This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 30 Januari 2010

Nyamuk super

     A wan Hu yang ada di langit nomor 7, sedang melihat kebawah permukaan langit.
     Dengan memakai kacamata kegelapan milik temannya yang baru mampir di akerat. A wan Hu berniat melihat kejadian menghebohkan yang akan terjadi di tempat kos2an nya dulu itu.
     A wan Hu berniat akan jadi penonton di langit, ia pun fokus membelalakan matanya.
dan sesuatu pun terjadi A wan Hu tak bisa melihat sedikit pun cahaya gelap melintas di depannya.
Dan dia yakin bisa dan akan terus berusaha.... !.
     A wan Hu bercita2 melihat dunia di balik kegelapan. Dan tak ada putus asa di hariannya.
dan Kacamata hitam itu terlepas sendiri !. Dan akirnya A wan Hu bisa melihat lagi. Hore.... ?

      Cerita di kos2an mahasiswa The year of the tiger. Langsun dari dalam rumah. Cerita ini tampa banyak kata2.

        Berawal ketikah Tray Transfer sedang nonton trayler cerita animasi Mico2 cacingan. Tiba2 dari belakang, tampa bilang2 Hand The trel dengan kekuatan kaki sepeda motor nya. Langsung meloncati Tray Transfer yang duduk di depan Tv. Spontan, ia kaget dan langsung memakai kekuatan pinjaman dari mbah buyutnya itu. Tray transfer langsung menghilang dari terjangan Hand The trel yang hampir menerjangnya.
Tray Transfer menghilang tampa bilang2 dan itu membuat Hand The trel bingung ?. Siapa lagi berikutnya yang akan jadi korban kaki sepeda motornya.
        Sementara itu. Di belakang sofa tamu Bare Sleep yang suda hampir seharian ini tidur. Ia mungkin saat ini lagi mimpi asyik2, senang2, suka2 dan itu memang hobbinya cewek penghuni kos2an yang satu ini.
      Di dapur. Cerita menyenangkan berlangsung. Erin de Cook lagi melakukan acara ritual upacara memasak makanan untuk Awen Krempeng di dapur. ia di temani Agam Fire mr saat laksanakan upacara itu.
      Di luar rumah Lisa Bawel beraksi, ia berteriak2 tampa alasan dan mengejutkan para penghuni kos2an yang lain. Spontan sebagaian para penghuni kos2an pada keluar rumah termasuk Strong Juno yang saat itu lagi angkat2 rumah di belakang. Erin de Cook juga ikut kelua dan membiarkan masakannya di tunggui oleh Agam Fire mr.
     Erin de Cook keluar sendirian, ia meninggalkan Awen Krempeng terlentang di pintu dapur dalam keadaan kelaparan.
      Sementara itu Tray Transfer yang hilang dan tak di ketahui keberadaannya itu. Tiba2 muncul pas di depan Lisa Bawel. Kontan Lisa Bawel kaget, ia langsung marah2 serta berteriak2 sambil memakih2 Tray Transfer. Tray Transfer diam tak berkutik, dia pasra oleh kemarahan sang anak ibu kos. Hand The trel juga tiba2 muncul dari dalam rumah dan tampa abah2 Hand The trel langsung meloncati Lisa Bawel. Kontan Lisa Bawel tambah marah habis2an dan bakan dia hampir saja di lempar botol yang ada di dekatnya. (Hand The trel = kebalik)
     sementara di dapur Agam Fire mr yang setela di tinggal Erin de Cook keluar. Tela bermain2 dengan api kompor di dapur. Kebiasaannya itu seketika telah membuat dapur kebakaran.
       Di luar rumah Lisa Bawel yang lagi memarahi teman2nya melihat asap di iringi jilatan api dari dapur. Sontak Lisa Bawel berteriak2 lebih keras lagi dari sebelumnya. Ia menunjuk dapur, yang lainnya ikut melihat. Sebagian panik dengan gaya masing2.
      Dari atas rumah kos2an itu Tornadon yang saat itu lagi menggunakan kelebihannya. Melihat kejadian itu. Dengan gaya pahlawan kesiangan, ia bermaksut memadamkan kebakaran yang melandah dapur. Yang di lakukannya malah membuat dapur serta rumah menjadi terbakar semua.
      Atas tindakan Tornadon, Lisa Bawel marah hebat. Lisa Bawel memakih2 dan menyumpai dengan sumpa seadanya.
      Tornadon pasrah, ia kemudian pergi dan meninggalkan kebakaran itu dengan wajah lesuh. Dan hanya suara angin saja yang tertinggal.
      Bis datang dan berhenti di depan kos2an yang terbakar itu. Diki Bengong salah satu penghuni kos yang baru pulang dari liburannya. Hanya bisa bengong menyaksikan kejadian itu terjadi.
       Kebakaran berkobar dan terus berkobar menghanguskan dan melalap seisih rumah kos2an. Zov Water mr saudara kembar Agam Fire mr datang kebakaran pun berhasil di padamkan kanon air supernya.
        Dari antara puing2 yang habis terbakar itu. Awen krempeng berdiri sambil membopong Bare sleep keluar dari reruntuan itu.
         Spontan semua orang yang ada di situ bersorak gembira.
Awen Krempeng segera di karantina, ia lalu menyeritakan kronologi kejadiannya.
        Waktu di dapur. Saat Agam Fire mr lagi bermain api. Awen Krempeng tak tahan ia kelaparan. Dengan sifat kalapnya Awen pun langsung memangsa Agam Fire mr tampa ampun. Bare Sleep masih tetap tidur pulas.
      Setelah mendengar cerita dari Awen Krempeng semuanya pada bersorak gembira. Tornadon juga senang, ia datang dan juga ikut meramaikan suasana. Bukan suasana jadi ramai, tapi malah suasana jadi runyam. Semua orang di situ pada terpental oleh hamburan anginnya.

