This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 08 April 2012

Raja bom iblis




  Sebulan suda. Pembantaian para pejabat tela terjadi. Dalam sebulan ini tercatat ada lima pejabat, satu hakim, jaksa dan dua orang pengacara tewas di ledakan seseorang.
    Berita ini sangat menggemparkan publik. Bahkan di salah satu koran kota menyebut pembunuh itu sebagai Raja bom iblis.
   Jam pulang sekolah suda waktunya. Para siswa Smu Imprest suda pergi meninggalkan kelasnya masing2.
"Kak Anno tunggu," panggil Wini.
"Apa? Cepatla," Wini berlari kecil ke Anno yg berdiri di dekat pintu gerbang. Sebuah mobil warna merah pun mengikuti Wini dari belakang.
"Kak, bilangin ke budeh. Aku mau ke rumahnya Nari. Entar malam baru pulang!"
  Anno mengangguk. "Hati2nya."
"Tenang kak! Di jamin tak kan kurang. Nanti ku kembalikan lebih de...?" timpal Nari ngebanyol setela keluar dari mobilnya. Anno pun tersenyum simpul.
"Sedeng! Kalian pikir aku ini apa?" Wini sewot.
"Barang obral?" tamba Nari.
"Hu...!" Wini cembekur.
  Wini lalu masuk ke dalam mobilnya Nari. Dan mobil itu pun melaju dengan mulus di jalanan.
"Ann, ayo!" Mario datang dengan motornya, menawarkan.
"Makasih," Anno pun naik membonceng.
    Motornya Mario pun berjalan. Anno melihat kanan kirih. Sebuah motor yg di kendarai seorang berbaju hitam tiba2 menyalipnya.
"Itu kan!" Anno menunjuk ke pengendara yg menyalipnya. Anno memperhatikan orang itu.
"Itu apa?"
"Itu si Raja bom, itu?"
"Raja bom yg baru naik daun itu?" Mario mengira2 saja.
"Ciri2nya sama persis!" Anno meyakinkan.
"Lalu apa urusan kita."
"Sepertinya dia itu mengikuti mobilnya Nari, itu!"
 
    Mario membelalakan pandangannya. Mario pun lalu menancap gas motornya. Walau tidak cepat, tapi cukup bisa mengikuti mobilnya Nari yg di ikuti. Kalau bener yg di katakan Anno. Alasanya memang tepat. Nari, putri seorang wali kota saat ini.
    Motor itu berjalan lebih kencang. Mobil Nari pun di selipnya. Mario terus menancap gas motornya. Walau jau mobil Nari yg terhenti, terlihat jelas oleh Anno.
   Motor Tawas berhenti pas di depan mobilnya Nari. Nari pun langsung mengerem mobilnya. Tawas langsung turun dari motornya. Dan tanpa basa basi Tawas pun memukul mobil Nari. Bemper depan dan mesin mobil ringsek. Seperti baru menabrak sesuatu.
    Nari mencolot marah. "Hai siapa kau? Ganti mobilku!"
"Kau Nari arieyuna?"
"Iya, emang kenapa? Kau suda ngerusak mobilku cepat ganti sekarang..."
"Kau tau Riko kan!"
"Siapa kau? Kita suda lama putus. Aku dan dia suda tak ada hubungan lagi!"
"Gara2 kau dia mati. Akan ku bunuh kau untuk menemaninya," orang berbaju hitam itu lalu mengarakan tangannya ke Nari. Wini pun keluar dari mobil.
"Hai orang gila? Kau harus mengganti mobilku, kalau tidak akan ku laporkan polisi?"
"Lebih baik kau mati saja!" selahnya.
    Kuda2 suda siap. Tangan Tawas bercahaya biru. Detik2 kematian mengintai.
   Di saat Tawas akan mengeluarkan ilmunya. Sebuah hembusan tenaga dalam tiba2 menerpanya. Keketika tangan Tawas melenceng ke sebuah pohon. Pohon itu pun tumbang hancur. Nari langsung nyelinap pergi bersembunyi di balik mobil. Ia mengadu.
 
