merahnya Nelly tau di mana Kelima tempat itu berada."
  "Areon jadi pintu kemana saja, otomatis, cepat, singkat!" celoteh Wati.
  "Lalu, Rista?" selah Sinta.
  "Ha...," Wati menghela napas. "Aku tak ingin menjelaskannya. Tapi, ia sama pentingnya denganku."
  "Hallo teman sekampung!" sapa seorang tiba2.
  "Adon!" serentak kata Wati dan Sinta.
  "Mau apa kau di sini!" sulut Wati.
  "Kalian suda saling kenal! Ini Jendral Kuro...!"
  "Jendral Kuro, jadi?!" Sinta tak percaya orang yg di depannya itu. Jendral Kuro yg di ketaui dari ayahnya.   Itu jendral dengan pemikirang hebat, ia bisa memikirkan mengenai cara menahan gerbang siluman itu sampai orang yg terpilih di temukan.
  "Persiapa suda siap. Aku suda dengar semua. Mengenai mereka berempat, akan ku urus. Geng Zvgosz yg coba mengganggu prosesi ini, mereka suda ku bereskan. Sayang propesor Cmong berhasil kabur dariku.  Tapi lain kali, dia tak akan lolos dari operasi 7 langit yg ku siapkan!"
     Wati masih tak percaya. Orang yg ada di hadapannya ini dengan Adon waktu di sekolah. Sangat berbeda! Yg sekarang ini benar2 seperti seorang Jendral. Cuma dari tampangnya saja yg sama.
     Wati pun tersadar dari memandang Adon. "Kita mulai."

Selesai rapat kecil itu. Jendral Sayber dan Sinta pun pergi ke hutan lapangan, Wati tidak ikut, ia ada urusan sebentar. Wati pun meminta Adon, agar Areon menjemputnya siang nanti.
Bubar....


T

Pesan antabranta



    Kembali dari Bali. Wati tak mau kembali ke Bali. Ia memilih pulang ke rumah. Sementara itu Zerry, di tinggal saja dengan satu kata. "Terima kasih!" di rumah Areon. Zerry juga suda menyeritakan bagaimana kebolehan Nelly, saat mencarinya.
     Sore itu di kampung Kembang gula. Wati terduduk santai di gubuk persawahan. Wati tak mau lagi mengingat kejadian siang tadi. Wati tersenyum riang, manakala teringat akan aksi Zerry waktu itu.
      Wati melamun memandang awan2. Di pikirannya sekilas, ia teringat perubahan Igih. Apa yg menyebabkan Igih menjadi seperti itu.
     Dalam penjelasan kakeknya, hanya di sebutkan terkena hawa dari gerbang siluman. Tapi seperti apa terkenanya tidak tersebutkan.
  "Kakek, sekarang apa yg harus ku perbuat. Gerbang siluman itu, harus segera di tutup, tapi bagaimana cara menutupnya. Kakek, kenapa si nggak sekalian ngasi tau caranya gimana?" Wati pun menghela nafas.
  "Wati!" sebuah suara tiba2 terdengar. "Suda waktunya gerbang itu akan di segel ulang!"
  "Di segel?" Wati terkejut, ia pun menengok ke kanan kirih, mencari sesosok orang yg bersuara barusan.
  "Besok siang, tepat jam 12. Lima pilar yg menyangga gerbang siluman akan beresonance dengan segel 5arah. Di saat itu, gunakanlah mantra segel 5arah untuk menyegel gerbang tersebut."
     Wati tidak mengenali suaranya. Dengan keanean akhir2 ini, jelas itu suara orang. Tapi! "Siap kau, hantu atau...," Wati tak melanjutkan katanya. Wati pun memastikan menengok kanan kirih, bahkan menengok di bawah gubuk dan di belakang gubuk.
  "Aku Nawsa tudung. keturunan dari empu Tudung langit. Seorang petapah sakti yg mengawali penyegelan para siluman ratusan tahun lalu. Kau tak perlu mencariku, aku berbicara dari kediamanku? Dan aku bukan hantu!"
    Sedikit tertawa. "Lalu kenapa bukan anda yg harus menyegel ulang gerbang siluman itu?"
  "Kau adalah seorang yg terpilih!"
  "Aku?"
  "Dan itu adalah tugasmu!"
  "Kenapa harus aku?"
  "Gelang giok dewa adalah kunci segel yg bisa mengaktifkan kembali kunci segel, dengan sebuah mantra. Dan gelang tersebutlah yg memilihmu!"
  "Mantra! Apa?.
  "Aku akan mengajarkan mantranya itu padamu, tapi sebelum itu. Terlebih dahulu kau harus menangkap. 'Arwadolo' yg menyebapkan orang2 terkena radiasi dari gerbang siluman itu."
  "Arwadolo? Apa itu?"
  "Arwadolo adalah gejolak energi keinginan merusak dari siluman. Bentuknya seperti asap hitam yg tak terlihat mata biasa. Arwadolo akan hinggap di tubuh manusia secara acak dan akan menjangkiti orang2 itu tampa di rasa. Perubahan menjadi monster pun waktunya tak tentu. Biasanya orang yg terkena di tandai dengan mata beruba jadi hitam tiba2."
  "Dengan cara apa aku menangkap itu 'Arwadolo'."
  "Aku suda memaketkan, alat penyegel Arwadolo dan mantra segel 5arah itu kerumah mu. Sekarang mungkin suda sampai."
"Mengenai tempat segel 5arah itu...," Wati mengingat. Kakeknya tidak banyak memberi tau secara detail mengenai gerbang siluman itu.

     Ia hanya di warisi ilmu dari beliau dan di minta untuk menyegel gerbang tersebut. Beliau juga bilang, nantinya akan ada beberapa orang yg akan membantunya. Tapi siapa saja mereka, kakek Ramahdi tak menyebutkan.
  "Tempat segel 5arah itu berada di lima tempat yg berbeda dan semua berada di alam kasatmata. Terlindung oleh kabut ilusi yg bisa menyesatkan pandangan. Dengan kemampuan mu itu, kau mungkin bisa menjalankan tugas ini sendirian. Tapi itu akan membutuhkan waktu. Dan lagi, penyegelan ini hanya bisa di lakukan selama lima pilar itu beresonance dengan lima tempat segel tersebut dan hal ini hanya terjadi hari ini saja. Untuk itu aku suda mempersiapkan 4orang yg akan membantumu menjalankan tugas penyegelan itu."
  "Mereka? Siapa?" Wati pemasaran.
  "Ke 4orang itu adalah. Pertama, ia yg akan membantu menyingkirkan semua kabut penghalang yg melindungi tempat penyegelan itu. Orang yg ke dua, ia yg akan menunjukan di mana tempat segel 5arah itu tersembunyi. Orang yg ke tiga. Dia akan membawahmu ke tempat segel tersebut berada. Orang yg terakir, ia yg akan menahan altar bejana api selama kau melakukan proses penyegelan."
    Wati menyimak, ia langsung teringat 4orang itu. "Zerry, Nelly, Areon dan Rista."
  "Mereka berempat, sengaja ku persiapkan untuk hari besok."
  "Tuan Nawsa! Bagaimana tuan tau, kalau gerbang siluman itu akan terbuka. Sehingga tuan suda mempersiapkan mereka semua?"
     Terdengar suara tawa. "Ya tentunya dari ramalan kakek buyutku."
  "Oh begitu! permisi," Wati pun turun dari gubuk dan pergi begitu saja.
     Setela Wati berlalu. Sesosok seorang berdiri dari balik semak2. Orang tersebut kemudian mematikan kamera yg di bawahnya. Ia lalu mendekati gubuk itu. Hpnya pun berdering.
  "Yuri, segera bereskan semua peralatan. Dan segera kembali ke markas," printah Nawsa pada anak buahnya itu.
  "Siap! Jendral. Laksanakan!" Yuri kemudian segera membereskan semua alat percakapan yg di taruhnya di gubuk.
 
T

Penyelamatan Wati

    Ke semuanya pun kembali ke rumah Zerry. Di rumah itu, Nima cemas dengan keselamatan sahabatnya.
     Ia mondar mandir tak karuan. "Wati gimana?"
  "Tenanglah! Wati pasti baik2. Ia tak akan apa2?!" Zerry sebenarnya kwatir juga sama seperti Nima. Tapi Zerry mencoba percaya pada Wati.
  "Tadi kalian lihatkan! Orang itu bisa menghilang. Walau pun Wati tadi bisa mengalakan monster itu. Maksutku Igih. Tapi kalau berhadapan dengan orang yg bisa ngilang. Bagai mana ngatasinya!" Mona menambakan.
  "Biarkan saja dia. Wati tak akan mati!" ujar Rista yg baru dari dapur bawah segelas air.
  "Hai cewek gila? Apa kau itu nggak bisa dikit prihatin kenapa si," Nima agak emosi.
  "Bukannya kau itu temannya?"
  "Apa maksudmu? Ha..."
  "Apa kau tau tentang Wati!"
  "Wati?" Zerry memotong pembicaraan.
  "Permisi!" Sinta datang dan masuk. Zerry pun mempersilakan Sinta duduk.
  "Igih suda di amankan. Dia akan baik2 saja di sana!"
  "Rista yg tadi itu?" lanjut Zerry.
  "Sudalah, nanti kalian akan tau!"
  "??!..." Zerry tak mengerti.
  "Yang perlu kalian ketahui, Wati di bawah kemana oleh kakek tua itu!"
  "Aku tidak tau apa yg terjadi. Tapi sebagai teman. Kita memang harus secepetnya menolongnya," ujar Seno yg baru duduk.
  "Sinta! apa kau tau siapa orang itu. Apa ini ada hubungannya dengan perubahan Igih jadi monster?"
  "Aku tidak tau? Tapi dari seminggu ini bertugas. Jelas Igih itu tela terpapar radiasi gerbang siluman!"
  "Lalu gimana kita bisa menyelamatkan Wati?" lanjut Nima.
  "Gunakan Gprs sg! Sapa tau berhasil," ujar Adon, ia di belakang sofa yg di duduki Seno.
  "Iya benar! E dari mana kau tau Gprs sg?" sahut Sinta.
  "Apa itu Gprs sg?"
  "Itu adalah alat sistem komunikasi yg di gunakan markas PPKN untuk mengetahui seluru keberadaan para anggota PPKN dengan sistem elektronik."
  "Caranya gimana?" Nima semangat.
  "Apa Wati bawah hp atau benda elektronik lainya?" Sinta merasa, Wati harus segera ke markas pusat.
  "Ia tidak punya hp. Dan kurasa ia juga tak punya yg lain?" jawab Nima.
  "Ini sulit. Kita benar2 tidak tau di mana dia!" Zerry mulai panik.
      Semua terdiam tidak tau harus ngapain. Nima pun menghubungi kakaknya. Siapa tau ia bisa bantu.
  "Permisi!" sebuah teriakan tiba2 bergema dari luar. Nima pun keluar membuka pintu.
  "Kakak. Kenapa nggak masuk saja si!"
      Areon senyum, ia pun masuk ke dalam. "Ada yg bisa ku bantu?"
  "Wati di culik oleh orang yg bisa menghilang. Selain kau! Apa ada orang lain yg bisa," tanya Zerry.
  "Hem?" Rista tak mengerti.
  "Hei! Aku sejak kecil uda begini. Kalau ada orang lain yg bisa melakukan itu. Aku tak tau?"
  "Kak Areon. Bantulah. Mungkin saat ini hanya kakaklah yg bisa menemukan di mana Wati di culik," Nima agak merengek.
     Areon berpikir sebentar. "Ia aku ingat!"
  "Apa! Apa itu kak."
  "Permisi!" Areon pun mengankat tangan kananya sebatas telinga. Areon pun mengilang di depan mata.
     Seno, Mona dan Rista tersentak kaget. Bahkan Rista langsung menyembur Zerry yg ada di depannya. Zerry spontan langsung nyingkur menyelamatkan diri.