            Semua orang yang ada di situ spontan berteriak. "Hajar dia... !".

"Nyamuk super," adalah cerpen yang ku buat pada th 2oo3. Sebenarnya judulnya adalah 'Apa ini orang' setela sedikit ku edit cerpen ini ku beri nama "Nyamuk super?"

Senin, 18 Januari 2010

Mantra setan

Sore itu suasana sangat sepih dan mencekam.
Di pemakaman umum kramat wangel. Seorang pemuda di samping sebuah makam yang terlihat sudah sangat lama dan nggak terawat.
Pemuda itu bernama Rovil. Dengan duduk bersila, ia berkomat kamit dan mengucapkan serangkaian kata berulang2 dan sama.
Di belakang Rovil. Tiba2 sesosok maklup gaib muncul. Tampangnya begitu menyeramkan, mukanya hancur di penui benjolan. Taringnya penuh kotoran dan baunya busuk. Maklup itu berjalan tergopo2 mendekati Rovil.
"Hai Rov. Sedang apa kau ngoce sendirian di situ" timpal Ablin temannya yang di tinggalkannya begitu saja di pintu masuk makam.
Dan selanjutnya Ablin harus berjuang menyelamatkan diri dari para tawon yang sarang tak sengaja di hajarnya.
Rovil tersenyum. Giginya terlihat kuning seperti nggak perna makan sikat gigi.
"Blin kau mau ikutan nyanyi".
"Nyanyi, asyik... ! Boleh. Apa judulnya asyik nggak" Ablin bersemangat.
"Dasar !. Ini mantra bukan nyanyian. Tau ?" sungut Rovil.
"Lah !. Kau sendiri yang mau mulai. Bilangnya nyanyih gimana si ?".
"Bodoh ?. Sudalah. Pergi saja kau sana" sentaknya.
Rovil kembali berkomat kamit. Kali ini nadanya berbeda. Suaranya semakin mengeras dan melencing seperti iblis yang mau beranak.
"Rov apa ini akan berhasil. Mukaku sudah pada gatal semua ini !" kata Ablin yang sebetulnya, ia tak tau apa tujuannya ke tempat ini. "Rov pulang yuk !".
Rovil tak merespon. Mantranya terus di kumandangkannya.
Tiba tiba.
"Hi.... " terdengar suara menyeramkan di telinga Rovil. Tubuhnya merinding, ia pun menghentikan mantranya. Rovil lalu menengok kanan kiri mencari sesosok suara itu. Ia bingung suara itu tak di di ketaui asalnya.
Sedangkan Ablin kelihatannya tak menghiraukan suara itu. Ablin lebih mengaruk'i mukanya yang gatal.
Bercelingak celinguk. Rovil yang sejak dari tadi tadi tak memandang wajah Ablin. Rovil pun akirnya memandang wajah sahabatnya itu.
"Wa... !. Setan !". Rovil pun menjerit dengan keras dan lalu, ia pun lari menjau ketakutan.
"Lah ! Kok kabur. Kenapa itu orang" gumannya, ia pun mengikuti Rovil dengan santai.

"Ya... Pada kabur semua. Pada hal aku baru datang kesini. hi... sebel deh" kata jin genit yang tertarik pada nyanyihan Rovil.
"Hai setan. Ngapai kau masih di sini. Pergi kau sana ?" bentak si penjaga makam kramat wangel.
"Hi pak Disman ada aja de" ujar si jin genit itu. "Da ".
"H... sukurlah. Hari ini beres. Muda mudahan nggak ada lagi yang berkelakuan kayak itu" pak Disman lega.
Selesai


"Permisi. Intruksi pak, pak Disman. Tolong ekor runcingnya bapak di masukin ke dalam sarung dan sekalian itu tanduknya di kopyain. Biar nggak di lihat orang2. Malu pak sebagai setan tobat" pak Disman senang ada yang mengingatkan dan mukanya memang merah.

Realita-exsen.

Minggu, 17 Januari 2010

jangan salahkan aku



Namanya Karop propokat. Hobby yang di lakukannya akir akir ini. Buat banyak orang menderita bakan hanya tinggal nama. Dia itu senang buat keributan massal.
Keributan yang di perbuatnya, bukan keributan biasa !.
Dari kaca mata orang lain seolah olah bukan dia pelakunya.

Hebat.... !

Dia itu sang aktor propokator. si pembuat masalah di kampung kampung dan di setiap ada kerusuhan. Bakan keributan kecil pun bisa di perbesar olehnya.

Dia memang bermuka 2.