      Sedangkan motor yg di kendarai Anno dan Mario pun terjungkal oleh hembusan tenaga dalam Anno.
"Aduw..." Mario mengadu kakinya terjepit. Wini dan Nari segera menolongnya.
   Anno bangkit berdiri. "Kau si Raja bom itukan!"
"Siapa pun kalian yg mengganguku. Akan ku ledakkan kalian juga!"
   Tampa banyak kata2. Kuda2 tela siap, Anno pun menghembuskan tenaga dalamnya lagi dan melontarkan ke arah Tawas. Detik itu juga Tawas pun melontarkan ilmunya kembali.
   Kedua kesaktian dari batu meteor itu pun berbenturan dan menimbulkan getaran suara. Akibatnya Tawas, Anno, Mario, Nari dan Wini semua kesakitan telingannya. Kecuali Tawas dan Anno ke tiganya pun pingsan. Anno bangun tergopo2.
"Siapa kau, kenapa menghalangi jalanku!" Tawas dadanya pun sesak.
"Aku Anno! Siapa pun yg ingin menyakiti teman2 ku. Aku yg akan jadi pahlawannya."
    Tawas tak banyak kata. Ia pun lalu kemudian menaiki motornya dan pergi. Anno kemudian membangunkan adik dan dua temannya itu.
"Kak apa yg terjadi," telinga Wini masih terasa mendengun. Mario dan Nari pun kemudian bangun.
    Anno, Wini dan Mario pun pulang. Mobil Nari di bawahnya ke bengkel. Seminggu suda. Sejak kejadian itu. Resi varmansya alias Tawas menyerakan diri ke pihak kepolisian, dan ia di jatui hukuman seumur hidup. Cincin meteornya itu tetap melekat hingga kini.

 

End

Peledak kematian





     Sebuah ledakan terjadi di sebuah rumah mewah milik seorang pejabat. Rumah pejabat itu hancur tanpa sebab jelas.
     Dari saksi mata seorang pedagang yg mangkal tak jau dari tkp. Sebelum rumah itu meledak. Ada seorang berbaju hitam masuk ke dalam. Tiba2 terjadi ledakan itu. Setela rumah pejabat itu meledak, orang yg berbaju hitam itu pun keluar dari rumah tersebut.
     Berita ini merebak di tv2 swasta. Bersanding dengan berita hujan meteorit beberapa waktu lalu yg sebagiannya sampai ke bumi.
    Smu Imprest. Di depan pintu gerbang sekolah. Mario berdiri menunggu seseorang. Dalam hitungan tak sampai sepuluh yg di tunggu pun datang.
"Ann, suda kau bawah?"
"Beres! Ini, ada di tas," sambut Anno yg baru 4hari ini jadi siswa di Smu Imprest.
"Oke, ayo!" Mario semangat. Ke duanya pun lalu jalan masuk.
"Kak Anno. Tunggu!" Wini adiknya memanggil.
Anno balik badan. "H...! Apa."
"Ini? Ketinggalan."
"Makasih!" Anno menerimanya.
"Hai kak Mario," Wini tersenyum centil. Mario pun ikut senyum.
"Suda sana masuk!"
"Sampai jumpa kak...!" Wini melambaikan tangannya.
"Manis juga adikmu, Ann."
"Apa?" Anno tak menyimak.
"Nggak."
    Bell berdentak, semua pun masuk ke kelasnya masing2.