   "Sorry! Itu," Rista menunjuk kursi yg di duduki Areon.
     Lima belas menit kemudian. Areon pun muncul kembali dengan Nelly di sampingnya. "Di mana ini?"
  "Nelly! Mau apa kau membawahnya ke sini!" Rista berdiri mukanya agak seram.
  "Kak Areon, apa dia bisa bantu mencari keberadaan Wati!"
  "Wati. Emangnya Wati kenapa?"
  "Wati hilang? Ia di culik," ujar Nima.
  "Di culik!"
  "Saatnya beraksi," Areon pun berakting seperti pahlawan bertopeng dalam serial kartun film anak2 Sinchan.
  "Suda lapor polisi?" Semua terdiam tak ada yg komentar. Tak ada yg kepikiran akan hal itu.
  "Berapa lama Wati di culik," tanya Nelly lanjut.
  "Suda sekitar satu jam!" tamba Sinta.
  "Satu jam."
  "Nelly! Nelly, ayo semangat, semangat?"
  "Nelly fanatik," Nima pun duduk.
  "Aku juga suda siap!"
     Nelly pun mengeluarkan bola mata merah. Bola itu pun di tarunya di atas meja. Nelly kemudian mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
  "Amin!" bola itu pun mulai bercahaya. Cahayanya lalu membentuk seperti hologram. Penampakan Wati pun terlihat. Ia di ikat di suatu tempat di sebuah puri di tengah2 danau.
     Rista terbengong, Nima tak bisa berkata apa2. Mona, Seno tak berekpresi. Zerry terdiam. Sinta takjub dan senang.
  "Oke siap! Aku akan membawah Wati kembali kesini!" ujar Areon.
  "E tunggu! Aku ikut," Zerry pun memegang pundak Areon dan ke duanya pun menghilang.
     Suasana ruang penyekapan remang2.
  "Dimana ini."
  "Em!" terdengar suara orang di bungkam.
  "Wati!" Areon menunjuk Wati, Zerry pun mendekat.
      Tiba2 lampu nyala. 3 orang penjaga muncul di depan pintu. Penjaga itu pun langsung mempersiapkan senjata. Areon meloncat dan memegang salah seorangnya. Areon dan penjaga itu kemudian menghilang bersama. Zerry lalu mengeluarkan hantaman angin miliknya secara spontan dan ke dua penjaga itu pun terpental menabrak dinding.
  "Wati kau tak apa2," ujarnya sambil melepaskan ikatan yg mengikat tangan Wati.
  "Terima kasih ya!" ucapnya Wati setela melepas plester yg menempel bibirnya.
     Tiba2 seorang di antaranya berdiri dan langsung membrondong Zerry dan Wati. Zerry secepat mungkin sembunyi di balik meja. Wati pun di tembak habis2an. Zerry bangkit dan langsung menghantam penjaga itu sekali lagi.
  "Wati!" Zerry panik.
  "Auw sakit...!" rintinya.
     Wati bersimba dara, ia tertembak di hampir semua bagian tubuhnya terutama di bagian terlarang.
Sesaat kemudian. Zerry panik. Peluru itu pun keluar sendiri dan Wati sembu dengan sendirinya. Zerry takjub. Ku rasa ini yg di maksut Rista itu.
    Tak lama kemudian. Areon kembali. Ia hadir dalam keadaan basa kuyuk.
  "Kau bawah kemana dia?"
  "Empang di papua, sudalah ayo pulang!" tampa menunggu ikatan di kaki Wati terlepas. Areon langsung memegang ke duanya dan di bawah pulang kerumah.
  "Kok di sini?"
  "Kalau mau kembali Bali! Entar. Mandi dulu!" Areon pun masuk ke dalam.
  "Bisa lepaskan ikatannya."
      Zerry senang dan ia pun melepaskan tali yg masih mengikat kaki Wati. Meja penyekapan Wati juga ikut terbawa.

end

Istana profesor Cmong

     Tabung energi dari reaksih gerbang siluman suda terisi. Alat ciptaan profesor Cmong itu pun siap di uji coba.
     Profesor kemudian mengajak Beno pergi ke suatu tempat. Untuk uji coba alat yg di beri nama Montrusz itu. Dari markas, Beno bersama profesor pun pergi menghilang ke tempat yg di tuju profesor.
  "Di mana ini?" ujar Beno sesampainya di sebuah kamar dan tak tau di mana.
  "Ini Bali!"
  "Bali? Untuk apa kita ke sini prof, kalau untuk menguji coba. Kan bisa di maskas."
  "Ikut aku."
     Ke duanya pun keluar dari kamar di sebuah penginapan di dekat pantai kuta.
Sambil jalan ke pantai propesor berambut putih acak2kan itu pun menjelaskan maksudnya.
  "Bali! Tempat yg indah dan eksotis. Di sini banyak bule2 berpakaian mini. Dan di sini juga banyak cewek2 cantik dari kota2 di Indonesia, memamerkan kemolekan tubuhnya. Di sini akan ada banyak nafsu bergentayangan. Tempat ini sangat cocok buat uji coba. Nafsu manusia akan mempermuda uji coba kali ini!"
  "Oh begitu! Permisi prof," mata Beno suda melirik tempat lain. Beno tak peduli dengan kata prefesor. Ia pun pergi mau cuci mata.
     Profesor tak peduli dengan urusan Beno. Profesor masih terus melangka. Ia melihat kanan kiri mencari korban.
      Di bawah pohon. Profesor pun berhenti. Profesor melihat sekumpulan remaja sedang pesta santap menu ikan.
  "Bagus! Sasaran empuk. Nafsu remaja pasti lagi tinggi2nya? Saat ini," di bawah pohon itu profesor kemudian mempersiapkan montrusznya.
  "Persiapan suda. Pengendalinya oke!" ceknya. profesor melihat kanan kirih memastikan tak ada yg mengangu. Profesor pun diam2 mendekati para remaja itu. Tiba2 salah seorang dari para remaja itu beranjak dan kemudian duduk di sebuah bangku.
     Profesor pun menghentikan langkannya. Pemuda yg duduk di bangku itu pun. Tiba2 beruba. Profesor pun segera mundur kembali ke bawah pohon.
  "Bagus! Ternyata di tempat ini ada juga orang yg terpapar radiasi. Percobaan ini akan semakin sempurna. Aku harus segera memberi tanda pada monster itu. Dengan begitu aku bisa muncul di dekatnya dan langsung memasang alat ini," bisiknya. profesor pun bersiap, ia kemudian mengeluarkan sebuah alat penanda bentuknya seperti koin 50 perak. Tampa penanda profesor tahkan bisa ke tempat yg di tuju.
     Monster itu semakin liar. Profesor terus memperhatikan keadaan dan coba cari kesempatan menempelkan penanda.
     pemuda yg terpapar radiasi itu pun akhirnya berhasil di lumpukan oleh seorang gadis berambut kuncir kuda. Profesor sama sekali tak dapat kesempatan.
  "Sial! Ternyata mereka sakti juga. Teruta gadis itu. Rupanya ada juga anggota PPKN. Gadis itu, aku harus mendapatkan selnya. Akan ku satukan dengan sabuk Areontrasfor ini. Akan ku culik dia!" bisiknya.  Profesor pun bersiap. Saat semuanya pokus pada monster itu. Profesor pun menyetel tujuanya. Profesor berlari dan gadis itu langsung di pegang tangannya. Profesor pun seketika menghilang bersamannya.

   Sebuah puri jaman belanda di sebuah pulau di tenggah2 danau. Di puri itu profesor sampai bersama gadis tersebut.
  "kalian ikat gadis ini!" printah Profesor Cmong pada anak buanya.
     Gadis itu pun melawan. Para anak buahnya satu demi satu di kalahkannya.
     Profesor Cmong segera masuk laboratoriumnya dan mengambil pistol kejut listrik. Gadis itu pun kemudian di tembaknya. Gadis itu tersengat dan pingsan.
  "Bawah dia masuk! Ikat dia di intrograz lab."
     Di intrograz lab. Gadis itu di ikat kaki tangan dan mulutnya di plester.
     Di kursi intrograz itu. Gadis itu pun sadar. "Ha ha... Sebentar lagi akan ku dapatkan selmu. Dan aku akan memiliki kesaktian mu."
  "Hem..." gadis itu pun meronta. Profesor Cmong lalu kembali ke laboratoriumnya. Profesor pun mencari alat yg sama seperti, ia gunakan untuk mengambil sel dari seorang pemuda bernama Areon.
  "Di mana alat itu?" profesor mengacak2 ruang kerjanya dan alat itu tetap tak di temukan. Satu jam suda masih tak ada hasil.
  "Kalian bantu aku cari Enselosz itu! Sekarang," printanya pada 3orang anak buahnya itu. Yg lain semua berjaga di luar.
  "A sial...! Di mana itu Enselosz."
    Profesor Cmong pun menyetel sabuknya, ia lalu menghilang pergi ke suatu tempat.
 