Di mata masarakat. Dia itu rajin, santun dan patut di contoh. Suka menolong, perhatian, berjiwa sosial, baik pada orang orang dan berani berjuang di garis depan.

Dia itu serigala berbulu domba. Yang siap memangsa domba yang jadi temannya. Mau pun yang bukan temannya.

Di balik semua kebaikannya itu. Setiap kali ada kerusuhan di kampung. Dia itu, siap di depan dalam keadaan panas berkecamuk. Dia itu si pembuat suasana panas dan pemanas suasana.

Ini hari terjadi kerusuan antar kampung sebelah dan kampung sebelahnya terjadi. Dan seperti yang biasa biasanya, ia ikutan dan berada di depan. Suasana menjadi panas dan tambah memanas oleh kata katanya yang tajam tak terbendung.


Pertempuran segera terjadi oleh propokatornya. Keributan membesar dia pun senang. Dia lalu menyingkir dan jadi penonton di pinggir. Dia senang nyaksikan pertunjukan pertumpahan dara di depannya.

Di pingir.
Sebuah balok kayu terbang melayang menghampirinya dari atas. Tak ayal dia tertimpuk balok itu. kepalanya bocor dan dia. Tewas !. Yang terakir itu adalah prediksi orang yang memeriksanya.

Cahaya berkelip kelip di atas tanah di antara suasana gelap pekat. Dia berjalan sendiri tak ada yang menemani di antara gelap gelap dan cahaya. Semakin lama cahaya berkelip di atas tanah, semakin pudar dan berganti semakin pekat.

Sebuah pintu bercahaya, dengan sendirinya terbuka. Dia masuk tampa ragu. Di dalamnya suasana putih pekat tak bertitik. Sebuah cahaya kembali tampak. Dia bangun dari komanya dan keadaan terasa berbeda.
Beribu ribu mayat menumpuk dan mengunung sepanjang mata dia memandang. Di atas nampan bertatakan berlian. Dia berdiri menyaksikan semuanya ini. Tak ada rasa mual, ngilu oleh bauh mayat.

Lalat bertaburan, kian semarak. Dia turun dari bukit puncak mayat mayat, ia seperti kehilangan rasa akan hal hal bangkai dan bau baunya. Dia lupa akan semua itu dan kenapa dia sampai di sini.

Di tengah jalan, satu jasad menghadangnya. Dia berhenti, diam dan memandang pada jasad itu. Dia seperti mengenalnya ?. Sebuah balok kayu kembali melayang dan menghantamnya keras. Dia diam tak merasa. Dia seperti jasat tak merasakan apa apa, tapi dia melihat semuanya ini terjadi.
Sebuah balok kayu yang lebih besar melayang dari atas dan menghantam kepalanya lagi. Dan lebih keras.

Sontak dengan replek seperti nyawa tercabut malaikat maut. Dia terbangun. Suasana putih dengan bermacam macam peralatan medis terpampang di sekitarnya. Kepalanya berat, ia bisa merasakannya betapa sakitnya.
Berbondong bondong ingatan masuk dan menari nari di kepalanya. Ingatan yang terakir juga ikut tampil.

Dia terbangun. Dia seorang diri di Icu. Dia mencoba teriak memanggil. Batinnya sakit, tapi suaranya tak bisa keluar dan terdengar di luar Icu. Dia mencoba bangun, tapi tubuh lemahnya memaksanya tetap di atas ranjang. Dia merana. Dia menangis ingin ada orang di sekitarnya, Percuma.
Sepi sendiri dia di kamar Icu ini. Dia menunggu mati.

17 hari dia terdiam di ruang putih. Tak ada yang datang dia hanya bisa memandang orang berlalu lalang di luar dari balik jendela.
Di hari ke 17 ini, seorang gadis kecil datang memasuki ruang Icu. Gadis kecil itu sungguh cantik, gadis kecil itu  lalu memegang tangannya. Tubuhnya bergerak. senang dia gembira. Gadis kecil itu membawanya keluar dari ruang Icu dan rumah sakit. Dengan tangan tergandeng gadis kecil itu, dia berjalan tertati tati.

Di depan di jalan dekat rumah sakit keributan massa terjadi. Dia melihat, hatinya bergelora, dia ingin ikut memanaskan suasana. Sayang yang tergerak cuma pikirannya. Tubuhnya nggak bisa di gerakkan. Cengkraman tangan gadis kecil itu terlampau kuat untuknya. Gelora batin dan otaknya masih terus berkecamuk. Ingin rasanya menyaksikan pertunjukan hebat berbalut dara. Dan nyawa.

Keinginannya tak terpenui. Tangan kecil gadis itu masih memegangnya sampai di tengah jalan menjau dari kerusuan. Dia sangat menderita.
Kepalanya ingin menole ke belakang.
Rasa sakit terasa sangat sakit, setiap kali dia mencoba berpaling. Di hatinya dia menangis sakit, tak bisa memenui apa inginnya.

Lagi sebuah balok kayu melayang dan menghajar kepalanya lagi. Dia tersungkur. Sekali lagi dia sekarat. Menunggu mati.
Gelap gulita telinganya mendengar banyak suara.
Dari mulutnya dia bersuara.
"Aku hanya ini menyalurkan apa inginku. Apa ini salah ? ".
Suasana mencekam berbalut gairah neraka dunia. Dia meninggal dan suda di pastikan.