    Di taman kota. Seorang pemuda berbaju hitam duduk seorang diri di sudut taman. Ia melihat2 tangannya dan tersenyum sendiri.
  "Hhh.... Ini hebat sekali. Serpihan meteor ini tela membuatku jadi sakti. Ini mungkin jawaban dari doa ku! Dengan kekuatan ini. Kalian para pejabat korup harus dapat hukum! Atas kejahatan yg kalian timpakan pada adikku."
   pemuda yg berbaju hitam itu pun lalu mengelus2 cincin akiknya yg terbuat dari serpihan meteor. Orang itu lalu mengangkat tangannya. Napas di tarik, bersamaan dengan hembusan napas kembali. Tangan orang tersebut di lontarkan ke depan dan dari tanganya itu. Sebuah cahaya biru pun terlontar dan pohon yg ada di depannya pun terpotong hancur.
   "Hhhh... Demi keadilan adikku. Kalian akan ku hukum dengan tanganku sendiri!" orang itu pun kemudian pergi dari taman itu. Dan keramaian terjadi.
 

    Matahari suda sampai di puncak kepala. Rumah seorang hakim kota terlihat lengang.
"Maaf? Permisi. Pak hakimnya ada."
"Anda siapa ya!" satpam penjaga rumah balik menanya.
"Saya Tawas! Saya seorang mahasiswa. Saya ingin memberi tau sesuatu pada pak hakim. Ini penting."
"Maaf? Tapi pak hakim masih di kantor. Mungkin sebentar lagi beliau pulang..."
"Terima kasih pak, boleh saya tunggu di sini?"
"Silakan!"
"Sekali lagi terima kasih pak," Tawas duduk bersandar di pos sambil membuka2 buku.
    Berselang sejam. Sebuah mobil tiger metalik pun muncul. Pintu gerbang di buka.
"Maaf tuan. Ada seorang yg ingin menemui anda," ujar si satpam.
"Siapa?"
"Maaf pak! Saya Tawas, saya ke sini ingin mengabarkan sesuatu pada anda. Penting?"
"Apa itu?"
"Maaf tuan!" Tawas pun membisikin sesuatu di telinga pak hakim.
"Bapak masih ingat aku? Aku adalah kakaknya Riko varmansya. Pemuda baik hati yg coba mengungkap kejahatan seorang pejabat. Dan kau malah balik menghukum mati adikku! Sebanyak apa kau di suap koruptor itu."
"Haha... Lalu apa mau mu?"
   Tak banyak kata lagi. Tawas pun mengengam kera baju pak hakim. Si satpam pun mencoba melerai. Pak hakin coba menepis genggaman.

    Waktu berhenti. Dan pak hakim pun langsung meledak. Si satpam satpam terpental jau. Tawas tak bergeming, ia senang sakit hatinya terobati.
"Ha ha ha...!" Tawas yg nama aslinya Resi varmansya itu terlihat senang.
"Tinggal empat lagi. Tunggulah kematian kalian! Ha ha ha..."
 

to be continued

Serpihan bintang



    Bintang kejora baru saja lewat di desa Grayo malam ini. Kemunculan bintang kejora itu di saksikan oleh para penduduk setempat.
     Pak Nursaid orang yg di tuakan di desa Grayo ini pun meramalkan. Bintang kejora itu membawa sebuah benda ajaib. Bagi siapa pun yg mendapatkan serpihan dari bintang itu, ia di yakini akan jadi orang sakti.
Anno pemuda berperawakan sedang itu juga menyaksikan kejadian bintang itu melintasi desa. Dan sepertinya, ia tak peduli dengan dan tentang bintang itu. Lusa Anno akan ke kota ke rumah pakdenya. Ia tak mau di sibukan dengan kehebohan ramalan pak Nursaid itu.
    Pagi suda menjelang. Kejadian semalam tela menghebokan desa. Atas petua pak Nursaid, penduduk pun berlomba2 mencari serpihan bintang itu.
    Hari ini Anno suda memiliki rencana sendiri, ia akan ke hutan. Di hutan Anno akan mengambil sebuah kayu yg disebut setigi. Ia akan membawa kayu itu untuk oleh2 pakdenya yg tinggal di kota. Seorang diri Anno ke hutan.
     Di depan pintu memasuki hutan. Anno melihat beberapa penduduk mencari serpihan bintang itu. Di dekat semak2 dan ada yg masuk hutan.
"Anno, kau ikut mencari juga serpihan bintang itu?" tanya Bandi tetangga samping rumahnya.
"Nggak! Aku lagi mau cari kayu setigi buat oleh2 pakde Sarman!"
"Jadi ke kotanya?" ujar Bandi temannya.
"Jadi!"
"Kapan?"
"Besok!"
"Jangan lupa oleh2nya ya!"
"Beres...?"
"Oke! Selamat mencari setiginya..."
"Hai Ban. Ku doakan supaya kau dapat serpihan itu lebih dulu! Selamat berjuang!"
"Iya, terima kasih!"
    Anno pun kemudian masuk ke dalam hutan. Mulai dekat pintu masuk. Anno menyisir dari situ sampai kedalam. Mencari kayu setigi itu.
   Anno melirik ke kanan ke kirih mencari kayu tersebut. Anno cukup jau masuk kedalam. Dan tiba2, ia kesandung sesuatu. Anno tersungkur. Dahinya pun membentur sebuah batu sebesar kelapa.
"Aw adu... sakit...!" Anno mengaduh kesakitan jidatnya benjol.
 