Continued....

Selasa, 22 Mei 2012

Pesta berakir


     Siang itu di pantai kuta. Wati duduk termenung di bangku pantai. Wati pun mendapatkan sebuah gambaran tentang suatu jurus menghentikan sementara orang yg terjangkit radiasi. Wati pun merasakan jurus itu mengalir di tubuhnya.
      Rista dan Mona sibuk berfoto bersama bule2 yg kebetulan lewat. Adon iseng dan membuat Seno kembali mengejarnya. Igih sibuk membakar ikan bersama beberapa teman2 yg lain. Nima pun ikut mempersiapkan meja hidangan.
      Sementara itu Zerry pun menghampiri Wati yg sedang termenung di bangku.
  "Hai! Kok bengong. Lagi mikirin aku ya?" Zerry basa basi.
      Wati tersentak sadar. "Nggak? Lagi mikirin kambingku yg mau melahirkan?" Wati asal jawab.
      Zerry bingung harus mulai dari mana. "Em..."
  "Kau suda taukan Areon bisa melakukan itu," Wati tiba2 tanya.
  "Iya!"
  "Kapan?"
  "Setela kecelakaan di gunung waktu itu. Dialah orang yg mengabarkan pada tim pencari. Aku sempat melihat dia menghilang di depan ku dan aku yakin itu dia," tuturnya.
   "Lalu!"
   "Seminggu lalu aku menanyakan ini padanya. Dan, ia pun menunjukannya. Kau pasti bingung saat di bawah kemari."
  "Nggak juga?!"
      Zerry pun duduk di bangku di depan Wati.
  "Apa kau tau. Rista itu tidak bisa mati?"
  "Apa maksudnya?"
  "Nggak apa2!"
  "Zerry. Hai Kalian! Ikannya suda siap," ujar Igih memanggil. Adon dan Seno pun berhenti berkejaran dan kesemuanya pun berkumpul mengitar meja hidangan.
    Di saat semua lagi menikmati hidangan. Igih tiba2 mundur, ia pun duduk di bangku. Kepalanya terasa pusing berat. Tak lama setela duduk. Igih terkapar, ia kehilangan ke sadarannya bangku itu.
  "Igih kau kenapa?" ujar Nima. Nima pun mendekat. Tubuh Igih tiba2 beruba menghitam.
  "Zerry, Igih?"
     kesemuanya pun menghampiri Igih.
     Igih pun bangun, ia tiba2 langsung mengamuk dan merusak apa saja di sekitarnya. Semua tercengang terutama Seno yg belum perna melihat kejadian ini.
  "Awas!" Sinta datang tiba2. Ia pun mengeluarkan sebuah alat pelontar tali baja. Sinta pun menembak Igih. Setela terikat, Igih kemudian di tariknya dan jatu.
   "Kalian tidak apa2 kan?" tanya sinta.
  "Apa yg terjadi pada Igih?" Rista takut.
  "Ia suda terjangkit radiasi gerbang siluman," jawab Sinta.
     Sinta pun maju mau mengikat Igih dengan pengikat khusus. Tiba2 Igih terlepas, ia kembali ngamuk dan menjadi semakin liar. Tubuhnya pun di tumbuhi tulang2 yg muncul dari kulitnya. Igih kemudian menyerang Sinta dengan pukulannya. Sinta tak mampu menahan pukulan Igih, ia terlempar.
     Zerry maju. Kuda2nya siap. Zerry pun menghembuskan tenaga dalam anginnya. Igih pun terlontar membentur pohon. Igih bangkit berdiri.
    Di sisi lain Adon pun memapa sinta berdiri. "Kau tidak apa2kan."
"Tidak apa2. Terima kasih ya!"
    Jari2 kuku Igih beruba menjadi runcing. Igih lalu melocat dan langsung menyerang Zerry. Zerry tak bisa menghindar. Igih terlalu cepat. Wati dengan cekatan langsung menarik tangan Zerry. Zerry selamat!
    Cakar Igih menancap dan memecakan batu.


    Igih kembali berdiri, ia kemudian menyerang siapa saja di dekatnya. Igih meronta2.
    Rista pun jadi sasaran berikutnya, ia tak bisa bergeming, Rista tertegun dengan muka seram Igih. Cakar Igih langsung menjajar tajam ke tubuh Rista. Rista terjatu! Cakar Igih sama sekali tak dapat melukainya. Igih kesakitan pada jarinya. Mona bengong sekaligus takjub. Teman2 lainnya termasuk Seno semua lari menjau.
    "Rista kau tak apa2kan?" tanya Mona. Ia pun menarik Rista menjau.
  "Monster itu tak akan bisa melukai ku!" sumbar Rista.
     Zerry kagum! Jadi ini yg di maksud Wati. Zerry kemudian berdiri, ia bersemangat ingin menghentikan Igih yg tela beruba jadi monster.
     Kuda2 kembali siap. Zerry pun maju. Dari sampingnya tiba2 Wati berdiri dengan kuda2nya. Wati pun lansung mengeluarkan seberkas cahaya dari tangannya. Wati pun melontarkannya ke Igih. Igih lansung terkena, Igih pun terkapar seketika.
  "Sinta! Tolong ikat dia sekarang," pinta Wati. Sinta lalu berdiri menghampiri Igih dan memborgolnya dengan borgol khusus.
    Saat akan memborgol Igih gelang giok dewa itu tersentuh tangan Wati dan bercahaya. Sinta pun merasa menemukan orang yg terpilih itu.
  "Ye... Hebat! Kenapa kau tak bilang kau bisa seperti itu," Nima senang.
  "Kau tak tanya?" Wati menjawab sekedarnya.
  "Sinta! Siapa kau sebenarnya," Zerry tanya tiba2.
    Sinta diam. Tapi ia pun kemudian bicara. "Aku! Aku anggota pasukan PPKN..."
 "Namanya seperti mata pelajaran ajah? ppkn!" ujar Rista.
   " Kami di beri tugas untuk menindak lanjuti permasalahan yg terjadi seperti sekarang ini!" lanjutnya.
  "Seperti sekarang?" Mona mengidik.
    Sinta mengangguk.  "Gerbang siluman suda terbuka dan radiasinya membuat orang2 seperti Igih terjangkit dan membuatnya menjadi monster!"
  "Lalu gimana menghentikannya? Igih gimana mengembalikan tubuhnya seperti semula?" tanya Nima.
  "Aku tak tau? Sampai saat ini, semua orang yg terjangkit, semuanya tela di tangkap dan di kurung di penjara khusus. Untuk menghentikan semua ini. Gerbang siluman harus segera di kunci. Dan itu hanya bisa di lakukan oleh orang yg terpilih!"
  "Gerbang siluman itu ada di hutan larangan. Gerbang itu hanya bisa di kunci dengan segel khusus. Segel lima arah! Hanya dengan cara itu gerbang siluman tersebut bisa di segel secara sempurnya. Dengan begitu Igih dan orang2 yg terkena radiasi lainnya bisa kembali ke wujud semula," papar Wati.
    Sinta terperanjat. bagai mana dia tau. Sesaat, ia pun yakin Wati lah orang yg terpilih itu. "Yg di katakanya itu memang benar. Tapi bagai mana kau tau semua ini?"
  "Cuma ini satu2nya cara," lanjutnya.
    Seorang kakek berberambut putih tiba2 menyerobot. Zerry di srempetnya hingga jatuh. Kakek itu kemudian langsung memegang tangan Wati. Kakek tersebut pun menghilang bersama Wati.
Nima tersentak kaget. Selain kakaknya tak ada orang lain yg bisa seperti itu.
Siapa kakek tua itu?


Continued....

KeBali libur


     pagi menjelang mentari memancarkan sinarnya. Di dekat pinggiran sawah. Wati duduk senang di gubuk tersebut. Dari belakangnya Nima datang menyapa.
  "Hei salamat pagi!"
  "Pagi," jawab Wati.
    Nima pun duduk di sampingnya. "Sayang ya!"
  "Apanya?" Wati penasaran.
  "Andai kata kau ikut liburan bersama Zerry..."
  "Dari mana kau tau? Emang kenapa kalau aku nggak ikut?"
  "Adon! Kalau kau suka. Cinta itu harus di perjuangkan!" ujarnya menggurui.
  "Kau itu sama saja ya dengannya?"
  "Siapa?" Nima menculut.
  "Nelly fanatik!"
  "Nelly?" otak Nima pun menuju ke kakaknya.
  "Ye... Beda tau?"
  "Cinta itu harus di perjuangkan. Kata2 seperti itu di mana ya aku dengar?" Wati berlagak cari tokek.
  "Ya deh... Emang kenapa?"
     Wati pun hanya menarik napasnya tak tau. Nima pun rebahan.
  "E Wat! Liburan dua hari ini kita kesana yuk," ujar Nima tiba2.
  "Kemana?"
  "Bali!"
 "Bali! Mau ngapain dan pakai apa kesananya, ini cuma dua hari!"
  "Kan ada dia? Tak usah kuwatir di jamin sampai. Cepat dan hanya butuh semenit!"
  "Semenit?" Wati pun mengerutkan dahinya. Sebenarnya apa si yg di pikirkan sahabatnya itu?
  "Hanya orang gila saja yg percaya akan hal itu?"
  "Suda nyadar ya!" timpal Wati.
  "Kau kan nggak ada kerjaan di rumah. Cinta itu harus di buru?" lanjutnya.
  "Hi..."
  "Ah sudalah! Kau ikut aja nanti akan tau."
     Wati menganguk?"E apa maksud cinta itu harus di buru?"
  "Zerry!" ucapnya sambil senyum. Wati tetap nggak mengerti.
  "Zerry?"
  "Jangan di pikirin. Ikut aja!"
     Pagi ini setela sarapan Wati pun memintah ijin. Setela ijin di dapat. Wati segera berkemas. Wati lalu ke rumah Nima.
    Di rumah Nima. Areon kakaknya itu di bangunkan dari tidurnya. Hari ini Areon juga ikut libur. Nima segera memberi tau apa maksutnya. Dengan keadaan terpaksa Areon pun setuju.
     Jam 9 setela sarapan. Wati datang. Nima siap. Areon juga.
  "Suda siap!"
  "Uda?"
  "Kak Areon. Ayo!" Teriaknya.
  "Areon? Dia ikut, mau ngapain? Naik apa?"
     Areon pun keluar dengan kacamata dan bergaya seperti terminator. "Oke, siap!"
  "Hem?" Wati pusing nggak ngerti.
  "Pegangan?" pintannya. Nima pun menyuru Wati berpegangan pada pundak kakaknya. Dan! Wus...
    Ke tiganya pun menghilang. Di rumah Nelly mereka sampai.
  "Di mana ini?" tanya Nima.