Ini bukan cuma hobby, tapi di persalakan. Da !

hajat mendesak

Kau tau ?. Kemarin itu aku berjuang sendiri menembus barikade kawat berduri api yang di pasang. Entah...oleh siapa di depan toilet umum. Padahal dalam jarak seribu meter dari tempat ini itu nggak ada toilet lain.
"Sial... anu ku nggak tahan ".
Derita dan waktu ku mepet. Aku pun berpikir keras. Sekeras dadanya perawan yang anunya ? mungkin lagi berdiri.
Akirnya dengan pikiran seadanya. Ku buka saja celana dan akan ku lepaskan. Tiba-tiba pintu toilet terbuka sendiri. Tak peduli dengan barikade kawat berduri api. Ku tancap gas dan langsung ku terjang masuk. Rasa senang, tegang dan riang terpancar di wajah ku.
"Akirnya keluar juga, aaa... ".
Di depan ku seorang cewek cantik, sexsi end semelohay itu berdiri tegak. Cewek itu nggak pakai selembar benang pun di tubuhnya.
Anuku maksimal super tegang?. "Asyik ".
Tampah di komando, ku lepaskan saja di depannya. Cewek itu bengong, heran dan aku terus melakukan kegiatan ku sampai selesai. Setela ku selesaikan, cewek itu tiba-tiba pingsan. Tak pikir panjang ku tangkap tubuh cewek itu. Dari bibir seksinya, cewek itu tersenyum. Aku pun meringis.
"Ha... celana dalam ku belum ku naikan ". Aku linglung sesaat.
Pikiran jorok, gatel dan belum di cuci mengiang di kepala ku.

"Apa yang terjadi ? ".
? ? ? ? ? ? ?

Dengan gairah di otak ku, ku lepas baju ku yang tersisa sekalian. Dan tiba-tiba dia berdiri. Cewek itu ngeluyur gitu saja, tampa busana. Di sini aku tersenyum sendiri.
Semenit berlalu. Nurani ku kembali, ku malu banget.

Meteor, pesawat, kapal, mobil, misil, peluru, geranat, martil, batu, ufo sampai bikini perawan yang belum di cuci setahun pun sepertinya mau menggebukin aku.
Ku rasa aku malu?. Mau

" Ampun ! ". The

Dia Anisa



_Usia baru 17 tahun. Namanya Anisa, ia lebih akrap di panggil Nisa. Dia tinggal di sebuah kampung di pinggiran kota. Kampung itu bernama Bulu kumbang. Nisa tinggal bersama ayah dan kedua saudaranya serta beberapa pembantu di rumahnya.
_Kecuali bik Ina yang suda tua dan dirinya, semuanya adalah laki laki.
_Semenjak ibunya meninggal 13 tahun lalu. Nisa sama sekali tak mendapatkan asumsi pendidikan selayaknya seorang perempuan. Dan di tambah lagi sejak sd, smp, sampai sma. Nisa lebih banyak bergaul dengan laki laki.
_Teman akrab Nisa adalah Agon. Mereka berteman sejak dari sd sampai sekarang. Dan Agon itu masih sepupunya Nisa.
_Di rumah yang lumayan mewah itu. Bertengger pohon mangga. Pohon itu berada tepat bersebrangan dengan jendela kamar Nisa.
_Seperti biasa pagi ini. Hari minggu. Agon lagi bertengger di salah satu dahan pohon. Menunggu si merpati putih keluar dan menyapanya dari balik jendela.
_Si merpati muncul di jendela dan si gagak lagi ngitung mangga di pohonnya.
_"Gagak suda beranak belom mangganya".
_Agon sumringa mendenggar si merpati berkicau.
_"Suda ... baru sebesar tahi kambing" balasnya.
_Aw.... aaa... terdengar Nisa menguap.
_"Nis punuk mu nggak kau ikat lagi ha..." tebaknya.
_"Malas... Lebih enak begini, santai".
_"Dasar unta padang pasir. Di lihat orang lain bisa kebaran tau ha.." recesnya.
_"Kau mau. Ini ?".
_"Hi..... menjijikkan tau !. Kalau orang lain si oke aja ?. Dasar cewek gila... ?".
_"Biarin yang penting inilah aku. Ya... hanya aku. wek...".
_Nisa, ia lalu mengangkat tinggi ke dua tanggannya dan pinggulnya pun di goyangkannya.
_Olah raganya kucing.
_Si gagak bertengger di atas pohon dan lagi asyik nyantap si buah mangga. Katanya rasanya enak.... Menyejukkan jiwa.
_"Nis kemana kita hari ini".
_"Ikut aja. Aku ingin tunjukan sesuatu padamu".
_"Sesuatu apa ?".
_Nisa hanya tertawah dan lalu ngilang dari balik jendela.