    Anno melihat batu itu bentuknya bulat. Anno pun menyentuh batu itu. Saat tersentu batu itu tiba2 melebur menjadi abu. Anno mengidik heran. Dari balik abu itu Anno mendapati sebuah permata berwarna hijau. Anno pun memungutnya. Setela di lihat dari dekat. Anno tiba2 tersetrum. Dan batu hijau itu pun raib di tangannya. Anno tergeletak tak sadarkan diri.
    Matahari semakin beranjak siang. Anno pun sadarkan diri. Kepalanya yg benjot masih terasa. Anno bangkit dan tak peduli dengan batu yg hilang itu. Ia pun kembali melakukan pencarian kayu tersebut.
    Tak seberapa lama kemudian Anno pun mendapatkannya. Setela dapat Anno segera keluar dari hutan itu. Ia pun kembali ke rumah.

    Pagi ini Anno akan berangkat ke kota. Barang2 Anno suda di kemas emaknya. Anno hanya tinggal bersiap diri.
    Hari suda mulai siang. Anno keluar dari rumah dengan dandanan agak mecing.
"Wa! Kren juga anak emak?" puji emaknya Anno.
"Aku suda siap!" ujar Wini adiknya Anno. Ia suda tampil cantik bergaya anak kota.
Anno melirik2 lihat. "Suda siap? Kau mau kemana?"
"Mau jadi anak kota, ikut kak Anno!" jawabnya riang. Anno mengerti adiknya itu bilang mau ikut.
"Ini cuma berkujung kerumah pakde sebentar. Setela itu pulang."
"Kitakan akan tinggal di sana di rumah pakde!"
"Tinggal di rumah pakde?"
"Kalian akan tinggal di rumah pakde mu. Di sana! Kalian akan melanjutkan sekolah. Barang keperluan kalian suda emak siapkan. Di dalam. Tinggal di bawah saja."
"Melanjutkan sekolah! Tapi? Kenapa tak kemarin2 bilangnya?"
"Saat ini kaukan suda tau!" jawab emak.
"Sekolah!" Anno tersenyum.
"Adin mana ya? Kok belum datang," lanjut ayahnya Anno dan Wini.
   Tak seberapa lama kemudian. Sebuah mobil pik up datang. Mobil itu berhenti tak jau dari rumah.
"Assalam muallaikum! Paklek, bulek."
"Na dia datang juga."
"kalian suda siap!"
"Suda mas Adin," sahut Wini.
"Kalau gitu ayo. Paklek, bulek Adin pamitnya."
"Anno, Wini hati2. Adin jaga adik2mu ya."
"Siap! Paklek."
     Barang2 Wini dan Anno pun di bawahnya dan di taruhnya ke bak belakang.
Mobil siap berangkat. "Emak, bapak. Anno berangkat ya...," Anno melambaikan tangannya.
Mobil itu pun meninggalkan desa Grayo ini.
 

Continued...
 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More