  "Sayang... Aku siap!" Nelly keluar dari rumahnya dengan tampilan cantik sekali seumpama bidadari. Nima pun di buatnya pangling.
  "Nelly!"
     Wati mulai mengerti? Ini mungkin sama seperti waktu itu! Saat kakek datang. Wati juga kagum saat memandang Nelly.
  "Suda siap."
  "Siap!" Nelly bersemangat.
     Ke empat manusia ini pun kemudian menghilang. Dalam waktu tak sampai sepertiga menit. Mereka suda sampai di Bali. Tepatnya mereka langsung sampai di depan rumahnya Zerry.
     Sebelumnya Areon suda mengabarkan ini. Dan di rumah itu Zerry suda menunggu. Sedangkan teman yg lain mereka beramai ria di pantai.







T

Cmong


    Malam itu di markas geng Zvgost. Jeprin sang pimpinan menanti kabar dari profesor Cmong. Jeprin pun tanya pada seorang anggota yg baru datang dari kediaman profesor.
  "Haga. Bagai mana? Apa alat buatan profesor suda siap."
  "Alat itu suda siap bos! Kata profesor hanya tunggu pengisian energinya saja!"
  "Kalau begitu. Panggil propesor kemari," printanya.
  "Maaf bos! Aku tak tau di mana profesor saat ini."
  "Tadi kau bilang alatnya suda siap. Lalu di mana profesor?"
  "Ia bilang, ia akan mengambil langsung energi untuk alat itu di hutan Larangan. Ia akan kemari kalau urusannya selesai."
  "Bagus aku suka itu! Kalian pergila." Para anak buahnya itu pun meninggalkan ruangan sang bos.
  "Kak J. Ada imformasi terbaru," Beno adiknya tiba2 masuk ruangan.
  "Oh kau Beno. Ada imformasi apa?"
  "Beberapa anggota kita telah terpapar radiasi gerbang siluman itu. Dan mereka saat ini tela di tangkap Antevon cruw. Dan sepertinya orang2 yg tela terpapar radiasi dari gerbang siluman itu tela di tangkap besar2an oleh Antevon cruw." papar Beno.
  "Lalu apa masalah kita. Untuk anggota kita yg di tangkap itu mungkin urusan kita!"
  "Itu jadi masalah!" profesor Cmong tiba2 muncul entah dari mana. Jeprin pun tersentak kaget!
  "Profesor!"
  "Alat yg ku ciptakan ini akan meruba orang jadi monster. Kita bisa menggunakannya untuk menyerang Antevon cruw yg sering menggagalkan usaha kalian."
  "Itu benar! Lalu apa masalahnya?" Jeprin masih belum mengerti.
  "Dengan alat ciptaan ku ini. Aku bisa menguba orang2 yg terkena radiasi itu menjadi monster yg tak terkalakan. Dan kalian bisa mengarakan monster itu untuk menyerang musuh kalian!"
  "Tadi anak buah ku bilang. Kau pergi ke hutan larangan. Untuk mengisi energi dari alat tersebut. Bukankah alat itu bisa di gunakan. Lalu untuk apa kita membutukan orang2 yg terpapar radiasi itu!"
  "Itu memang benar! Alat ini bisa di gunakan dengan energi dari gerbang siluman. Tapi kalau kita bisa memakai orang yg terpapar radiasi itu. Hasilnya akan lebih hebat!"
    Jeprin menganguk. "Propesor apa alat itu bisa di pakai orang lain yg tidak terkena radiasi itu?" Beno menambakan.
  "Bisa! Tapi hanya bisa di pakai selama tiga menit. Karna energi kehidupan manusia akan jadi penghalang untuk alat ini di gunakan lebih dari tiga menit."
  "Apa bedanya dengan orang yg suda terpapar itu?" tamba Beno.
  "Orang yg suda terpapar itu. Energi kehidupannya suda tercemar dan akan lebih muda menyerap alat ciptaan ku!"
  "Profesor. Apa alat ini suda perna di uji coba?"
  "Sebelumnya aku menggunakan arwa gentayangan untuk energinya. Tapi perubahannya tidak lama. Dan lagi, mencari arwa gentayangan cukup sulit bagiku saat ini. Dengan terbukanya gerbang siluman itu. Sekarang aku bisa menunjukan pada dunia bawah akulah profesor terhebat di dunia! Cmong."
  "kalau begitu kapan kita gunakan saja alat itu. Aku tak sabar bisa mengalahkan para PPKN itu!" Jeprin bersemangat.
  "Oh ya propesor. Bagai mana anda bisa sampai di sini? Aku sama sekali tak lihat anda masuk?" ujar Beno.
  "Ini!" profesor menunjukan sebuah sabuk di pinggangnya. "Ini adalah Ontransfor! Alat ini memungkinkan aku bisa berpinda kemana saja aku suka. Alat ini ku buat dari sel seorang pemuda bernama Areon. Pemuda itu memiliki kemampuan berpinda tempat!"
  "Wa hebat, boleh aku pinjam prof?" pinta Beno.
  "Tidak!" tegasnya.
  "Dengan alat itu. Kami pasti bisa mengalakan para PPKN dengan muda! Tak perlu mengunakan alat peruba monster itu?"
  "Tidak! Lagian aku suda lupa formulanya. Waktu itu aku lagi terburu2 aku tak sempat mencatat prosesnya."
  "Ya sayang! Oya kak, aku pergi dulu ya. Kalau mencari aku. Aku di rumah?" Beno pun pamit keluar.
  "Kapan kita bisa mulai rencana kita prof!" Jeprin bersemangat.
  "Sebentar lagi. Tinggal menyelesaikan pengisian energinya saja! Permisi," profesor pun menghilang.
       Jeprin kemudian keluar dari ruangannya. "Haga kumpulkan seluru anggota besok pagi!"
  "Siap bos!"


T

Ujian special


    Pagi ini ujian khusus special. Akan di mulai. Semua siswa kelas dua, semuanya tela hadir di kelasnya masing2.
    Oleh para guru. Anak2 kelas satu, semua di liburkan. Dan kelasnya di pakai buat ujian. Sedangkan anak kelas tiga. Tetap masuk, tapi mereka di larang memasuki kelas atau berada di sekitar kelas yg di gunakan buat ujian.
    Para siswa yg mengikuti ujian. Semua di periksa tidak boleh membawah apa pun kecuali pensil dan penghapus serta rautan pensil. Pensil boleh membawah sebanyak sesuka murid.
     Di kelas 2b. Adon seperti biasa, ia melakukan ritual menjahilin lebih dulu untuk meningkatkan semangatnya. Dan yg jadi korbannya kali ini adalah Nima. Sontak setela lembar ujian di bagikan, Nima kelabakan, pensilnya yg hanya satu2 itu hilang.
  "Baiklah! Apa kalian suda siap semua?" ujar pak Aswan yg jadi pengawas di kelas ini.
  "Maaf pak! Pensilku hilang."
   "Hilang! Bagai mana itu bisa terjadi?"
  "Tadi di meja saya pak! Setela saya membagikan lembar soal ke belang. Pensil saya suda nggak ada?"
  "Kau punya pensil yg lain?" tanya pak Aswan.
  "Tidak pak!"
  "Siapa yg bawah pensilnya Nima," semua diam tak ada yg jawab.
     Wati yg duduk di belakang pun maju. "Ini pakailah! Aku masih punya dua lagi."
  "Makasih ya."
    Pensil itu belum di raut dan Nima pun meminta ijin keluar sebentar dan meraut pensilnya.
    Di luar kelas saat Nima meraut pensil. Areon mencoba menyelinap masuk. Sepertinya ia ingin melihat Nelly yg juga mengikuti ujian di kelas 2b ini.
  "Nelly! Nelly, Nelly semangat," bisiknya di dekat jendela.
     Pak Aswan pun tau, ada Areon yg mengintip di jendela. Pak Aswan yg seorang wali kelas 3a itu kemudian menyuru seorang guru untuk membawa Areon siswa 3a itu menjau dari tempat ujian.
  "Suda pak," ucap Nima. Pak Aswan pun mengangguk.
  "Suda siap semua? Ujian di mulai!"
     Jam wekker penanda ujian pun di nyalakan oleh pak Aswan. Ujian berjalan dengan kidmat.
    Tiga jam berlalu. Jam wekker pun berbunyi. Tertanda ujian selesai. Lembar jawaban segera di kumpulkan.
    Pak Aswan pun lalu memberitau. Besok libur dan nilai ujian akan di beri taukan pada hari senin depan. Selesai pemberitauan. Segera para siswa langsung berlarian keluar.

    Di depan kelas.
  "Akhirnya selesai juga. Capek rasanya!" Nima menekuk2 jarinya.
  "Pulang yuk!" ajak Wati.
  "Terima kasih ya?" ucap Adon tiba2 sambil memperlihatkan pensilnya. Sesuda itu Adon pun lari keluar.
  "Itu! Itu kan pensilku! Jadi dia yg mengambil!" Nima langsung mengejar Adon.
  "Adon... Mati kau!" suara Nima menggema.
  "Nima tunggu!"
 "Hai Wat. Mau ikut liburan nggak," ujar Zerry spontan tiba2.
  "Kita liburannya nggak berduaan? Kok. Adon, Igih, Seno dan beberapa teman lain juga mau ikut. Kita bisa ramai2 di sana, Rista dan Mona juga ada!"
  "Makasih ya, aku nggak ikut. Di rumah ada banyak kerjaan? Maaf ya," Wati pun berlari mengejar Nima.
  "Hay Zerry! Kan masih ada aku. Kita bisa foto berduaan kan," ujar Rista yg baru muncul.
      Zerry pun berlalu tak peduli. "Sampai ketemu nanti sore!"
  "Da......," Mona pun melambaikan tangannya.