_Waktu beranjak naik. Agon turun dari tempat tenggerannya dengan dua buah mangga di saku kanan kirinya.
_Nisa keluar dari balik pintu dengan juba kasnya. Baju pejantan alias pakaian cowok. Dengan berhiaskan topi merah hitam bergaris putih dan sebongka ransel pink di punggungnya. Agon dengan setelan coklat coklat seperti seragam hari sabtu. Dan sebuah ransel hitam buntut tergantung di pundaknya. Keduanya lalu keluar beriringan melewati pintu pagar rumah dengan sebuah tujuan.
_"Gon semua barang yang ku pinta kemarin suda kau bawah semua" tanya Nisa sambil jalan.
_"Uda semua. Ini". Agon memberikan mangga yang di bawah ke Nisa. "Sarapan".
_"Thanks". Nisa terima buah itu dan langsung di santap tampa ampun.
_"Nis kemana kita dengan semua barang barang ini".
_Si merpati tak menjawap ocean si gagak, ia terus berlalu sambil ngigitin kedua mangga itu sampai blepotan. Laper...
_"Nis Nisa...". tak di gubris.
_Berjalan terus. Dua tiga empat sampai lima belokan di lalui. Keduanya pun sampai di sebuah tanah lapang. Dari yang terlihat ini adalah sebuah stadion sepak bola anak anak kampung di desanya.
_Di situ Nisa lalu mengeluarkan sebuah bola sebesar bola kasti. Bola itu terbuat dari kaca dan bola itu lalu di angkatnya ke udara. Di tengah tengah lapangan, terlihat sebuah cahaya berkilau kilau memancar dari bawah tanah. Nisa lalu berjalan ke cahaya itu.
_Agon terkesima, Nisa kembali. Agon kemudian di geret masuk ke cahaya itu bersamanya.

_Di dalam cahaya, keduanya tiba di sebuah ruangan serba putih dan di tengah tengah ruangan itu seorang wanita bergaun anggun berdiri.
_"Selamat datang kalian berdua" sambut wanita tersebut.
_Nisa tersenyum riang. Agon masih seperti orang linglung.
_"Mana tumbal kalian".
_"Tumbal ?". Agon kesentak atas kata kata barusan.
_"Ini". Nisa menyerakan ranselnya. "Gagak kau juga". Nisa lalu ambil ransel Agon dan juga di serakan.
_Dengan tersenyum wanita itu mempersilakan Agon dan Nisa masuk.
_"Makasih" ucap Nisa sambil nyeret si gagak masuk ke pintu jingga yang muncul sendiri setelah mereka berdua di persilakan masuk.
_"Ransel ku... ".
_"Ayo jalan" Nisa dengan semangat ngajak Agon masuk ke pintu itu.
_Berjarak satu meter. Pintu itu terbuka sendiri dan langsung menyedot Nisa dan Agon masuk ke dalam.

_Awan putih membentang indah di angkasa. Nisa melayang dengan gaun yang sangat cantik seperti bidadari. Gaun yang di kenakannya bercorak pink terbalut indah di tubuhnya. Rambut Nisa yang tadinya pendek seperti laki laki. Sekarang panjang lebat hitam mengurai sampai di kakinya. Belahan dadanya terlihat empat kali lebih besar dari waktu dia bertengger di jendelah waktu itu. Dengan gaya anggun Nisa menari nari di udara.
_Agon yang tadinya agak kurusan dan sedikit kumal. Sekarang bertubuh gagah seperti Gatot kaka. Jubah yang di kenakannya seperti juba milik Superman. Dengan gaya macoh Agon melayang di angkasa.
_Nisa menari nari riang di angkasa. Agon kaget, ia melayang kayak setan di udara.
_"Wa.... apa ini ...".
_"Agon kesana yuk" Nisa menunjuk ke sebuah bukit.
_Dengan suara terdengar gentar. "Apa aku mati ?. Ini Akerat ?'.
_"Gon... Agon. Gagak item, we..." Nisa membangil. Agon kebingungan sendiri. "Gagak item.." Nisa lalu berteriak keras di depannya.
_Agon membelalakan matanya, ia takjub menyaksikan sosok bidadari di hadapannya.
_"Bidadari ?. Jadi ini benar di surga ?. Jadi aku mati" Agon berkaca kaca. Cewek yang ada di depannya itu seksi end cantik.
_"Gagak... lihat aku" jelasnya galak.
_Sekilas Agon tersadar. Perutnya mulas hidungnya langsung di bekap. Wajah cewek cantik yang ada di hadapannya memang Nisa, Agon tau itu.
_"Kau kentut ya... " tebak Agon.
_"Dikit. Gara gara kau si... , bengon melulu".
_"Bau banget tau. Bukan dikit atau uda basa ?".
_"Sialan lo... Gagak comberan".
_"Ini di mana ?".
_"Suda ku jelaskan nanti. Ikut aku".
_"Kemana ?".
_Tiba tiba sebuah benang layang layang mengalung ke leher Nisa. Hal itu menghentikan mereka berdua di tempat. Dan beberapa benang lainnya juga muncul. Satu persatu dari beberapa benang yang lain juga ikut menjerat Agon. Ternyata lagi ada anak anak sedang beradu layang layang.
_"Ah... Mengganggu saja" Nisa mengeram.
_Tubuh Nisa kemudian tiba tiba bercahaya. Dengan sendiri nya seluru benang benang itu terputus. Tampa banyak berpikir ke duanya langsung aja melanjutkan perjalanan ke bukit itu.
_Sampai di bukit itu. Ke duanya terhenti. Sebuah cincin bercahaya raksasa melingkari mereka berdua dan dalam waktu sekejap keduanya menghilang.

_Hutan hutan terbakar, bangunan kota terbakar dan sebagaian suda hangus. Si merpati dan si gagak prihatin melihat hal itu terjadi di depannya. Cincin cahaya itu tela membawahnya ke kota yang tela di pora porandakan , entah oleh siapa ?.
_Dari sana sampai sini. Dari sono sampai kesitu. Semuanya suda hangus.
_"Apa ini semua" Agon terenyu.
Si merpati meneteskan air mata, dia sedih.

_Sebuah petir menggelegar menyambar pepohonan dan menumbangkan pohon itu yang sebelumnya masih berdiri tegak.
_Nisa dan Agon turuh dari angkasa. Mereka menghampiri pohon yang tumbang tadi. Nisa dan Agon mendapati seorang anak laki laki tergeletak tak jau dari tumbangnya pohon itu. Anak itu di hampirinya dan belum sempat di sentu, anak itu berdiri sendiri.
_"Tolong bawah aku ke pusat kota" pintah anak itu.
_"Apa yang terjadi dengan kota ini" Agon menyela.
_"Tolong... ".
_Nisa kemudian langsung mengangkat anak itu dan membawahnya terbang ke pusat kota.
_Di tengah kota terdapat sebuah menara tinggi. Dimenara itu, anak itu minta diturunkan. Di menara itu anak tersebut turun.
_"Terima kasih dan sebaiknya kalian segera pergi dari tempat ini ".
_"Kau kan sudah ditolong. Berani kau katakan itu " Agon merencat.
_"Terserah la... ".
_"Gon ayo pergi dari sini ". Nisa merasa ada sesuatu yang tidak mengenakkan yang akan terjadi setelah ini. Dan tiba tiba perasaannya benar, sebuah cahaya hijau menyinar dari menara itu. Nisa dan Agon yang sudah mengudara tak sempat menghindari dari pancaran sinar hijau itu. Seragam superhero yang dikenakan Nisa dan Agon tiba tiba lenyap.
_Dan mereka berdua jadi wa.... SORRY NGGAK BISA DILANJUTKAN.
T a M a T

Sabtu, 09 Januari 2010

Cinta, ikhlas

    Aku tak pandai bercerita cinta. Ini cuma cerita cinta biasa.

    Sore itu. Sinar matahari terhalang awan mendung. Udara berhembus agak kencang. Pepohonan pada berisik oleh terpa'an angin. Di jalan menujuh ke pantai wisata. Di situ, Dea ratna galhy si pemeran utama berjalan seorang diri, ia bersedih hati.
Beberapa waktu lalu, ia harus merelakan sahabatnya yang juga di sukainya diam2 itu menjadi milik cewek lain.

   Ramon adalah nama pemuda yang di maksut. Sejak Dea dan Ramon duduk di bangku SMP mereka suda jadi teman akrab. Selama mereka berteman. Dea suka sekali membantu. Dea juga tau betul bagai mana sifat sahabatnya itu dan demi kebahagiaan sahabatnya tersebut, ia rela cintanya bertepuk sebelah tangan asalkan sahabatnya bahagia.

   Masih di jalan itu.
   Dari arah belakang Dea. Sebuah mobil berjalan cukup kencang ke arahnya. Dea terserempet mobil itu. Dea terjatu. Mobil itu tak berhenti dan meninggalkan si korban begitu saja.
    Pada saat itu juga. Seorang pemuda berpenampilan agak kumal yang kebetulan melihat kejadian itu. Langsung menolong Dea yang terserempet mobil tersebut.
"Kau tak apa2 kan ?" pemuda itu memastikan.
"Au... sakit," Dea merinti sakit sambil memegang luka di tangannya.
"Ini parah lukanya ?. Sebaiknya di bawah cepat ke rumah sakit. Biar nggak impeksi," cetus pemuda itu saat melihat tangan kiri Dea terluka akibat keserepet.
"Nggak usah cuma luka segini saja tidak apa2 ?"
"Begini saja. Kau ku antar ke rumah sakit. Oke... "
"Terima kasih ya... ini tidak apa2 ?"
"Tidak apa2 bagai mana itu parah lukanya...? kalau di biarkan bisah impeksi. Sebaiknya kau ku bawah rumah sakit, ikhlas."
  Dea pun segera di larikan kerumah sakit terdekat. Dengan menaiki sepeda motor pemuda itu.

   2 hari berlalu.
  Di depan studio foto. Saat ini Dea akan masuk ke dalam studio. Tiba2 ia terdorong oleh seseorang. Dea tersungkur tapi tidak sampai terluka, ia cuma menatap pintu.
"Maaf-maaf !" pinta orang yang tak sengaja mendorongnya itu.
"Matanya di taruh di mana si ?  Kalau jalan hati2 dong !" bentak Dea sembari bangkit dari tempatnya terjatu.
Dea pun lalu menoleh ke orang yang menabraknya barusan. Dea kenal.
"Kau !. Kalau jalan hati2."
"Kau tidak apa2 kan. Maaf ya . Tadi itu aku tersandung," jelasnya orang itu yang perna menolong Dea 2 hari lalu itu.
"Kamu, sedang apa kau di sini ?"
"Anuh. Aku sedang jalan2 saja. Kebetulan saja aku lewat di depan studio ini," Jawabnya tidak meyakinkan.
"Oh..., terima kasih atas pertolongannya waktu itu."
"Sama2 " nggak nyambung. "Bagai mana dengan tanganmu."
"Suda mendingan".
"Oh begitu. Sukur lah !. Saya permisi dulu da...."
   Sejenak.
"Hei...! Siapa namamu," teriaknya Dea.
Sayang pemuda itu suda keburuh berbelok ke gang. Dan Dea harus segera masuk studio.