T

Duel hidup mati


    kampung kembang gula adalah kampung asri yg di kelilingi persawahan. Di kampung itu Wati dan orang tuanya tinggal. kampung ini berada di pinggiran kota. Kampung kembang gula ini. Di lewati jalan alternatif yg menghubungkan kota ini dengan kota sebrang.
    Di jalan itu sebuah mobil berjalan cukup kencang. Rista yg mengendarai mobil tersebut. Ngambek di karnakan Rista akan di jadi kan kelinci percobaan oleh papinya, terkait masalah yg terjadi di rumah sakit. Dan di rumah malamnya.
  "Papi itu apa2 si, menyebalkan!" gerutunya.
    Mobil yg di kendarainya itu pun berhenti di pinggir. Rista kemudian keluar, ia pun berjalan kesebuah batu besar di pinggir jalan. Rista pun naik ke atas batu itu.
    Sejau mata memandang. Terlihat persawahan penduduk. Rista pun tersenyum2 sendiri manakalah wajah Zerry teringat.
    Sementara itu Wati yg lagi bersepeda santai jau di belakang mobilnya. Saat melihat Rista senyum2 sendiri. Wati pun komentar.
  "Dasar cewek gila, senyum2 sendiri. Bisa kesambet juga itu orang?" ujarnya.
Dengan pendengarannya. Rista pun tau apa yg di katakan Wati! Rista pun menunggu. Sampai di dekat batu yg di dudukinya. Wati pun di hentikan.
  "Hai cewek kampung! Apa maksudmu itu?"
  "Apa?"
  "Dasar cewek kampung, jangan belagak pilon lo."
    Wati nggak ngerti. Kenapa Rista berkata seperti itu.
  "Baru juga ketemu. Dasar cewek ganzen, mau apa kau!" Wati lebih galak.
    Dari kejauan Rista dengar suara mobil menuju kesini.
  "Hai cewek kampung! Ini peringatan ku. Zerry itu milikku? Kau itu cewek kampung nggak level tau?"
  "Ambil saja dia? Emang aku peduli apa?" Wati melagak.
  "Mati aja kau," Rista pun langsung menjambak rambut Wati. Wati pun tak mau kalah.
    Ke dua cewek itu saling menjambak dan menginjak kaki. Perkelahian kas cewek itu berlangsung sampai di ke tengah2 jalan.
    Sebuah mobil truk yg tak tau di depan sana ada perkelahian dua ayam betina. Truk itu terus melaju dengan kencang di jalanan sepi ini. Truk itu pun tak pelak langsung menabrak dua cewek tersebut.  Mendapati itu truk itu langsung lari dari tkp.
    Wati setela di tabrak, ia terpental ke jalanan dan tubuhnya terlindas truk tersebut. Sedangkan Rista terseret dan kemudian menghantam pagar pembatas.
    Rista pun berdiri. Tubuhnya tidak mengalami apa2, ia masih tetap cantik. Cuma rambut dan bajunya yg acak2an tak karuan.
  "Mampus lo! Sekarang tak ada lagi sainganku?" ucap Rista tak sadar dengan yg di katakannya.
      Di jalan itu tubuh Wati berlumuran dara. Di saat Rista mendekat. Wati pun berdiri dengan muka bonyok dan dara berceceran di mana2. Wati pun tersenyum, bersamaan itu. Dara yg berserakan tersebut mengelinding kembali masuk ke dalam tubuh Wati. Wajah Wati pun sembu dengan sendirinya dan kembali cantik seperti sedia kalah.
  "Mau coba lagi. Ayo!" tantang Wati sambil menata rambutnya.
  "Sial!" Rista pun berlari kembali ke mobilnya. Dan ia pun menyetater mobilnya pergi dari sini.
  "Hai cewek ganzen kalau berani sini kau! Kotor semua! Gimana ini?" Wati bingung, ia takut di marai ibunya.


T

Minggu, 20 Mei 2012

Kejelasan seribu tahun


    Sore itu di depan sebuah Distro pasar raya. Hp Sinta tiba2 berbunyi. Sinta pun mengangkat hpnya itu.
  "Hallo!"
  "Sinta ini ayah! Temui ayah di balai Arthur segera!"
  "Oke! Ya," Sinta pun memasukan kembali hpnya ke saku, ia kemudian menaiki skuternya dan pergi ke tempat tujuan.
     Sebuah spbu di samping toko elektronik. Sinta pun masuk ke spbu itu. Setela memarkir skuternya dekat pos. Sinta pun masuk ke dalam.
  "Sore pak Ali!" sapa Sinta pada seorang pegawai spbu itu.
  "Oh kamu Sinta, Masuklah!"
  "Terima kasih pak," Sinta pun kemudian masuk ke sebuah ruangan khusus pegawai penting. Ruangan khusus itu di desain apik bergaya milinium.
      Di ruangan itu Sinta suda di tunggu seorang yg sepertinya berpangkat. Orang tersebut adalah Jendral Sayber. Salah satu dari tiga pejabat tinggi di PPKN (prajurit pertahanan keamanan nasional).
  "Selamat sore ayah!" Sinta pun memberi hormat padanya.
     Jendral Sayber pun menganguk. "Duduklah."
    Sinta kemudian duduk di kursi yg muncul sendiri dari bawah lantai.
  "Sinta, sekarang ini Gerbang siluman tela terbuka. Saat ini seluru anggota PPKN yg tersebar dalam radius seratus kilo meter. Tela di kerakan untuk menanggulangi semua orang yg terkena radiasi dari gerbang tersebut," jelasnya.
     Sinta masih diam. Ia jadi anggota PPKN. Belum genap seminggu ini, ia masih belum banyak tau tugas2 PPKN.
  "Beruntung Jendral Kuro segera melaksanakan oprasi ke 7. Dengan begitu gerbang siluman itu pun berhasil di tutup sementara," lanjutnya.
  "Lalu, tugas apa yg harus saya jalankan!"
  "Ini! Ini adalah gelang giok dewa. Sayang kau tugaskan mencari seorang yg terpilih," Jendral Sayber pun menaru gelang giok dewa itu di meja.
  "Siapa dia ya?"
  "Aku tidak tau! Cari orang itu secepatnya dan bawah kemari."
  "Bagai mana aku bisa tau orang tersebut."
  "Gelang giok dewa ini. Sebenarnya di ciptakan oleh Ramahdi untuk orang yg terpilih itu. Gelang ini akan bersinar bila tersentu orang yg terpilih itu."
  "Apa hubungannya. Gelang giok dewa ini. Gerbang siluman. Ramahdi dan orang yg terpilih itu," tanyanya Sinta, ia masih belum mengerti apa yg di maksud ayahnya itu.
  "Dulu kalah pada awal2 tahun di mulai. Di pulau jawa ini di huni oleh banyak siluman. Para siluman2 itu berkeliaran menebarkan penyakit dan menggangu manusia. Ketakutan manusia pun di manfaatkan para siluman itu untuk membuat kerusakan di bumi ini."
Sinta pun membuka lollypop yg di bawahnya dan lalu di kecupnya. "Lalu, ya...!"
  "Dan akhirnya seorang petapa sakti pun turun tangan. Petapa itu kemudian mengumpulkan empat Orang sakti lainnya. Mereka berlima kemudian membangun sebuah tempat dan di beri nama 'Gerbang siluman'. Setela tempat itu di bangun. Kelima orang2 sakti itu pun berjibaku meringkus para siluman ya membuat kerusakan di bumi ini dan mengurungnya di dalam gerbang siluman itu," paparnya.


  "Lalu bagaimana dengan  Ramahdi?" Sinta bertanya lagi.
  "Beberapa ratus tahun setela para siluman itu berhasil di kurung di dalam gerbang siluman oleh kelima orang sakti tersebut dengan segel khusus, segel 5 arah! Gerbang siluman itu terbuka kembali."
  "Terbuka lagi!" Sinta tiba2 memotong.
  "Karna segel lima arah yg mengunci gerbang itu masih terjaga. Siluman yg ada di dalamnya pun tak bisa keluar. Tapi radiasi, hawa siluman dari gerbang itu tela mengimfeksi manusia dan mengubanya menjadi monster. Setahun sebelum gerbang itu terbuka. Seorang pemuda bernama Ramahdi menemukan sebuah kitab yg berisi ramalan mengenai gerbang siluman itu yg ada di hutan larangan. Di ramalan itu tertulis bawah gerbang siluman itu akan terbuka bila gunung merapi di pulau jawa ini meletus dan mengeluarkan energi negatipnya. Bila itu terjadi, siapa pun yg mendapat kitab itu. Di minta untuk keselamatan manusia. Segera mengaktipkan ulang segel 5 arah. Di lima penjuru yg mengitari gerbang siluman itu."
   "Lalu selanjutnya?" Sinta semakin penasaran.
   "Ramahdi berhasil mengaktipkan kembali segel 5 arah itu dengan bantuan empat sahabatnya. Seperti halnya 5 orang sakti yg membuat gerbang siluman itu. Ramahdi juga merasa kalau gerbang ini akan terbuka kembali suatu saat nanti."
Sinta menyimak, ia diam memperhatikan.
  "Dan benar. Gerbang siluman itu pun terbuka sekarang. Setelah gunung merapi di jawa ini meletus.  Beberapa tahun lalu. Sang pimpinan menemukan peninggalan Dari Ramahdi. Di peninggalannya itu Ramahdi menceritakan semua mengenai gerbang siluman tersebut. Dan penyebap gerbang siluman itu terbuka saat ini. Mengenai orang yg terpilih itu juga di ceritakan oleh beliau. Dan untuk mengetaui siapa orang terpilih itu. Gelang giok dewa inilah yg akan memberitau."
  "Ia aku mengerti!"
  "Sinta! Ayah percayakan pencarian orang yg terpilih itu padamu. Cari dan segera bawah ke markas pusat," pinta Jendral Sayber pada putrinya itu.
  "Iya ayah! Tapi masih ada satu yg belum aku mengerti. Bagai mana caranya mengaktifkan segel 5 arah itu kembali?"
  "Ramahdi tidak menjelaskan mengenai itu. Dalam peninggalannya Ramahdi, ia bilang. Orang yg terpilih itu akan tau harus ke mana dan harus apa. Untuk itu, secepatnya kau harus mendapatkan orang terpilih itu."
  "Siap! Laksanakan tugas," Sinta pun berdiri dan memberi hormat.
  "Sayang! Sekarang gunakan lah apa yg perna Ayah ajarkan."
  "Siap! Ayah."
  "Ini pakailah!" gelang giok dewa itu pun kemudian di pakaikannya pada putrinya.
  "Terima kasih Ya!"
     Jendral Sayber bernama asli Suwandi itu pun memberi hormat.
"Siap laksanakan tugas," Sinta pun balik beri hormat.
  Sinta kemudian memohon diri. Ia pun lalu keluar dari ruangan khusus tersebut. Sinta kembali mengendarai skuternya dan kembali kepasar raya. Sinta suda janjian dengan teman sebangkunnya. Anisa!