   Malam harinya.
  Jam suda menunjukan 9 malam. Dea seorang diri berdiri di trotoar jalanan menunggu taksi lewat. Dan tiba2 sebuah mobil jib berhenti di hadapannya.
"Hai teman masuk lah !" ujar si sopir.
"Kau. Kau lag.i"
"Malam2 begini nggak ada taksi yang lewat. Ayo masuk lah ku antar."
   Dea pun masuk, ia kelelahan sehabis kerja di studio itu sampai malam. Dea tak banyak bicara selama perjalanan pulang.
"Thanks ya!" Dea pun turun dari jip itu.
  Pemuda itu senang mendengar ucapan Dea.

   Di hari berikutnya.
  Dea dan pemuda itu bertemu secara kebetulan di sebuah kafe. Di kafe itu mereka ngobrol sepuasnya seperti sahabat lamah aja. Dan sejenak saat itu Dea melupakan sosok Ramon dari otaknya. Dea pun tau nama pemuda itu adalah Rio. Dan dia anak baru di kota ini.

    3 hari berlalu.
  Sma bangsa ini. Pagi yang indah hari yang cerah. Bel masuk sekolah selesai berdentang. Di kelasnya Dea. Ibu guru yayuk datang bersama seorang siswa baru.
"Selamat pagi anak2."
"Pagi bu... !" ucapan serentak siswa.
"Rio !" desis seorang siswi yang duduk di bangku nomor 2 baris ke 3.
"Anak2 perkenalkan ini teman baru kalian mulai hari ini" ucap bu Yayuk yang terlihat suda beruban itu. "Ayo perkenalkan dirimu."
"Ok . Namaku Dentario Handoko. Biasa di panggil Rio. Aku berasal dari sma seratus Surabaya gitu. Dan saat ini aku tinggal di perumahan Gorden elite bersama ke dua orang tua ku. Uda gitu aja."
"Ada pertanyaan," ujar ibu guru.
   Dari 25 sisma. Satu dari mereka mengacungkan tangannya.
"Rio, kau tinggal di perumahan Gorden elite. Level 1, 2, 3 atau 4".
  Rio berpikir. "Aku nggak tau ?" jawabnya sambil garuk2 kepalanya.
"Ada pertanyaan lagi."
  Seorang siswi yang duduk di samping Dea kemudian berdiri. "Mau tidak kau jadian sama teman sebangku ku." Dea seketika itu langsung menarik tangan tmannya itu.
  
Serentak para siswa menyoraki Aina teman sebangku Dea.
"Gimana ya..." Rio nyengir.
"Suda2 kita mulai pelajarannya. Rio sekarang kau duduk di situ sebangku dengan Adam. Tak apa2 kan".
Rio berjalan kebangkunya. Di bangku yang letaknya agak di belakang itu.
"Yo... Selamat datang sobat. Perkenalkan aku Adam al Rofik. Aku juga tinggal di Gorden elite level 4, khusus perumahan untuk yang berpenhasilan dua juta sebulan. itu kata ayahku."
 Rio kembali tersenyum. kayak orang kesurupan.
"Anak2 keluarkan pelajaran kalian kemarin. Adam kau bantu Rio menyesuaikan diri ya" ujar bu guru Yayuk.
"Beres bu.." Adam bersemangat.

   Siangnya.
Awan mendung agak bergelayut di udara. Cuaca masih cerah. Bel pulang sekolah selesai berbunyi. Para siswa siswi bermunculan dari tiap2 kelas. Suasana kian semarak anak muda pulang sekolah.
Di depan kelas 2b.
"Tunggu... Hai teman," Rio basa basi.
Dea hanya tersenyum melihat Rio.
"Mau ku antar pulang lagi nggak."
"Nggak, aku bawah sendiri kok," jawab Dea santai.
"Ya sudah sampai jumpa, da.... "
"Kelihatannya akrab. Kau suda mengenalnya. Berapa lama kenal !" anlisa Aina yang baru muncul. "Kalian ngobrol apa tadi."
"Rahasia," Dea pun geluyur dari depan kelas 2b.
"Kok nyambung ya... Waktu istirahat dan barusan. Lalu... di mana dia itu Ramon. Mati kali dia, mungkin.  Diakan tidak terlihat beberapa hari ini?" gumannya sendiri.
"Hai yo, tau di mana Rio?" Adam basa basi pada Aina padahal dia baru lihat Rio lewat.
Aina Byutiful cuek aja dan ia pun berlalu.