T

Minggir kau


   Pagi. Ini hari kamis. Rista yg seharusnya masih di rawat di rumah sakit. Sekarang ia suda tampak nongol di sekolah.
     Bersama Nelly, Rista pun keluar dari mobilnya.
  "Pak Hadi. Bapak pulang saja, tak usah menunggu," printah Rista pada sopir ayahnya itu.
  "Tapi non?"
     Rista tak peduli, ke duanya pun melangkah memasuki gerbang sekolah.
 "Rista! Bukannya kau sakit?" ujar Mona yg juga baru datang.
 "Kau senang ya aku sakit," ketus Rista.
 "Bukan begitu? Sebenarnya aku mau menjenguk, tapi aku tak tau kau di rawat di rs mana?"
 "Sudalah," Rista pun masuk.
 "Oya ini! Itu dari pak Aswan. Kemarin kau kemana saja, di cari2 nggak ketemu," tutur Mona.
 "Bola mata merah!" Nelly riang menerima. "Terima kasih ya."
 "Hai Nel, itu untuk apa si...," Mona ingin tau.
 "Rahasia!" Nelly mengelus2 bolanya.
 "Ah sudalah! Ikut aku?" Rista pun mengandeng Mona masuk.
      Areon berdiri di tengah2 jalan. Dan memandangi Nelly dengan sumringa.
 "Minggir!" sloro Rista. Areon pun nyimpang sedikit dan lalu datang menghampiri Nelly.
      Rista ingat sesuatu, ia pun berpaling pada Nelly. "Oya...," Rista menengok kanan kiri. "Di mana ya anak itu, cepat amat hilangnya?."
 "Itu seperti kemarin. Saat aku menengok melihat Zerry dan Wati berduaan di taman..."
 "Apa yg mereka perbuat," pangkas Rista.
 "Nelly tiba2 menghilang! Entah kemana perginya?"
 "Bukan Nelly? Tapi apa yg di lakukan Zerry di taman itu," Rista meminta keterangan dari Mona.
 "Mereka berbicara berdua. Entah apa yg mereka bicarakan?"
 "Ah sial. Jadi dia suda berani mendahului ku?"
 "Sepertinya Zerry lah mendekatinya," potong Mona.
 "Kau itu temannya siapa!" tutur Rista dan lalu mengandeng Mona kembali masuk.

      Sementara itu di kelas. Wati terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia duduk di bangkunya saat Nima datang.
 "Wati, lagi ngapain?" tanya Nima.
 "Nggak," jawabnya singkat.
 "Belum jamnya masuk. Ke kantin yuk." Wati pun berdiri.
      Di depan kelas secara bersamaan. Wati dan Rista pun berhadapan. Ke duanya saling memandang sesaat. Tampa berkata apapun, ke duanya pun berlalu begitu saja. Tak lama setela dari kantin. Bell pun berbunyi tertanda kelas pun masuk. Para siswa berhamburan ke kelasnya masing2.
     Di kelas 2b pak Harin datang, ia pun menjabarkan imformasi.
 "Anak2 selamat pagi."
 "Selamat pagi pak."
 "Sebelum pelajaran hari ini kita mulai. Kukan jelaskan pada kalian. Besok ulangan umum special akan di mulai. Ulangan ini akan memuat seluru mata pelajaran. Dan ulangan besok hanya di ikuti oleh seluru anak2 kelas 2. Nilai dari hasil ulangan special besok akan di muat pada rapot kalian pada ujian akhir nanti! Jadi mulai sekarang, persiapkan diri kalian. Pada jam pelajaran ini aku akan memberi pelajaran tambahan pada kalian dan ku harap kalian siap mulai sekarang!"
      Para siswa diam tak ada suara. Semuanya tenang menyimak.
 "E em, pelajaran di mulai! Ku harap kalian tak mengecewakan bapak pada ujian besok. Apa kalian siap!"
 "Siap pak," serentak beberapa siswa.
 "Siap pak...," lanjut lantang Adon.


T

Tenang, Tau dan Sinting

    Rs mediskha. Di rumah sakit itu Rista di rawat. Selama setenga hari di rumah sakit itu. Sebuah peristiwa terjadi.
     Jarum imfus yg menancap di pergelangan tangan Rista terlepas. Saat seorang suster akan memasangnya kembali. Tangan Rista tak dapat di tusuk. Dokter pun di panggil. Dan seperti yg di informasi kan oleh suster memang benar. Tangan Rista tak lagi bisa di tusuk karna kerasnya.
     Hal ini pun di laporkan pada orang tua Rista. Dokter Romi bingung tak bisa berbuat apa2.
 "Lalu keadaan anak saya gimana dok?"
 "Aku tidak tau bagai mana menjelaskannya. Dari hasil pemeriksaan. Kondisi anak ibu sehat2 saja. Cuma yg mengenai anah ibu saat ini aku tak tau bagai mana menjelaskannya," tutur dr Romi. Dan tiba2 seorang surter masuk. "Dok! Pasien bernama Rista tidak ada di kamarnya dan kami suda cari di seluru Rumah sakit. Kami tak menemukan Rista dok?"
      Dan ibu Rasti alice pun panik, ia keluar dari ruangan dokter dan mencari putri semata wayangnya itu. Di beberapa tempat di carinya Rista tak nampak. Akhirnya Rista pun di ketemukan duduk di sebuah bangku di taman Rs Mediskha itu.
 "Rista sayang, kamukan masih sakit. Jangan pergi jau2 ya."
 "Aku suda dengar. Apa yg mami bicarakan dengan dokter. Aku juga suda mengerti dengan kondisiku saat ini. Anggap saja ini anugrah dari yg MahaKuasa."
Maminya Rista pun diam, ia tak ingin mendebat dengan putrinya.
 "Oya mi! Papi pasti merasa bersalah soal ini. Sebaiknya mami segera memberi tau papi. Rista suda sembu kok dan baik2 saja."
     Maminya menganguk dan mengerti maksut putrinya itu.


     Sementara itu. Jam suda siang. Para siswa juga suda pulang ke rumah masing2.
Di jalan Wati mendadak pusing. Di tempat duduk seorang penjual es kali lima. Wati pun duduk di situ.
 "Bang esnya!" pesannya pelan.
     Sebuah bayang2 menggelatung berputar2 di kepala Wati. Bayang2 itu sedikit demi sedikit terlihat jelas. Pertamah mengenai kondisi tubuh Wati. Yg saat ini Wati bila terluka akan segera sembuh dengan cepat dan tanpa meninggal kan bekas.
     Tulang2 di tubuhnya, sekarang juga lentur dan bisa menopang dengan sangat kuat. Pandangan Wati pun sekarang menjadi tajam.
     Berikutnya bayang2 itu mengenai sebuah tempat yg di sebut 'Gerbang siluman' dan bagai mana penanganannya. Dan apa yg akan terjadi bila gerbang itu terbuka.
      Setelah bayang2 itu menghilang Wati mulai paham tentang pemberian anugrah ini. Wati bersukur.
 "Ini! Silakan," abang penjual es itu memberikan pesanan Wati.
 "Makasih pak."
 "Kakek terima kasih! Akan ku gunakan pemberianmu ini sebaik2nya!" pikir Wati sambil senyum2 sendiri.


  Di tempat lain.
    Sepertinya Geng Zvgost tau tentang gerbang siluman itu. Atas provokasi profesor Cmong. Geng Zvgost pun berencana akan memanfaatkan radiasinya dari gerbang siluman itu. Dan atas saran profeso pula. profesor Cmong, ia yg akan menangani semua.
     profesor sinting itu berencana akan memakai ciptaannya untuk menaikan pamor Geng Zvgost. Dan untuk jadi untuk memperluas wilaya. Terutama akan di gunakan untuk mengalakan pasukan pelindung negeri PPKN yg sering menggagalkan usaha geng ini.
    Dengan ini profesor dapat kaki tanggan baru. Cita cita profesor, ia ingin jadi profesor terbenat di dunia. Tak peduli apa pun, asalkan tujuan nya tersampaikan...

akulah Profesor, Cmong.........
hahahahahahahahah.........

T

Mona panik

     Bell masuk berdentang. Para siswa suda di kelasnya masing2. Di kelas 2b itu. Wati kepikiran tentang mimpinya semalem. Dan kecelakaan yg membuat tumitnya berdara waktu berangkat sekolah tadi. Sampai di sekolah tumitnya tiba2 sembuh sendiri tampa Wati tau sebabnya.
      Wati mengira2 ini benar ada hubungannya dengan mimpinya semalem itu. Dan benar ini tidak mimpi!
      Waktu istirahat tiba. Di taman kecil di depan kelas. Wati duduk seorang diri. Zerry pun muncul dan menghampirinya. Dari kejauan pula, dekat kelas. Mona yg menyaksikan adegan Zerry dan Wati berduaan di taman itu hanya bisa mengawasinya dari belakang.
  "Rista mana ya? Tumben hari ini tak masuk. Rista harus tau ini?" guman Mona.
     Dari sampingnya seklebat Nelly lewat tampa suara. Mona merasa dan ia pun langsung menengok, menghentikan Nelly. Ini suda kebiasaan Nelly berjalan tampa suara.
 "Nel! Rista kemana?" tanyanya pada sepupunya Rista itu.
 "Ia di rumah sakit, kecelakaan tadi pagi!" jawabnya santai.
 "Kecelakaan! Dimana ceritanya. Sekarang keadaan nya bagai mana?"
 "Aku tak tau? kau tanyakan saja nanti setela pulang sekolah. Kau akan menjenguknya kan!"
 "Du Rista," Mona agak panik mendengar sobatnya itu. Mona pun lalu berpaling pada Wati dan Zerry di taman tersebut.
     Wati dan Zerry suda tak ada di tempat. "Kemana mereka?" Mona pun balik ke Nelly. Dan Nelly juga suda hilang di belakangnya. "Kemana lagi ya, Nelly?"
      Mona bingung. Wati dan Zerry suda pergi dari taman itu dan Nelly pun hilang tampa meninggalkan jejak. Adon tiba2 datang. Mona pun di tabraknya hingga jatu.
 "Kejar! Tangkap dia...," teriak Seno. Bersama csnya, Adon pun terus di kejar.
      Sinta datang, ia pun memapah Mona bangun. "Kau tak apa2 kan?"
 "Nggak apa2, Makasih ya!"
      Sinta mengangguk, ia pun berlalu begitu saja.
 "Mona," sapa Pak Aswan guru matimatika yg di kenal dengan gaya nyentriknya itu.
 "Iya pak."
  "Mona! Kau tau di mana Nelly," tanyaknya.
 "Tadi dia di sini pak. Tapi sekarang, aku tak tau kemana dia?"
 "Mona kalau kau ketemu Nelly. Tolong berikan ini," pak Aswan pun menitipkan sebuah bola ramal pada Mona.
 "Ini! Untuk apa pak?"
 "Berikan saja pada Nelly, ia tau harus apa!"
 "Iya pak!"
      Pak Aswan pun pergi dari depan Mona.
 "Ini untuk apa ya?" Mona tak mengerti.
      Adon datang lagi. Dan lagi2 Mona di tabraknya. Di belakang Adon Seno cs masih setiap memburuhnya.
 "Adon berhenti kau. kejar cepat! Tangkap dia."

"Awas kalian!" teriaknya Mona marah. Di smu ini Adon lah biangnya yg suka bikin gara2 nggak tau apa yg di cari.
 "Sini, kau tak apa2kan?" Igih muncul dan membatu Mona berdiri.
 "Terima kasih."
 "Sama2. E Kau mau kemana?" tanya cowok berkacamata itu basa basi.
 "Terima kasih ya!" Mona pun ngeluyur sendiri dan pergi.
     Igih berdiri memandang Mona pergi dengan senyuman. Sekilas mata Igih beruba jadi hitam merah sesaat setela tersenyum barusan.


T

Rista Syarendra

     pagi itu di kediaman profesor Syarendra. Profesor akan menguji coba sebuah alat sinar gamma ciptaan salah seorang sahabatnya yg tela tiada.
    Setelah setahun penuh. Profesor akhirnya berhasil menyempurnakan alat tersebut. Bila uji coba ini sukses. Maka akan tidak di perlukan lagi obat2an untuk menyembukan luka. Cukup di sinari alat tersebut luka separa apapun akan segera sembuh.
     Semua suda di persiapkan. Dari alat sinar gamma itu sampai kelinci buat percobaan.
     Detik2 percobaan akan di laksanakan. Tiba2 Rista datang memanggil.
  "Pi, ada tamu tu. Penting!" ujar putri semata wayangnya itu.
 "Siapa?"
 "Sepertinya mereka para pejabat pi!"
 "Perlu apa mereka?"
 "Entalah pi? Sebaiknya papi temui mereka."
 "Mengganggu saja!" grutunya. Profesor pun kemudian bediri dan akan keluar.
 "E pi. Pinjam mobilnya ya...," Rista ngerayu.
 "Mobil mu di kemanain?"
 "Itu di bagasi."
 "Lalu?"
 "Pingin aja pakai mobilnya papi. Boleh ya pi..."
     Profesor berpikir sebentar, ia pun mengangguk. "Kuncinya di mami!"
 "Makasih pi...," Rista pun tersenyum senang. Profesor kemudian keluar lab dan meninggalkan Rista di lab sendirian.
 "Papi sedang ngelakuin apa si? Kayaknya seru amat! Semaleman di lab!"
      Rista penasaran. Ia pun kemudian mendekati meja kerja papinya itu. Di meja itu Rista melihat sebuah tabung berisi cairan hijau kental. Di meja satunya Rista mendapati sebuah alat mirip lampu belajar. Dan seekor kelinci.
 "Hi! warnanya menjijikan," gumannya saat mengangkat tabung cairan hijau tersebut.
     Rista pun berbalik badan dan kakinya tak sengaja terserimpet kabel. Rista pun terjatu, tubuhnya tersiram cairan hijau yg di pegangnya tersebut.
 "Ieh! jijik!" Rista lalu berusaha berdiri dengan tubuh basa kuyuk kena cairan itu.
     Saat akan berdiri tangan kirihnya tak sengaja menekan tombol alat mirip lampu itu. Rista pun terpeleset kembali, alat mirip lampu itu di tariknya. Sinar dari alat tersebut kemudian menyinari Rista. Bersamaan itu Rista juga tersetrum listrik dari kabel yg copot saat Rista jatuh tadi. Seketika Rista kelojotan dan pingsan di laboratorium pribadi papinya itu.
     Setelah setenga jam lamanya. Papinya pun kembali ke lab. Profesor pun terkejut mendapati Rista putrinya terkapar di lantai dengan keadaan lab sedikit kacau. Rista pun segera di larikan ke rumah sakit.
    Rirta alice syarendra mengenaskan.


T

Jumat, 18 Mei 2012

Wati nurfaidah


      Tengah malam pas jam 12 malam. Sebuah cahaya muncul di samping Wati nurfaidah yg sedang terlelap tidur. Cahaya itu semakin benderang dan membentuk seorang kakek tua. Kakek itu lalu mengulurkan tanganya di atas Wati. Wati pun di membawah kakek tersebut pergi mengilang.
      Sebuah tempat dekat sebuah danau. Wati lalu terbuka matanya, ia seketika terkejut. Bukannya, ia sedang tidur di rumah!
  "Wati!"
  "Kakek siapa?" Wati melihat kanan kirih, ia binggung ada di mana ini.
  "Aku Ramahdi. Kakek buyutmu!
   "Kakek? Beliau kan suda meninggal puluhan tahun lalu. Tak mungkin kakek masih hidup," Wati mengingat.
"Aku memang kakekmu. Aku muncul di hadapan mu dengan tujuan memberi sesuatu pada mu. Ilmu ini akan ku berikan padamu. Dan ada satu tugas untuk mu. Gerbang siluman telah terbuka. Sesegera mungki tutuplah gerbang itu. Nanti pada waktunya, akan ada beberapa orang yg akan membantumu!"
     Wati masih tak mengerti. "Apa maksut kakek?"
     Kakek tua itu pun mengarakan tangannya ke arah Wati. "Setela menerima ini kau kan mengerti semua. Sekarang bersiaplah!"
    Wati masih bingung apa maksut kakek itu. Wati tak begitu siap. Sebuah cahaya putih pun keluar dari tangan kakek tersebut. Cahaya itu kemudian merambat masuk ke dalam tubuh Wati. Seketika Wati seperti tersengat. Wati pingsan.
     Pagi suda menjelang. Kembali ke kamar kesayangan Wati. Wati terbangun kepalanya agak pusing, ia sekelebat mengingat segala yg terjadi semalam. Wati pun melihat2 dirinya.
  "Sepertinya itu cuma mimpi?"
  "Wat bangun sekolah," suara dari ibunya.
  "Iya...," Wati pun lalu menuju kamar mandi. Selesai mandi ia kembali ke kamarnya.
Setengah jam telah berlalu. Rutinitas suda terlaksana. Di meja makan, ia makan seperti biasa.
  "Suda, buk Wati brangkat," pamitnya.
  "Hati2 ya!" Wati dengan sedikit lari, ia keluar brangkat sekolah.
  "E suda selesai."
  "Suda pak!" Wati berhenti dan salim pada ayahnya.
  "Hati2 di jalan. Di ujung jalan sana licin. Hati2 jangan lewat situ!"
  "Iya pak..."
       Wati masih tetap sedikit berlari. Jam suda siang, ia takut telat. Di dekat ujung jalan Wati pun terpeleset jatu. Kakinya terbentur batu dan berdara.
      Wati segera bangkit, ia suda telat. Wati hanya membiarkan lukanya itu begitu saja. Sebuah angkot pun datang. Wati langsung masuk. Selama di dalam angkot wati tak mengiraukan lukanya itu. Ia fokus pada jalan dan memperhatikan buku ulanganya.
      Seminggu lagi akan ada ulangan umum spesial untuk seluru anak kelas dua. Dan nilai dari ulang itu akan di masukan pada pada rapot nilai ujian akhir kelas 2.
      Angkot pun sampai di sekolah. Wati turun. Di pintu gerbang sekolah Wati di sambut sohibnya Nima.
  "Hai pagi."
  "Pagi! Aduh kakiku sakit," Wati hanya merasa.
  "Kenapa?" Nima tanya.
  "Tadi jatu...," Wati pun melihat tumitnya tidak ada luka mau pun dara. Bukanya berangkat tadi, tumitnya tergores berdara.
  "Mungkin itu cuma persaan mu kali," di jawab Nima biasa ajah.
  "Sudalah ayo masuk."
   Bel sebentar lagi berdentang. Ke duanya pun berlari masuk ke kelas..