   Malam harinya.
Di kamar kas seorang cewek. Dea, ia saat ini sedang mengetik sesuatu kata di laptopnya. Sejenak dia terbayang2 itu wajah Rio. Untuk beberapa saat Rio terus mengambang di otaknya.
"Rio2" kata2 itu terucap sendiri tampa ia sadari.
Sejenak ia pun sadar. "Emangnya siapa dia, gila?".
"Diakan orangnya norak, kampungan, cengengesan, potongan rambutnya saja kayak shincan. Apa lagi penampilannya hi...."
"Kenapa aku jadi kepikiran dia ya...! Sial dia?"
  Dea pun kemudian lalu pergi ke dapur dan ambil camilan but menemaninya kerjakan tugas.

   Besoknya.
  Sore hari di dermaga pantai wisata. Saat itu Dea sedang berjalan santai di dermaga itu sambil mengenang kembali kejadian waktu itu. Saat Ramon menembak ceweknya dan Dea di jadikan saksi mata oleh keduanya.
Masih di dermaga. Di belakang Dea. Rio muncul dan menyapanya basa basi.
"Hai. Tumben kau baru kesini lagi."
"Apa kau bilang "
"Nothing ?" ujar meringis. "Sampai nanti ya...!" Rio berlalu begitu saja.
  Dea yang merasa nggak puas atas jawaban Rio barusan. Dea lalu mendatangi Rio yang lagi duduk2 di bawah pohon kelapa.
"Rio, tadi itu apa maksutmu."
"Nggak, cuma sejak pertemuan kita yang pertamah. Kau baru ini datang lagi".
"Sepertinya bukan itu maksutmu" Dea memelototi Rio.
"Ok lah jujur" ia meringis. "Sebelum pertemuan kita yang pertama itu. Hi... aku sering melihat mu menyendiri terutama waktu itu. Saat kau meneteskan air mata menyaksikan orang yang kau sukai itu jadian sama cewek lain".
"Itu bukan urusanmu," Dea menyahut.
"Oya begini. Maukah jadi. Pacar ku. Ini bukan karna keinginan Aina atau mengambil kesempatan dalam kesempitan?"
Dea tak menjawab, ia hanya pergi begitu saja dari hadapan Rio.
"Dea ....." serunya. "Apa aku terlalu cepat ya mengatakannya, tapi nggak apa2 lah yang penting aku suda mengungkapkan apa yang ku rasakan selama ini" gumannya. "Hore...! Bahagianya".

  Besoknya lagi.
Pada waktu pulang sekolah. Saat itu Dea sedang berjalam di atas trotoar. Dari kanannya, mobil jib nya Rio menghampiri Dea yang sedang berjalan seorang diri.
"He, cewek...! Masuk lah. Ku antar" tawarnya Rio.
Dea diam tak merespon. Dia terus berjalan seorang diri.
"Ya suda kalau nggak mau. Aku tak maksa lo. Da...!"
Setela Rio berkata seperti itu. Dea langsung berhenti. Rio pun lalu juga menghentikan mobilnya.
"Apa aku salah bicara!"
Beberapa saat setela mobil jibnya Rio berhenti. Dea tiba2 masuk mobil.
"Maaf. Kalau kata2 ku barusan salah."
Mobil jib Rio berjalan pelan. Dea hayah dia duduk. Dan sepertinya Dea lagi berpikir.
"Setela ku pikir2, aku mau!" Dea pun buka suara.
"Mau apa?"
"Di pantai itu."
Rio pun paham, ia mengerti. Dea mengangguk dan terseyum manis.
"Jadi . Asyik, h...." Rio berteriak kegirangan. Gas mobil pun di tancapnya.
"Awas... !" Dea tiba2 berteriak.
Teriakan Dea menggema. Rem pun langsung terinjak Rio.
"Ha... untunglah selamat."
Seekor kucing lewat di depan mobil. Tampa tau apa yang terjadi.
"Kalau nyetir lihat ke depan. Bahaya tahu?" ketusnya.
"Maaf......"
Mobil jib berjalan kembali. Beberapa waktu berlalu. Kegembiraan di wajah mereka.
"Inikan, bukan jalan menuju ke rumahku."
"Kau kan belum memberi tau alamatmu. Waktu itu saja kau minta di turunkan di peempatan".
Dea cemberut. Mobil jib itu memasuki kawasan perumahan Gorden elite di area level S.
"Ini, inikan area level S. Kenapa kita kesini, Dea heran.
"Kerumah ku."
Rio memang perna bilang, ia tinggal Gorden elite. Tapi tak di sangka, alamatnya di sini. Perumahan kusus bagi para keluarga milliader.
Dea nggak percaya.
"Suda sampai," Rio berkata.
"I ini rumahmu?"
"Bukan?"
Dea bernapas lega. "Kenapa kita kesini."
"Ini rumah ayah ibuku. Sedangkan aku belum punya rumah" ujarnya mantap.
"Dasar saraf lo..."
"Terima kasih sayang."
"Hu dasar," Dea menijuh lengan Rio.
Rio dan Dea kemudian turun dari mobil. Rio mempersilakan pacarnya itu masuk. Para satpam mengangguk hormat. Ke duanya bersuka cita.

   Dari kejauan Ramon bersama pacarnya melihat Dea. Ramon senang akirnya sahabatnya itu mendapatkan dari ke ikhlasannya berkorban.
  Sahabat tetaplah sahabat. Biar sahabat selamanya menjadi sahabat.
sahabat itu akan abadi selamanya.

end

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More