T

Zerry thomson

      jam suda menunjuk pukul 10 malam. Di kamar seorang pemuda blasteran amerikah bernama Zerry rish thomson itu. Zerry masih bergadang malam ini.
       Di kursi belajar itu, Zerry teringat. Dan, ia melihat telapak tangannya. Zerry mengingat kejadian sebulan lalu. Waktu ia lagi mengikuti klub pecinta alam.
      Waktu itu dalam pendakian di gunung. Zerry sempat terpisah dari rombongan. Zerry tersesat dan terperosok ke jurang yg tak begitu dalam. Di jurang itu tangan kanan Zerry terluka. Tangannya terbentur sebuah batu tajam sebesar bola. Batu itu berwarna biru bergaris2 merah di ujungnya.
     Dalam ke adaan terluka tangannya dan nafas memburu. Zerry masih sempat mengingat bentuk dan warna batu tersebut sebelum, ia pingsan.
     Batu itu mirip seperti batu yg tergambar di buku 'Catatan biru' karya seorang profesor terkemuka di dunia.
     Batu tersebut berasal dari jaman prasejara. Batu itu mengandung sebuah energi yg bisa menyebapkan radiasi. Batu tersebut di temukan di kutup selatan oleh seorang penjelajah. Dan pada perang dunia ke dua batu itu tiba2 menghilang dan tak di ketemukan keberadaannya sampai sekarang.
    Keesokkan harinya tim pencari akirnya menemukan Zerry di dasar jurang. Zerry pun segera di evakuasi.
    Selama seminggu, luka di tangan Zerry pun berangsur2 sembu dengan cepat. Dan dalam sebulan ini Zerry merasakan ada yg beda di tubuhnya.
     Sebelum kejadian itu Zerry mengidap asma, ia membutukan udara alam untuk menenangkan saraf pernafasanya. Dan setelah kejadian tersebut Zerry tak lagi merasakan sesak nafas. Bahkan saat ia membersikan loteng kemarin lusa. Asmanya sama sekali tidak kambuh.
     Di atas kursi belajarnya itu. Zerry lalu bangkit, ia pun berjalan ke balkon kamarnya. Udara malam di hirupnya. Rasa asmanya benar2 tidak di rasa lagi.
     Zerry mengankat ke dua tangannya ke atas dan lalu menurunkan kembali sebatas perut. Seperti senam nafas.
       Zerry merasa tubuhnya memanas tapi, ia tak merasa kepanasan sama sekali. Zerry pun masuk dan ia lalu rebahan di kasur.
    Zerry masih mengingat kejadian itu. Ia juga teringat tentang buku catatan biru yg di bawahkan ayahnya dari amerika itu. Keterangan dari buku tersebut mengenai batu biru bergaris2 merah dan tentang radiasinya.
    Zerry kembali mengankat tangannya ke udara. Rasa panas itu kembali di rasa. Zerry lalu mengibaskan tangannya ke arah balkon. Dan hembusan angin pun terjadi. Pintu balkon tertutup keras dan jendela terbuka membentur dinding.
    Zerry terkejut, ia kembali memandang tangannya. Zerry samar2 melihat sebuah cahaya biru berbalut merah di tanganya itu. Cahaya biru itu begitu cepat menyerap ke dalam telapak tangan Zerry.
    Zerry pun sedikit mengerti. Ini adalah tenaga dalam super hero.
    Zerry berpikir begitu, ia lalu tersenyum sendiri. Zerry kemudian menaikan selimutnya. Ia lalu tertidur. Jendela kamarnya di biarkan saja terbuka patah dan kacanya pecah.


T

Kantin pak Usman


  Jam pertama pelajaran telah usai. Di kantin sekolah Adon duduk lemas di pojokan. Dari samping kanannya, Zerry pun datang.
 "Don, gimana?"
 "Apanya?" ucapnya lemas.
 "Memandangi bangsa ini!"
 "Lemes! Ini semua gara2 itu cewek jadi2an."
 "Cewek, siapa?"
 "Siapa lagi. Itu Wati! Kalau dia tak lapor pada guru bp. Aku kan bisa santai di kelas," Adon cemberut.
 "Salah sendiri? Siapa suruh bawah ular di kelas."
 "Itu kecelakaan," jawab Adon spontan.
 "He....m," Zerry tertawa simpul.
 "Nggak lucu tau?"
     Dari jau cewek yg di bicarakan Adon itu pun muncul. Di depan stans kantin.
 "Pak Usman tehnya pak," Wati memesan.
 "Iya, tunggu bentar neng."
 "Sekalian gado2nya ya pak," lanjut Nima di belakang Wati.
 "Iya, bentar neng."
     Wati dan Nima pun lalu menuju ke kursi kosong di dekat duduknya Adon. Zerry bangkit dari duduknya dan pinda ke hadapan Wati. Adon tak menggubri, ia masih cembekur di tempat duduknya.
 "Hai!" sapanya basa basi.
 "Entar! Buku catatan birunya pasti ku kembalikan. Tenang!" crocos Wati.
 "Bukan itu, aku mau..."
 "Hai Zerry," Rista datang memotong tiba2. Zerry pun melenggo.
 "Ngapain cewek kampung ini di sini!" ucap Rista dengan gaya kasnya. Sok beken!
 "Sepertinya ada kutilanak lewat? Nima kau ngerasa nggak?" sahut Wati sambil tengok kanan kirih. Nima pun cekikikan mendengar ucapan Wati. Rista cemberut.
 "E cewek kampung kau itu tak pantas duduk dengan Zerry. Kau itu siapa."
 "Uda! Langsung saja berantem?" Areon tiba2 muncul dan mengompori keadaan.
 "Kuntilanak apa urusan mu?"
 "E cewek jadi2an. Minggir sana. Ini bukan tempat kalian?" sambut Rista mengejek. Wati pun berdiri.
 "Na gitu dong. Seru! Ayo," tambah Areon.
 "Kakak...," Nima geram dan lalu menginjak kaki kakaknya Areon.
 "Aw sakit tau! E kalau memang mau berantem gara2 cowok tak perlu malu. Hajar saja cinta itu butuh di perjuangkan, he...," Areon memeriksa kakinya.
 "A suda2," Zerry pun membawah Rista pergi dari kantin.
 "Rista tunggu?" teriak Mona teman sebangkunya.
 "Ini semua gara2 kakak. Sebel!"
 "Yg penting perasaan mereka itu suda terbuka sedikit."
 "Kakak!"
Wati pun pergi meninggalkan tempat duduknya. "Neng esnya," ujar pak Usman.
 "Pak biar saya saja." es dan gado2 itu pun di sugukan di depan Nima.
 "Enak ni! minta dong."
 "Minta, beli sendiri."
 "Pelit?"
 "Suda sana pergi."
 "Permisi pak Usman ini," di depan lapak itu Nelly memberi sesuatu pak Usman.
 "Hai sayang!" Areon pun melengok dan lalu menyapa Nelly.
 "Hai!''
 "Kita ke hawai yuk," ajaknya.
 "Oke!"
     Ke duanya pun berjalan keluar kanti.
 "E ipod ku!" Nima ingat. Nima pun berdiri dan mengejar kakaknya itu. "Kak Areon..."
     Di keluar kantin Nima tak menemukan keberadaan kakaknya. "Cepat amat si. Awas pulang nanti?"
     Tak temukan kakaknya, Nima pun lalu kembali ke dalam.
  "Oh begitu!" ujar Sinta salah seorang siswa kelas dua. Sepertinya Sinta tau kemana Areon dan Nelly pergi, dengan cara apa...


T

Ular Adon



    Smu Imfrest. Pagi ini pelajaran biologi dari Bu Ella akan segera di mulai. Kemarin lusa pak Harin wali kelas 2b suda memberitaukan para siswa untuk membawak katak pada ulangan biologi hari ini.
 "Selamat pagi anak2! Apa kalian suda bawah kataknya."
 "Suda bu!" jawab serentak beberapa siswa.
 "Oke! Sekarang ikut ibu ke lab..."
    Para siswa pun beranjak berdiri. Di bangku nomor 2 baris ke 2 Adon membuka toples memastikan kataknya siap di jadikan percobaan. Toples pun di buka. Adon terperanjat, toples itu langsung di lemparkannya kebelakang.
    Seketika kegaduhan pun terjadi. Seekor ular terlontar dan jatu di selah2 bangku. Para siswa pun langsung berhamburan keluar secepatnya.
    Seorang siswi terjebak dan tak berani turun dari mejanya. Siswi itu berteriak2 minta tolong. Ular itu tak bergeming malah semakin mendekat dan coba merambat naik.
    Adon sang pemilik hanya diam sambil meringis. Adon ingat toplesnya itu pasti tertukar dengan seorang penjual obat di jalanan waktu ia berangkat sekolah tadi.
    Pak Rustam si kepsek pun muncul bersama seorang siswa dari kelas sebelah, Zerry!
 "Ada apa ini bu?"
 "Ada ular!"
 "Ular! Di mana?"
 "Itu pak! Itu ularnya Adon pak," sahut Wati menunjuk.
 "Adon apa benar itu ularmu," tanya pak Rustam.
 "Maaf pak. Tadi toples kataknya ketuker waktu nonton aktrasi di jalan."
 "Don, adon bikin masalah saja kau ini," timpal Zerry.
    Siswi itu masih tetap teriak minta tolong. Dan para orang2 tua ini sepertinya tak mendengar lolongan siswi tersebut.
 "Pak lalu mau di apakan itu ular," Zerry memotong.
 "Pak Aben? Zerry tolong panggilkan," printa pak Rustam.
 "Siap pak!"
    Bu Ella sepertinya tertegun melihat ular berderig itu. Ia tak banyak menolong. Wati pun lalu berinisiatip mengambil sapu. Sapu itu kemudian di pakainya buat coba menghidarkan ular itu dari temannya. Para siswa2 yg lain hanya berani melihat dari balik jendela dan pintu berdesekan dengan pak kepsek.
    Di kelas itu hanya ada Wati, Adon, Nima, si korban dan beberapa siswa saja.
 "Minggir," suara Zerry terdengar.
    Pak Aben si penjaga sekolah itu pun lalu masuk membawah karung dan kayu pengait. Ular itu langsung di kaitnya dan di masuk ke kantong.
 "Suda beres pak. Ular ini cukup berbahaya jadi biar saya yg urus."
 "Silakan pak," pak kepsek pun keluar kelas bersama pak Aben.
      para siswa lalu kembali masuk kedalam kelas. Dan mengambil kataknya masing2. Para siswa itu pun kemudian mengikuti bu Ella ke leb.
      Di kelas. Adon di hukum pak Rustam untuk ngelihati bendera di luar. Sampai jam pelajaran biologi selesai.
     Setela 15 menit Adon ngelihatin bendera. Sebuah ringston lucu berkumandang keras. Adon pun merogo sakunya dan membuka hpnya itu. Adon kemudian pergi dari bawah tiang bendera tersebut, ia kembali kedalam kelas dan bersantai di atas bangku.
  "Iya! Hallo."
  "Bos! Persiapan suda selesai. Oprasi ke 7 siap di laksanakan," laporan dari sebrang.
  "Laksanakan! Brangkatlah kesana dulu. Aku akan menyusul kalian siang ini."
  "Siap laksanakan."
  "Sukurlah! Ini untuk sementara," Adon pun menutup hpnya.
     Tok tok suara pintu terketuk. Adon pun melengos ke pintu. Di depan kelasnya itu, Wati bersama guru Bp melihat Adon bersantai di dalam kelas. Atas laporan Wati Adon pun di hukum lari mengelilingi halaman sekolah yg lumayan luas itu sebanyak duapuluh satu putaran penu.


T

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More